Anak badak Sumatera berusia dua bulan, yang diberi nama Delilah (kiri), dengan ibunya Ratu (kanan) di Taman Nasional Way Kambas di Lampung, 27 Juli 2016. Foto: AFP/Andreas Putranto
Anak badak Sumatera berusia dua bulan, yang diberi nama Delilah (kiri), dengan ibunya Ratu (kanan) di Taman Nasional Way Kambas di Lampung, 27 Juli 2016. Foto: AFP/Andreas Putranto

Merayakan Kelahiran Badak Delilah

M Rodhi Aulia • 16 Mei 2017 17:48
medcom.id, Jakarta: Badak Delilah lahir pada Kamis 12 Mei 2016, pukul 04.42 WIB di Suaka Rhino Sumatera, Taman Nasional Way Kambas, Lampung. Kelahiran tahun pertama badak Sumatera ini baru saja dirayakan di tanah kelahirannya.
 
"Delilah itu yang beri nama Presiden RI (Jokowi)," kata Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bambang Dahono Adji dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta, Selasa 16 Mei 2017.
 
Bambang mengatakan perayaan kelahiran Delilah ini sangat penting. Pasalnya, populasi badak Sumatera saat ini sangat kritis, yaitu kurang dari 100 ekor.

"Untuk diketahui dirayakan seperti kita (manusia) ulang tahun. Kenapa itu sangat penting bagi teman pecinta badak? Ternyata badak itu tidak mudah melahirkan, seperti harimau. Harimau lebih mudah daripada badak," ujar dia.
 
Ketua Forum Badak Sumatera Noviar Andayani menambahkan, kelahiran Delilah ini simbol kerja keras semua pihak menyelamatkan salah satu mamalia darat yang paling terancam punah. Pihak itu adalah anggota konsorsium konservasi badak dan pemerintah.
 
"Kelahiran Delilah juga merupakan simbol di antara kami untuk terus berupaya sekuat dan semampu kami memastikan Delilah itu akan mempunyai adik dan saudara-saudara yang lain," ujar dia.
 
Delilah adalah anak badak kedua dari Ratu. Delilah juga anak badak kedua yang pernah lahir di penangkaran di Indonesia. Badak kedua ini diberikan nama Delilah saat Jokowi meresmikan Way Kambas sebagai Taman Warisan ASEAN pada Juli 2016.
 
Setelah sebelumnya pada 2012, pasangan Andalas dan Ratu melahirkan badak pertama, Andatu. Cerita kelahiran ini jelas menunjukkan sebuah kesuksesan bagaimana program perkembangbiakan di kebun binatang dapat menggabungkan berbagai hal.
 
Yaitu, ilmu pengetahuan, perawatan dokter hewan, peternakan, dan kerja sama internasional. "Keberadaan badak Sumatera amat sangat strategis mengingat populasi lain di luar Indonesia, yaitu Vietnam dan Malaysia telah diumumkan mengalami kepunahan," ujar dia.
 
Noviar mengatakan untuk mengatasi kepunahan badak Sumatera, perlu ada campur tangan manusia secara aktif. Di antaranya dengan pembentukan konsorsium konservasi badak atau tim badak.
 
Terdiri dari International Rhino Foundation (IRF), Yayasan Badak Indonesia (YABI), the World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia, the Wildlife Conservation Society (WCS), Forum Konservasi Leuser (FKL), dan the Leuser International Foundation (LIF).
 
"Konsorsium ini memang sengaja dibentuk agar kami bisa menyamakan program, langkah, menciptakan sinergi, sebagai partner untuk menyelamatkan badak Sumatera," ujar dia.
 
Noviar berharap masyarakat luas juga ikut menjadi bagian dari penyelamatan badak agar tidak punah. Dia ingin masyarakat, baik yang ada di sekitar habitat maupun lainnya, menjamin hutan tropis di Sumatera bisa menjadi rumah yang aman bagi badak Sumatera.
 
"Itu harus menjadi misi kita semua. Mengapa harus badak? Karena kondisi kedua badak (yang hampir punah) baik Jawa dan Sumatera, itu merefleksikan kegagalan kita sebagai manusia, untuk mencintai dan melestarikan alam semesta. Sehingga kalau kita gagal, itu sama juga kita gagal menyelamatkan alam dan kehidupan," beber dia.
 
Direktur Eksekutif Yayasan Badak Indonesia Widodo Ramono mengatakan, pihaknya sepakat dengan terbentuknya tim badak. Widodo berharap kerja sama dapat terus dilakukan.
 
"Delilah ini dirayakan begitu istimewa karena Delilah badak betina. Kita berharap Delilah tumbuh besar dan segera menjadi ibu. Bukan punya adik-adik saja," ujar dia.
 
Widodo menjelaskan bahwa badak sangat bermanfaat lantaran buangannya ampuh menumbuhkan tumbuhan atau pepohonan dengan sendirinya. Widodo merasa miris jika badak terus diburu pihak bertanggunh jawab.
 
"Kalau bukan kita siapa lagi. Peran masyarakat sekitar sangat penting," ujar dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan