Situasi di rumah duka Edi Suwandi, 67, dan anak bungsunya dr. Dimas, 28, di Jalan Taman Edelweis Timur, Blok H No. 39, Bekasi Barat. Foto: MTVN/ Wanda Indana.
Situasi di rumah duka Edi Suwandi, 67, dan anak bungsunya dr. Dimas, 28, di Jalan Taman Edelweis Timur, Blok H No. 39, Bekasi Barat. Foto: MTVN/ Wanda Indana.

Karangan Bunga Duka Cita Penuhi Rumah Korban Ledakan RSAL Mintoharjo

Wanda Indana • 14 Maret 2016 23:50
medcom.id, Jakarta: Ucapan duka cita terus mengalir untuk keluarga korban ledakan tabung oksigen di Rumah Sakit Angkatan Laut Mintohardjo, Pejompongan, Jakarta Pusat. Para kerabat dan pelayat mulai mendatangi rumah duka.
 
Edi Suwandi, 67, dan anak bungsunya dr. Dimas, 28. Edi dan Dimas merupakan dua dari empat korban tewas dalam insiden kebakaran tabung oksigen saat menjalani terapi di RSAL Mintohardjo. Saat ini jenazah keduanya masih berada di Rumah Sakit Polri, Keramat Jati, Jakarta Timur.
 
Saat kebakaran, Edi dan dr. Dimas terjebak di dalam tabung chamber Pulau Miangas Gedung Ruang Udara Bertekanan Tinggi (RUBT). Keempatnya tak sempat diselamatkan lantaran pintu chamber tak bisa dibuka.

Pantauan Metrotvnews.com, puluhan pelayat tampak duduk menunggu kedatangan dua jenazah di halaman rumah duka yang berada di Jalan Taman Edelweis Timur, Blok H No. 39, Bekasi Barat. Beberapa karangan bunga ucapan berbelasungkawa terlihat memenuhi rumah duka.
 
Sebelumnya, Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama M. Zainudin menjelaskan detik-detik meledaknya lokasi yang dikenal dengan ruang hiperbarik itu. Pertama, keempat korban masuk ruangan sekira pukul 11.30 WIB. 
 
"Keempatnya tak sempat diselamatkan lantaran pintu chamber tak bisa dibuka," kata Zainudin, di RSAL Mintohardjo, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat.
 
Zainudin melanjutkan, sekira pukul 12.30 WIB, tekanan udara meninggi. Udara di dalam ruang menjadi panas. Pukul 13.00 WIB timbul percikan api yang memicu kebakaran. "Percikan api itu menimbulkan asap putih tebal dan kebakaran," ujar dia.
 
Pada saat itu, empat korban yang terdiri dari Irjen Pol. Purn. Abubakar Nataprawira, 65; Edi Suwandi, 67; dr. Dimas, 28; dan Anggota DPD RI Sulistyo, 54, tak bisa terselamatkan. Mereka terjebak dalam ruang hiperbarik itu.
 
Untuk menolong mereka, operator chamber berusaha melepas tekanannya menjadi 1 atmosfer atau tekanan normal. "Awalnya bertekanan 2,4 atmosfer. Penurunan tekanan ini juga diiringi dengan membuka sistem pemadam kebakaran berupa sprinkle air," kata Zainudin.
 
Kepala Dinas Kesehatan TNI Angkatan Laut, dr. Lukman, membeberkan mengapa pintu ruang hiperbarik tak bisa dibuka kala itu.
 
"Begitu tekanan di dalam chamber sama dengan tekanan di luar satu atmosfer, pintunya otomatis bisa terbuka. Tapi, kalau ada perbedaan tekanan, pintu tak bisa dibuka," kata dia.
 
Jadi, tambah Lukman, begitu tekanan sudah turun, pintu akhirnya terbuka dan api pun hilang. Namun, korban tak sempat terselamatkan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan