Hasto: Pekan Pertama Puasa, Jokowi Diserang 42 Ribu Kali

04 Juli 2014 15:30
medcom.id, Jakarta: Bulan puasa yang seharusnya bulan suci penuh ampunan tidak membuat serangan terhadap calon presiden Joko Widodo menjadi surut. Demikian ditegaskan Juru Bicara Tim Pemenangan Pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla Hasto Kristiyanto.
 
Ditinjau dari serangan di Twitter, kata Hasto, Jokowi mendapat serangan sebanyak 42.729 kali selama satu minggu puasa. Para pengguna media sosial memang menyerang Prabowo namun jumlahnya 'jomplang' yakni hanya 1.020 kali.
 
Hasto menyatakan kubu lawan telah menggunakan strategi perang dalam menghadapi Pemilu Presiden 2014 ini. Menurutnya, strategi perang yang begitu dipahami sosok seperti Prabowo adalah dengan menyerang demi menurunkan elektabilitas lawan.

"Itu sesuai dengan ajaran Sun Tzu," kata Hasto di Jakarta, Jumat (4/7/2014).
 
Ia menambahkan ada 25 isu serangan negatif yang ditujukan ke Jokowi. Namun, mantan Wali Kota Solo itu tidak pernah membuat serangan. "Ini sesuai dengan kepribadian Indonesia," ujarnya.
 
Menurutnya, serangan ke Prabowo hanya lima isu salah satunya ialah dugaan ketidakberesan membayar tunggakan gaji Kiani Kertas. "Ini justru kontras dengan janji Prabowo untuk menyejahterakan buruh," terang Hasto.
 
Banyaknya serangan yang menimpa Jokowi di bulan puasa, sambungnya, membuktikan betapa kekuasaan sebagai tujuan. Ia mengatakan gambaran tersebut sejalan dengan analisis psikologi yang baru-baru ini dikeluarkan bahwa orientasi kekuasaan Prabowo jauh lebih dominan dan terkesan otoriter.
 
"Itu sebabnya jabatan menteri pun terkesan diobral," sindirnya.
 
Gambaran serangan di media daring juga tidak jauh berbeda. Serangan negatif ke Prabowo hanya 13% sedangkan Jokowi 87%. Serangan Tabloid Obor Rakyat juga menyerang Jokowi, tetapi kekuatan Polri seolah tumpul.
 
Meski begitu, Hasto optimistis elektabilitas Jokowi-JK tak bisa dibendung. Dalam hari-hari tersisa, dukungan pemberitaan Jokowi di media massa sebesar 56% jauh melampui Prabowo sebesar 44%.
 
"Rakyat kini paham pemimpin mana yang mendewakan kekuasaan, mengobral janji menteri, dan sarat dengan gerbong persoalan korupsi. Mereka juga semakin menegaskan pilihan pada Jokowi sebagaimana dinyatakan oleh Sherina dan ribuan figur publik lainnya," pungkasnya. (*)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NAV)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan