Jakarta: Pedagang kaki lima maupun industri besar memanfaatkan styrofoam untuk kemasan makanan karena dinilai lebih praktis. Namun, perdebatan tentang bahaya penggunaan styrofoam sebagai wadah kemasan makanan terus bergulir.
Pakar toksikologi kimia Universitas Indonesia (UI) Budiawan menyebut penggunaan styrofoam dapat memicu kanker.
"Sifat bahaya dalam pengertian sebagai suatu bahan kimia ada, namun jika kita bicara mengenai dampaknya tergantung pada konsentrasi styrene residu jika melampaui batas maka akan memicu kanker. Batas styrene residu menurut WHO 5000 PPM," tutur Budiawan dalam tayangan Metro TV, Senin, 29 November 2022.
Kepala Laboratorium Jasa Pengujian, Kalibrasi, dan Sertifikasi Institut Pertanian Bogor (IPB) Mohammad Khotim menyatakan bahwa styrofoam mengandung beberapa zat kimia. Salah satunya bahan baku polistiren, zat kimia yang sifatnya ringan serta bisa berbentuk cair maupun busa padat setelah diproses.
"Styrofoam juga mengandung beberapa zat kimia seperti benzene dan styrene. Kedua zat ini dianggap berbahaya karena tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia," ujarnya.
Ia juga mengatakan jika styrofoam digunakan dalam makanan berkadar lemak tinggi maka akan memicu bahan kimia larut ke dalam makanan dan minuman. Residu styrene saat pembuatan styrofoam terbukti masih terdeteksi.
"Sehingga ada potensi bahaya yang kronis," ujar Budiawan. (Ainun Kusumaningrum)
Jakarta: Pedagang kaki lima maupun industri besar memanfaatkan styrofoam untuk kemasan makanan karena dinilai lebih praktis. Namun, perdebatan tentang bahaya penggunaan styrofoam sebagai wadah kemasan makanan terus bergulir.
Pakar toksikologi kimia Universitas Indonesia (UI) Budiawan menyebut penggunaan styrofoam dapat memicu kanker.
"Sifat bahaya dalam pengertian sebagai suatu bahan kimia ada, namun jika kita bicara mengenai dampaknya tergantung pada konsentrasi styrene residu jika melampaui batas maka akan memicu kanker. Batas styrene residu menurut WHO 5000 PPM," tutur Budiawan dalam tayangan
Metro TV, Senin, 29 November 2022.
Kepala Laboratorium Jasa Pengujian, Kalibrasi, dan Sertifikasi Institut Pertanian Bogor (IPB) Mohammad Khotim menyatakan bahwa styrofoam mengandung beberapa zat kimia. Salah satunya bahan baku polistiren, zat kimia yang sifatnya ringan serta bisa berbentuk cair maupun busa padat setelah diproses.
"Styrofoam juga mengandung beberapa zat kimia seperti benzene dan styrene. Kedua zat ini dianggap berbahaya karena tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia," ujarnya.
Ia juga mengatakan jika styrofoam digunakan dalam makanan berkadar lemak tinggi maka akan memicu bahan kimia larut ke dalam makanan dan minuman. Residu styrene saat pembuatan styrofoam terbukti masih terdeteksi.
"Sehingga ada potensi bahaya yang kronis," ujar Budiawan.
(Ainun Kusumaningrum)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)