Jakarta: Kapolri Jenderal Tito Karnavian menegaskan masyarakat sipil yang tewas saat baku tembak di Deiyai, Papua, bukan karena serangan aparat. Warga sipil tewas dipanah kelompok kriminal bersenjata (KKB).
"TNI-Polri tidak pernah gunakan panah. Panah berasal dari belakang, kelompok penyerang," tegas Tito di Ruang Rupatama, Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis, 29 Agustus 2019.
Tito mengatakan panah memang dapat digunakan untuk menyerang dari kejauhan hingga 100 meter. Aparat keamanan pun ada yang kena panah tersebut.
"Ada satu anggota penyerang yang meninggal karena panah," kata Tito.
Tito menjelaskan KKB tersebut berasal dari Paniai, Papua. Mereka bersembunyi di antara kerumunan massa aksi saat berunjuk rasa di depan Kantor Bupati Deiyai.
Tiba-tiba demo itu berakhir ricuh. Aparat yang tengah mengawal demo diserang sekelompok orang dengan senjata tajam dan panah.
Massa juga menyerang mobil yang sebelumnya ditumpangi prajurit TNI. Mereka merampas senjata api (senpi) yang berada di dalam mobil tersebut.
Aparat, kata dia, sempat melakukan pembelaan dengan menembakkan peluru karet. Akibat dari serangan ini, enam aparat terluka, dan satu di antaranya meninggal.
"Dia (Serda Ricson, korban meninggal) sedang menjaga kendaraan, menjaga senjata yang disimpan. Kemudian dilukai, dibacok, dan kena panah. Senjatanya dirampas," kata Tito.
Jakarta: Kapolri Jenderal Tito Karnavian menegaskan masyarakat sipil yang tewas saat baku tembak di Deiyai, Papua, bukan karena serangan aparat. Warga sipil tewas dipanah kelompok kriminal bersenjata (KKB).
"TNI-Polri tidak pernah gunakan panah. Panah berasal dari belakang, kelompok penyerang," tegas Tito di Ruang Rupatama, Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis, 29 Agustus 2019.
Tito mengatakan panah memang dapat digunakan untuk menyerang dari kejauhan hingga 100 meter. Aparat keamanan pun ada yang kena panah tersebut.
"Ada satu anggota penyerang yang meninggal karena panah," kata Tito.
Tito menjelaskan KKB tersebut berasal dari Paniai, Papua. Mereka bersembunyi di antara kerumunan massa aksi saat berunjuk rasa di depan Kantor Bupati Deiyai.
Tiba-tiba demo itu berakhir ricuh. Aparat yang tengah mengawal demo diserang sekelompok orang dengan senjata tajam dan panah.
Massa juga menyerang mobil yang sebelumnya ditumpangi prajurit TNI. Mereka merampas senjata api (senpi) yang berada di dalam mobil tersebut.
Aparat, kata dia, sempat melakukan pembelaan dengan menembakkan peluru karet. Akibat dari serangan ini, enam aparat terluka, dan satu di antaranya meninggal.
"Dia (Serda Ricson, korban meninggal) sedang menjaga kendaraan, menjaga senjata yang disimpan. Kemudian dilukai, dibacok, dan kena panah. Senjatanya dirampas," kata Tito.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)