medcom.id, Jakarta: Megawati Soekarnoputri menyoroti kecurangan yang berpotensi terjadi dalam Pilpres 2014. Kata Megawati, seharusnya aparat negara bersikap netral dan tidak dijadikan alat oleh kelompok tertentu.
“Demokrasi itu tidak terjadi kalau KPU tidak netral, kalau intelijennya bermain,” kata Megawati saat berpidato di forum Rakernas Partai NasDem, di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara, Selasa (27/5/2014).
Megawati juga mengkritik sejumlah lembaga negara, seperti BIN dan Lemsaneg, yang kerap kali mengekor kepada kekuasaan. Dengan nada bercanda, Putri Proklamator ini bahkan menyindir gaya intelijen Indonesia yang menurutnya terkadang menggelikan.
“Mudah-mudahan di sini intel-intelnya dengar, mencatat, dan sampaikan ke sana. Pasti sini banyak intel. Intel Indonesia itu ya, sorry kalau saya ngomong, dia baca koran, kadang di situ dimasukkan pistol, dia mengamati orang lain sambil baca koran, tapi ternyata korannya terbalik,” selorohnya, disambut tawa para peserta Rakernas.
Megawati menganggap penting persoalan ini karena menurutnya hal itu selalu terjadi berulang dari pemilu ke pemilu. “Jadi IT-nya dipermainkan, KPU tidak netral, intelijen bermain, lalu money politics. Itu yang terjadi di lapangan,” paparnya.
Dengan gaya santainya, Megawati meminta intelijen berhenti menjadi alat kekuasaan yang mempermainkan rakyat. “Intel itu sebaiknya berhenti. Ketua BIN itu lho,Pak Marciano Norman, yang saya sudah kenal dari kecil, anaknya Pak Norman, mbok sudah deh jangan dibantu-bantu deh, netral saja,” kata Mega.
Ketua Umum PDIP ini juga menyoroti rentannya kecurangan statistik pemilu. “Saya pernah belajar statistik. Banyak yang mengatakan jangan percaya dengan statistik. Angka nol ditambah satu aja sudah berapa. Nol itu angka mukjizat, tiga itu angka mukjizat, bisa berubah jadi delapan. Coba saja hitung,” pungkas dia
medcom.id, Jakarta: Megawati Soekarnoputri menyoroti kecurangan yang berpotensi terjadi dalam Pilpres 2014. Kata Megawati, seharusnya aparat negara bersikap netral dan tidak dijadikan alat oleh kelompok tertentu.
“Demokrasi itu tidak terjadi kalau KPU tidak netral, kalau intelijennya bermain,” kata Megawati saat berpidato di forum Rakernas Partai NasDem, di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara, Selasa (27/5/2014).
Megawati juga mengkritik sejumlah lembaga negara, seperti BIN dan Lemsaneg, yang kerap kali mengekor kepada kekuasaan. Dengan nada bercanda, Putri Proklamator ini bahkan menyindir gaya intelijen Indonesia yang menurutnya terkadang menggelikan.
“Mudah-mudahan di sini intel-intelnya dengar, mencatat, dan sampaikan ke sana. Pasti sini banyak intel. Intel Indonesia itu ya, sorry kalau saya ngomong, dia baca koran, kadang di situ dimasukkan pistol, dia mengamati orang lain sambil baca koran, tapi ternyata korannya terbalik,” selorohnya, disambut tawa para peserta Rakernas.
Megawati menganggap penting persoalan ini karena menurutnya hal itu selalu terjadi berulang dari pemilu ke pemilu. “Jadi IT-nya dipermainkan, KPU tidak netral, intelijen bermain, lalu money politics. Itu yang terjadi di lapangan,” paparnya.
Dengan gaya santainya, Megawati meminta intelijen berhenti menjadi alat kekuasaan yang mempermainkan rakyat. “Intel itu sebaiknya berhenti. Ketua BIN itu lho,Pak Marciano Norman, yang saya sudah kenal dari kecil, anaknya Pak Norman, mbok sudah deh jangan dibantu-bantu deh, netral saja,” kata Mega.
Ketua Umum PDIP ini juga menyoroti rentannya kecurangan statistik pemilu. “Saya pernah belajar statistik. Banyak yang mengatakan jangan percaya dengan statistik. Angka nol ditambah satu aja sudah berapa. Nol itu angka mukjizat, tiga itu angka mukjizat, bisa berubah jadi delapan. Coba saja hitung,” pungkas dia
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JRI)