Replika pesawat N219. Foto: MI/Panca Syurkani.
Replika pesawat N219. Foto: MI/Panca Syurkani.

Pesawat N219 Dipertontonkan ke Publik di Hari Pahlawan

Arnoldus Dhae • 28 Oktober 2015 13:13
medcom.id, Kuta: Sebentar lagi Indonesia akan kembali menjadi negara produsen pesawat. Tepat Hari Pahlawan 10 Nopember, pesawat jenis N219 bakal diperkenalkan ke publik. Pengenalan dipimpin langsung oleh Presiden Joko Widodo.
 
"Kita sudah berkoordinasi dengan pihak Istana. Role off itu akan dipimpin langsung Presiden Jokowi tepat Hari Pahlawan tanggal 10 November 2015 di Bandung. Dengan di-role off-nya N219 jadi momen kebangkitan industri pesawat terbang yang dimotori oleh PT Dirgantara Indonesia (DI). Karena selama ini PT DI ibarat mati suri dan sebentar lagi akan hidup kembali dengan dahsyat," ujar Kepala Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN, Gunawan Setyo Prabowo, saat ditemui di Kuta, Bali, Rabu (28/10/2015). 
 
N219 mampu mengangkut 19 orang penumpang. Ini merupakan pesawat berdesain sederhana. "Ini sebetulnya pesawat yang jauh lebih sederhana. Misi kita sesungguhnya adalah menghidupkan kembali PT DI," kata Gunawan.

Ketika PT DI masih bernama Industri Pesawat Terbang Nusantara pernah memproduksi pesawat N-250. N-250 adalah pesawat penumpang sipil regional komuter turboprop rancangan asli IPTN. Diluncurkan tahun 1995, pesawat kelas 50-70 penumpang ini jadi bintang pameran pada saat Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng. Produksi pesawat dihentikan setelah krisis ekonomi 1997. IPTN pun direstrukturisasi.
 
Gunawan menjelaskan, N219 bisa dikonversi untuk beberapa kepentingan. Bisa untuk pesawat amfibi, militer, transportasi, kargo dan bahkan untuk  pemadam kebakaran. Daripada harus menyewa pesawat pemadam kebakaran dari beberapa negara di dunia, kata Gunawan, Indonesia bisa memanfaatkan pesawat N219.
 
Untuk tahap awal, pesawat baru untuk pemenuhan transportasi perintis di Indonesia Timur.  "N219 kelak menjadi moda transportasi utama bagi pulau-pulai Indonesia yang tidak dapat ditempuh jalur darat dan laut," kata Gunawan.
 
Di kawasan Indonesia Timur, ada kebutuhan pesawat untuk mendarat di daerah pegunungan, landing dan take-off yang pendek serta fasilitas rendah. N219 lebih diarahkan ke sana. Kali ini LAPAN dan PT DI serius menggarap pesawat kecil ini. "Kita serius, ini ada barangnya, cetak biru. Dan ini pasti jadi," jelas dia.
 
Pesawat N219 dibanderol dengan harga berkisar Rp50-54 miliar. Gunawan mengklaim harganya kompetitif. Perkiraan pasarnya ada sekitar 250-an. Targetnya, April tahun depan N219 mulai melakukan tes terbang perdana. "Nanti sertifikasi turun saat itu. Itu sudah siap pesawat utuh dengan sistem lengkap," kata Gunawan.
 
Saat ini, kata Gunawan, pihaknya sudah menekan letter of intent (LoI) pemesanan 75 unit. Pemesan dari Lion Air, Aviastar, MBA dan beberapa Pemda seperti Aceh, Papua dan Kalimantan. Tahun 2017 baru masuk ke pasar. Pesaing terberat dari Tiongkok.
 
PT DI sudah membina sekitar 50 UKM besar di Indonesia, seperti industri ban, gear, mekanik, dan sebagainya. Mereka akan memasok berbagai komponen itu setelah peluncuran ke publik. Ia menjamin semua merupakan produksi dalam negeri.
 
"Kalau selama ini UKM itu hanya memproduksi ban mobil misalnya. Kualitas dan desainnya bisa ditingkatkan menjadi ban pesawat. Begitu pula dengan gear, mekanik dan sebagainya," ujar Gunawan. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DOR)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan