Jakarta: Ketua UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Setyo Handryastuti menegaskan, anak dua tahun tidak diperbolehkan mendapat waktu untuk bermain gadget atau screen time. Pasalnya, ini akan berakibat buruk bagi kemampuan komunikasi anak.
"Screen time itu tidak diperbolehkan untuk anak di bawah dua tahun, untuk alasan apapun. Kalau terpaksa harus screen time, itu harus 18 bulan-24 bulan. Itu pun maksimal hanya satu jam dengan pendampingan," papar Setyo dikutip dari Selamat Pagi Indonesia Metro TV, Selasa, 12 Oktober 2021.
Ia menjelaskan, screen time atau bermain gadget pada anak di bawah dua tahun dapat mengurangi paparan tentang simulasi berbicara dengan manusia. Dalam gawai, tidak terjadi proses komunikasi interaktif karena pertukaran informasi hanya melalui satu arah.
"Gawai itu sebagai media. Sama seperti buku. Tetap harus ada pendampingan bagi orang tua. Jadi orang tua yang bertugas menjelaskan, apa yang dilihat, didengar oleh anak," ujarnya.
Paparan layar gadget cenderung membuat anak kesulitan menempatkan kata dalam kalimat atau konteks yang tepat. Oleh sebab itu, perlu adanya komunikasi melalui verbal dan non verbal.
Ketika berbicara langsung, anak bisa melihat dan mempelajari ekspresi secara langsung. Hal ini tidak dapat dipahami hanya melalui layar gawai.
Oleh sebab itu, Setyo menyarankan agar orang tua lebih merutinkan komunikasi dua arah kepada anak ketimbang memberikan tayangan di gadget. (Mentari Puspadini)
Jakarta: Ketua UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Setyo Handryastuti menegaskan, anak dua tahun tidak diperbolehkan mendapat waktu untuk bermain
gadget atau
screen time. Pasalnya, ini akan berakibat buruk bagi kemampuan komunikasi anak.
"
Screen time itu tidak diperbolehkan untuk anak di bawah dua tahun, untuk alasan apapun. Kalau terpaksa harus
screen time, itu harus 18 bulan-24 bulan. Itu pun maksimal hanya satu jam dengan pendampingan," papar Setyo dikutip dari Selamat Pagi Indonesia Metro TV, Selasa, 12 Oktober 2021.
Ia menjelaskan,
screen time atau bermain gadget pada anak di bawah dua tahun dapat mengurangi paparan tentang simulasi berbicara dengan manusia. Dalam gawai, tidak terjadi proses komunikasi interaktif karena pertukaran informasi hanya melalui satu arah.
"Gawai itu sebagai media. Sama seperti buku. Tetap harus ada pendampingan bagi orang tua. Jadi orang tua yang bertugas menjelaskan, apa yang dilihat, didengar oleh anak," ujarnya.
Paparan layar gadget cenderung membuat anak kesulitan menempatkan kata dalam kalimat atau konteks yang tepat. Oleh sebab itu, perlu adanya komunikasi melalui verbal dan non verbal.
Ketika berbicara langsung, anak bisa melihat dan mempelajari ekspresi secara langsung. Hal ini tidak dapat dipahami hanya melalui layar gawai.
Oleh sebab itu, Setyo menyarankan agar orang tua lebih merutinkan komunikasi dua arah kepada anak ketimbang memberikan tayangan di gadget.
(Mentari Puspadini) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(PRI)