medcom.id, Pangkalan Bun: Puing-puing pesawat AirAsia QZ8501 teronggok di atas terpal dalam gudang milik Pelindo, Pelabuhan Panglima Utar Kumai, Kalimantan Tengah, Selasa (13/1). Ada enam onggokan besar hasil pemotongan bagian ekor pesawat, Senin (12/1/2014). Sisanya, serpihan-serpihan pesawat yang ditemukan sebelumnya.
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengunjungi gudang itu, setelah sebelumnya melihat beberapa kapal negara bersandar di pelabuhan siang itu. Kapal navigasi (KN) yang disambangi Jonan, KN Altair, KN Arcturus, dan KN Bima Sakti, ketiganya berjasa dalam mengantarkan hasil evakuasi puing dan serpihan pesawat.
Salah satu potongan yang masih menampakkan ujung ekor yang terdapat tulisan logo AirAsia. Tampak pula potongan lain yang menyerupai laci-laci pantry pesawat yang masih menyimpan berbagai macam makanan kecil dan minuman.
Bagian ekor pesawat yang awalnya sangat dinantikan itu tiba di Pelabuhan Kumai diangkut kapal Crest Onyx pada Minggu (11/1) petang. Tadinya, semua pihak berharap black box pesawat masih berada dalam bagian pecahan ekot itu. Proses pemindahannya cukup memakan waktu dan menyedot perhatian warga sepanjang hari. Bagian ekor itu diderek crane dari kapal Arcturus yang bersandar bersisian dengan Crest Onyx.
Niat mengangkut dengan tronton urung dilakukan karena ukuran ekor itu terlalu besar. Dihiasi hujan angin, akhirnya ekor itu berhasil didaratkan di dermaga menjelang pukul delapan malam. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) akhirnya memotong ekor tersebut menjadi enam bagian agar mudah diangkut pada Senin.
Investigator KNKT Ony Soeryo Wibowo mengatakan, KNKT telah mengecek secara keseluruhan ekor itu. Dari hasil pengecekan itu, sudah dapat diperkirakan berapa kecepatan pesawat saat menabrak permukaan air laut. "Sudah saya hitung manual, tapi tidak untuk dipublikasi," kata Ony di Pelabuhan Panglima Utar Kumai, Selasa hari ini.
Pada kecepatan tertentu, ujarnya, benturan sebuah pesawat terhadap permukaan air akan sama efeknya dengan menabrak daratan. Hal itu pula yang tercermin dari kondisi ekor pesawat AirAsia QZ8501 yang hancur.
Selain memastikan tak ada black box dalam bagian ekor itu, Ony juga mengatakan tidak ada tanda-tanda hangus akibat terbakar. "Dari pengecekan awal, kita tidak temukan itu," tegas dia. Kini KNKT masih akan menunggu sisa-sisa puing atau serpihan pesawat yang mungkin ditemukan tim SAR gabungan."Ya kami masih terus menunggu sampai pencariannya dihentikan."
Serpihan pesawat AirAsia diperkirakan telah terbawa arus cukup jauh. Ketua Basarnas SB Supriyadi mengatakan, ada laporan serpihan yang ditemukan KRI Ahmad Yani di perairan Semarang. Selain serpihan, menurutnya, tim SAR gabungan pun masih fokus mencaru badan utama (main body) pesawat. "Karena kita berharap akan diketemukan korban di dalamnya," tambahnya.
medcom.id, Pangkalan Bun: Puing-puing pesawat AirAsia QZ8501 teronggok di atas terpal dalam gudang milik Pelindo, Pelabuhan Panglima Utar Kumai, Kalimantan Tengah, Selasa (13/1). Ada enam onggokan besar hasil pemotongan bagian ekor pesawat, Senin (12/1/2014). Sisanya, serpihan-serpihan pesawat yang ditemukan sebelumnya.
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengunjungi gudang itu, setelah sebelumnya melihat beberapa kapal negara bersandar di pelabuhan siang itu. Kapal navigasi (KN) yang disambangi Jonan, KN Altair, KN Arcturus, dan KN Bima Sakti, ketiganya berjasa dalam mengantarkan hasil evakuasi puing dan serpihan pesawat.
Salah satu potongan yang masih menampakkan ujung ekor yang terdapat tulisan logo AirAsia. Tampak pula potongan lain yang menyerupai laci-laci
pantry pesawat yang masih menyimpan berbagai macam makanan kecil dan minuman.
Bagian ekor pesawat yang awalnya sangat dinantikan itu tiba di Pelabuhan Kumai diangkut kapal Crest Onyx pada Minggu (11/1) petang. Tadinya, semua pihak berharap
black box pesawat masih berada dalam bagian pecahan ekot itu. Proses pemindahannya cukup memakan waktu dan menyedot perhatian warga sepanjang hari. Bagian ekor itu diderek
crane dari kapal Arcturus yang bersandar bersisian dengan Crest Onyx.
Niat mengangkut dengan tronton urung dilakukan karena ukuran ekor itu terlalu besar. Dihiasi hujan angin, akhirnya ekor itu berhasil didaratkan di dermaga menjelang pukul delapan malam. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) akhirnya memotong ekor tersebut menjadi enam bagian agar mudah diangkut pada Senin.
Investigator KNKT Ony Soeryo Wibowo mengatakan, KNKT telah mengecek secara keseluruhan ekor itu. Dari hasil pengecekan itu, sudah dapat diperkirakan berapa kecepatan pesawat saat menabrak permukaan air laut. "Sudah saya hitung manual, tapi tidak untuk dipublikasi," kata Ony di Pelabuhan Panglima Utar Kumai, Selasa hari ini.
Pada kecepatan tertentu, ujarnya, benturan sebuah pesawat terhadap permukaan air akan sama efeknya dengan menabrak daratan. Hal itu pula yang tercermin dari kondisi ekor pesawat AirAsia QZ8501 yang hancur.
Selain memastikan tak ada
black box dalam bagian ekor itu, Ony juga mengatakan tidak ada tanda-tanda hangus akibat terbakar. "Dari pengecekan awal, kita tidak temukan itu," tegas dia. Kini KNKT masih akan menunggu sisa-sisa puing atau serpihan pesawat yang mungkin ditemukan tim SAR gabungan."Ya kami masih terus menunggu sampai pencariannya dihentikan."
Serpihan pesawat AirAsia diperkirakan telah terbawa arus cukup jauh. Ketua Basarnas SB Supriyadi mengatakan, ada laporan serpihan yang ditemukan KRI Ahmad Yani di perairan Semarang. Selain serpihan, menurutnya, tim SAR gabungan pun masih fokus mencaru badan utama (main body) pesawat. "Karena kita berharap akan diketemukan korban di dalamnya," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JCO)