medcom.id, Bali: Pegiat gerakan seni rupa baru Indonesia, Nyoman Nuarta, menilai bahwa kebudayaan saat ini masih dipandang sebelah mata oleh pemerintah. Hal itu tampak pada tidak adanya kementerian yang khusus menaungi kebudayaan.
"Dia (kebudayaan) harus berdiri sendiri. Budaya itu kompleks dan besar, sehingga jangan diragukan," kata Nuarta di Bali Nusa Dua Convention Center, Nuda Dua Hotel, Bali, Selasa (11/10/2016).
Nuarta mengingatkan, kebudayaan justru bisa menghasilkan pundi-pundi untuk negara. "Ini baru kita bisa melihat batu bara minyak, tapi budaya ini hasil intelektual dari nalar. Jadi harus dibuat departemen (kementerian) khusus. Dulu (di bawah kementerian) pariwisata, sekarang (di bawah kementerian) Dikbud. Itu tidak benar. Sekarang kita masih belum menghargai kebudayaan," bebernya.
Selain itu, Nuarta mengatakan, untuk bisa melestarikan kebudayaan, generasi muda harus membuka mata hati nurani.
Dia menyayangkan, lebih banyak orang yang memanfaatkan agama untuk menghalangi kreativitas. "Generasi muda harus membuka mata hati dan nurani. Tanya sama nurani. Kita sering terhalangi. Banyak yang memanfaatkan, memakai agama untuk menghalang-halangi kreativitas anak sekarang," kata Nuarta.
Ahli seni rupa ini menyayangkan, ketidakhadiran negara dalam perlindungan karya seni. Padahal, kata dia, melalui seni dan kebudayaan itu bisa menghidupi kehidupan.
Dia berharap melalui WCF 2016 pemerintah bisa menjadi motor penggerak budaya. Budaya kata dia, bukan hanya sekadar seni melainkan segala sendi kehidupan seperti tata krama pun termasuk budaya. Sehingga penting pembangunan manusia berdasarkan kebudayaan.
"Negara, semua harus bergerak. Tentu motornya pemerintah, masyarakat, dan seniman karena budaya terdiri atas semua aspek. Bukan berdiri sendiri," tegasnya.
medcom.id, Bali: Pegiat gerakan seni rupa baru Indonesia, Nyoman Nuarta, menilai bahwa kebudayaan saat ini masih dipandang sebelah mata oleh pemerintah. Hal itu tampak pada tidak adanya kementerian yang khusus menaungi kebudayaan.
"Dia (kebudayaan) harus berdiri sendiri. Budaya itu kompleks dan besar, sehingga jangan diragukan," kata Nuarta di Bali Nusa Dua Convention Center, Nuda Dua Hotel, Bali, Selasa (11/10/2016).
Nuarta mengingatkan, kebudayaan justru bisa menghasilkan pundi-pundi untuk negara. "Ini baru kita bisa melihat batu bara minyak, tapi budaya ini hasil intelektual dari nalar. Jadi harus dibuat departemen (kementerian) khusus. Dulu (di bawah kementerian) pariwisata, sekarang (di bawah kementerian) Dikbud. Itu tidak benar. Sekarang kita masih belum menghargai kebudayaan," bebernya.
Selain itu, Nuarta mengatakan, untuk bisa melestarikan kebudayaan, generasi muda harus membuka mata hati nurani.
Dia menyayangkan, lebih banyak orang yang memanfaatkan agama untuk menghalangi kreativitas. "Generasi muda harus membuka mata hati dan nurani. Tanya sama nurani. Kita sering terhalangi. Banyak yang memanfaatkan, memakai agama untuk menghalang-halangi kreativitas anak sekarang," kata Nuarta.
Ahli seni rupa ini menyayangkan, ketidakhadiran negara dalam perlindungan karya seni. Padahal, kata dia, melalui seni dan kebudayaan itu bisa menghidupi kehidupan.
Dia berharap melalui WCF 2016 pemerintah bisa menjadi motor penggerak budaya. Budaya kata dia, bukan hanya sekadar seni melainkan segala sendi kehidupan seperti tata krama pun termasuk budaya. Sehingga penting pembangunan manusia berdasarkan kebudayaan.
"Negara, semua harus bergerak. Tentu motornya pemerintah, masyarakat, dan seniman karena budaya terdiri atas semua aspek. Bukan berdiri sendiri," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(ROS)