medcom.id, Jakarta: Tragedi haji tahun ini perlu menjadi catatan evaluasi. Jumlah korban yang relatif banyak dalam dua kecelakaan penyelenggaraan ibadah haji, menjadi pemicu bagi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama untuk menggagas muktamar haji internasional.
"Muktamar haji internasional bisa menjadi momentum pengejewantahan Komite Hijaz jilid-2 dalam menyikapi penyelenggaraan haji," kata intelektual muda NU, Syafiq Hasyim di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Jumat (2/10/2015).
Muktamar tersebut, kata Syafiq, diharapkan bisa menyelesaikan berbagai persoalan pada pelaksanaan ibadah haji. Seluruh negara yang warganya menunaikan ibadah haji wajib diundang dan hadir.
"Semua negara pengirim jamaah haji diundang, lembaga internasional terkait diundang seperti OIC (Organization Of Islamic Cooperation) dan PBB, Saudi diberi posisi elegan karena dia penyelenggara haji, dan kalangan akademisi diberi tempat untuk kajian yang sifatnya di luar manajemen," beber Syafiq.
Indonesia bisa menjadi tuan rumah muktamar pertama. Usulan itu wajar, lantaran anggota jemaah haji Indonesia adalah yang terbesar setiap tahunnya.
"Kita bisa menyelenggarakannya dengan level internasional dan menjadikan Indonesia dan NU jadi host organization untuk melakukan itu mengingat Indonesia pengirim terbanyak pengunjung haji," terang Syafiq.
Di samping muktamar, Syafiq juga mendukung dibentuknya lembaga riset tentang haji. Apalagi, saat ini, riset terkait haji masih minim.
"Pusat studi haji itu nanti bersifat kajian dan jadi tempat peneliti lokal dan internasional juga menempatkan perguruan tinggi NU dalam posisi itu," tukasnya.
Seperti diketahui, dua insiden yang memakan banyak korban meninggal terjadi pada penyelenggaraan ibadah haji tahun ini. Pada 12 September crane ambruk di Masjidil Haram, ratusan orang tewas. Lalu, pada 24 September, peristiwa Mina terjadi. Lebih dari 1.000 orang meninggal dalam tragedi tersebut.
medcom.id, Jakarta: Tragedi haji tahun ini perlu menjadi catatan evaluasi. Jumlah korban yang relatif banyak dalam dua kecelakaan penyelenggaraan ibadah haji, menjadi pemicu bagi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama untuk menggagas muktamar haji internasional.
"Muktamar haji internasional bisa menjadi momentum pengejewantahan Komite Hijaz jilid-2 dalam menyikapi penyelenggaraan haji," kata intelektual muda NU, Syafiq Hasyim di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Jumat (2/10/2015).
Muktamar tersebut, kata Syafiq, diharapkan bisa menyelesaikan berbagai persoalan pada pelaksanaan ibadah haji. Seluruh negara yang warganya menunaikan ibadah haji wajib diundang dan hadir.
"Semua negara pengirim jamaah haji diundang, lembaga internasional terkait diundang seperti OIC (Organization Of Islamic Cooperation) dan PBB, Saudi diberi posisi elegan karena dia penyelenggara haji, dan kalangan akademisi diberi tempat untuk kajian yang sifatnya di luar manajemen," beber Syafiq.
Indonesia bisa menjadi tuan rumah muktamar pertama. Usulan itu wajar, lantaran anggota jemaah haji Indonesia adalah yang terbesar setiap tahunnya.
"Kita bisa menyelenggarakannya dengan level internasional dan menjadikan Indonesia dan NU jadi host organization untuk melakukan itu mengingat Indonesia pengirim terbanyak pengunjung haji," terang Syafiq.
Di samping muktamar, Syafiq juga mendukung dibentuknya lembaga riset tentang haji. Apalagi, saat ini, riset terkait haji masih minim.
"Pusat studi haji itu nanti bersifat kajian dan jadi tempat peneliti lokal dan internasional juga menempatkan perguruan tinggi NU dalam posisi itu," tukasnya.
Seperti diketahui, dua insiden yang memakan banyak korban meninggal terjadi pada penyelenggaraan ibadah haji tahun ini. Pada 12 September crane ambruk di Masjidil Haram, ratusan orang tewas. Lalu, pada 24 September, peristiwa Mina terjadi. Lebih dari 1.000 orang meninggal dalam tragedi tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(KRI)