medcom.id, Jakarta: 16 Warga Negara Indonesia (WNI) tak tersentuh konflik ISIS dan otoritas Filipina di wilayah Marawi. Semua pihak mengenal mereka tak memiliki kepentingan di perselisihan.
Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemenlu, Lalu Muhammad Iqbal menggambarkan bagaimana para warga yang tergabung di jamaah tabligh (JT) terkenal damai. Contohnya saat ada yang bertabligh Afghanistan.
Tak ada satupun jamaah yang cedera, padahal di negara itu tengah berkecamuk perang. "Mereka ke Taliban saja tidak diserang kok," kata Iqbal kepada wartawan di Terminal 2D Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Sabtu 3 Juni 2017.
Seperti diketahui, 16 orang jamaah terbagi menjadi 2 kelompok, 10 orang berada di Marantau yang berjarak 20 kilometer dari Marawi. Sementara 6 lainnya berada di Sultan Naga Dimaporo.
Handris, koordinator di wilayah Marantau menyebut pihaknya dilindungi aparat. Selama berada di sana ia dan jamaah lain sempat berpindah dari Masjid Abu Bakar ke Masjid Inudara.
"Baku tembak terjadi pas pindah ke masjid yang kedua," katanya.
Masjid Jadi Safe Point
Meski konflik pecah, namun jemaah tabligh tak menjadi incaran. Mereka aman berada di masjid dan lokasi itu tampaknya menjadi safe point bagi siapapun. Sesuai dengan arahan otoritas Filipina supaya jamaah tinggal di sana.
Tak hanya di Marantau, 6 orang jamaah di wilayah Sultan Naga Dimaporo mendapat perlakuan sama. Aparat setempat mengawal mereka dengan ketat. Koordinator jamaah, Umar menyebut pihaknya juga bekerjasama dengan tidak keluar dari wilayah masjid.
"Aparat Filipina sangat menjaga kami, mereka bilang jangan keluar dari Masjid, tetap di Masjid," ujar Umar menirukan instruksi tentara Filipina.
Untuk diketahui, kedua rombongan berada di wilayah berbeda. 10 orang melakukan tabligh di Marantau di Provinsi Lanao Del Sur, sementara 6 lainnya berada di Sultan Naga Dimaporo, Lanao Del Monte.
Konjen RI Davao, Berlian Napitupulu menyebut proses evakuasi dilakukan sejak 31 Mei 2017. Ada dua tim dari KJRI Davao dan KBRI Manila yang diterjunkan melakukan tugas tersebut. Kedua rombongan awalnya melakukan tabligh di Marawi dan belum ada konflik, konfrontir antara pemerintah Filipina dan kelompok bersenjata ISIS terjadi ketika jamaah berpindah lokasi.
medcom.id, Jakarta: 16 Warga Negara Indonesia (WNI) tak tersentuh konflik ISIS dan otoritas Filipina di wilayah Marawi. Semua pihak mengenal mereka tak memiliki kepentingan di perselisihan.
Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemenlu, Lalu Muhammad Iqbal menggambarkan bagaimana para warga yang tergabung di jamaah tabligh (JT) terkenal damai. Contohnya saat ada yang bertabligh Afghanistan.
Tak ada satupun jamaah yang cedera, padahal di negara itu tengah berkecamuk perang. "Mereka ke Taliban saja tidak diserang kok," kata Iqbal kepada wartawan di Terminal 2D Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Sabtu 3 Juni 2017.
Seperti diketahui, 16 orang jamaah terbagi menjadi 2 kelompok, 10 orang berada di Marantau yang berjarak 20 kilometer dari Marawi. Sementara 6 lainnya berada di Sultan Naga Dimaporo.
Handris, koordinator di wilayah Marantau menyebut pihaknya dilindungi aparat. Selama berada di sana ia dan jamaah lain sempat berpindah dari Masjid Abu Bakar ke Masjid Inudara.
"Baku tembak terjadi pas pindah ke masjid yang kedua," katanya.
Masjid Jadi Safe Point
Meski konflik pecah, namun jemaah tabligh tak menjadi incaran. Mereka aman berada di masjid dan lokasi itu tampaknya menjadi safe point bagi siapapun. Sesuai dengan arahan otoritas Filipina supaya jamaah tinggal di sana.
Tak hanya di Marantau, 6 orang jamaah di wilayah Sultan Naga Dimaporo mendapat perlakuan sama. Aparat setempat mengawal mereka dengan ketat. Koordinator jamaah, Umar menyebut pihaknya juga bekerjasama dengan tidak keluar dari wilayah masjid.
"Aparat Filipina sangat menjaga kami, mereka bilang jangan keluar dari Masjid, tetap di Masjid," ujar Umar menirukan instruksi tentara Filipina.
Untuk diketahui, kedua rombongan berada di wilayah berbeda. 10 orang melakukan tabligh di Marantau di Provinsi Lanao Del Sur, sementara 6 lainnya berada di Sultan Naga Dimaporo, Lanao Del Monte.
Konjen RI Davao, Berlian Napitupulu menyebut proses evakuasi dilakukan sejak 31 Mei 2017. Ada dua tim dari KJRI Davao dan KBRI Manila yang diterjunkan melakukan tugas tersebut. Kedua rombongan awalnya melakukan tabligh di Marawi dan belum ada konflik, konfrontir antara pemerintah Filipina dan kelompok bersenjata ISIS terjadi ketika jamaah berpindah lokasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(LDS)