medcom.id, Yogyakarta: Peristiwa teror bom di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, dinilai bisa menjadi kesempatan aparat di Indonesia untuk melacak jaringan teroris. Teror bom yang terjadi di pusat ibukota negara itu bisa jadi momentum untuk melacak pelaku terorisme di Indonesia.
"Ini kesempatan bagi aparat keamanan untuk melacak simpul jejaring teroris di Indonesia secara menyeluruh," kata peneliti Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian Universitas Gadjah Mada, Muhammad Najib Azca, di Yogyakarta, Kamis (14/1/2015).
Najib merujuk pada peristiwa bom di Bali pada 2002 silam. Usai peristiwa itu aparat dan intelijen mampu melacak jaringan terorisme yang mengatasnamakan Jamaah Islamiyah (JI).
Menurut Najib, aparat harus mencari sampai ketemu siapa dalam dalam tragedi yang ikut menewaskan seorang WNA asal Kanada tersebut. "Simpul mereka (jaringan terorisme) seharusnya bisa diputus," kata Najib.
Najib juga meminta intelijen negara bekerja serius untuk bisa mendeteksi setiap potensi aksi teror ataupun kekerasan yang bisa menimbulkan korban. Caranya, intelijen harus bekerja dengan proaktif.
Ia menambahkan peristiwa bom itu bisa dimungkinkan memiliki benang merah dengan kasus terorisme di negara lain, seperti halnya yang dilakukan ISIS. Najib mendasarkan argumennya bahwa Indonesia merupakan negara yang mayoritas berpenduduk muslim. "Indonesia merupakan negara muslim terbesar yang secara terbuka menantang konflik di Timur Tengah," jelasnya.
medcom.id, Yogyakarta: Peristiwa teror bom di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, dinilai bisa menjadi kesempatan aparat di Indonesia untuk melacak jaringan teroris. Teror bom yang terjadi di pusat ibukota negara itu bisa jadi momentum untuk melacak pelaku terorisme di Indonesia.
"Ini kesempatan bagi aparat keamanan untuk melacak simpul jejaring teroris di Indonesia secara menyeluruh," kata peneliti Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian Universitas Gadjah Mada, Muhammad Najib Azca, di Yogyakarta, Kamis (14/1/2015).
Najib merujuk pada peristiwa bom di Bali pada 2002 silam. Usai peristiwa itu aparat dan intelijen mampu melacak jaringan terorisme yang mengatasnamakan Jamaah Islamiyah (JI).
Menurut Najib, aparat harus mencari sampai ketemu siapa dalam dalam tragedi yang ikut menewaskan seorang WNA asal Kanada tersebut. "Simpul mereka (jaringan terorisme) seharusnya bisa diputus," kata Najib.
Najib juga meminta intelijen negara bekerja serius untuk bisa mendeteksi setiap potensi aksi teror ataupun kekerasan yang bisa menimbulkan korban. Caranya, intelijen harus bekerja dengan proaktif.
Ia menambahkan peristiwa bom itu bisa dimungkinkan memiliki benang merah dengan kasus terorisme di negara lain, seperti halnya yang dilakukan ISIS. Najib mendasarkan argumennya bahwa Indonesia merupakan negara yang mayoritas berpenduduk muslim. "Indonesia merupakan negara muslim terbesar yang secara terbuka menantang konflik di Timur Tengah," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)