medcom.id, Jakarta: Pengamat Sosial Devie Rahmawati menemukan fakta bahwa penggunaan jimat sebagai sarana mendapatkan keberuntungan tak cuma ada di Indonesia. Secara periodik aspek mistis dan hal-hal berbau klenik juga terjadi di Eropa dan Amerika.
"Dari 1989-2012 menunjukkan bahwa orang Eropa dan Amerika pun melakukannya. Mahasiswa ketika tes, atlet bahkan peraih nobel sekalipun di depan rumahnya ada barang seperti itu," kata Devie, dalam Newsline, Kamis 19 Oktober 2017.
Devie mengatakan masyarakat barat menggunakan jimat keberuntungan bukan karena percaya akan hal-hal mistis. Mereka umumnya beralasan bahwa jimat yang digunakan bisa membawa keberuntungan. Padahal esensinya sama saja.
Menurut Devie, kondisi seperti ini menunjukkan bahwa mempercayai hal-hal berbau mistis dan klenik bukan cuma ada di Indonesia tetapi terjadi pada manusia secara global. Hanya saja perbedaan paling mendasar antara di Indonesia dan negara lain adalah tokoh elit di luar negeri tidak mau menunjukkan hal tersebut.
"Berbeda dengan Indonesia yang mantan presiden saja jelas-jelas dalam bukunya mengatakan 'ada kekuatan hitam yang mengganggu upaya politik saya', itu saja yang membedakan," ungkap Devie.
Devie menyebut di negara lain irasionalitas tidak didemonstrasikan kepada orang luar meskipun secara akar rumput semua mempercayai dan melakukannya.
Alasan mengapa manusiamudah mempercayai hal demikian, menurut Devie, karena dengan klenik membuat seseorang jauh lebih mudah mengontrol perasaan. Misalnya pelajar yang malas menggunakan klenik untuk membuat perasaanya lebih tenang.
"Tinggal menundukkan kepala dengan benda-benda itu cukup membuat kita tenang. Itu bagaikan obat bagi manusia karena kita tidak bisa mengontrol hasilnya," ujarnya.
Bisa jadi kepercayaan terhadap hal klenik hanyalah sugesti. Namun yang membuat orang tertarik adalah keberuntungan yang menjadi kenyataan. Padahal secara ilmiah bisa dijelaskan dengan masuk akal.
Misalnya saja seseorang bermain golf membawa bola sendiri telah diberikan sugesti bahwa bola tersebut dapat membawa keberuntungan. Faktanya, bola yang dianggap membawa keberuntungan ini mampu membuat menumbuhkan kepercayaan diri pemain hingga 35 persen sehingga membawa sedikit keberuntungan setelah bermain.
"Artinya ada hal positif selama tidak menimbulkan keburukan. Tapi memang efek paling buruk dari kepercayaan ini membuat seseorang malas dan menyerahkan segala sesuatu pada hal yang tidak baik," jelasnya.
medcom.id, Jakarta: Pengamat Sosial Devie Rahmawati menemukan fakta bahwa penggunaan jimat sebagai sarana mendapatkan keberuntungan tak cuma ada di Indonesia. Secara periodik aspek mistis dan hal-hal berbau klenik juga terjadi di Eropa dan Amerika.
"Dari 1989-2012 menunjukkan bahwa orang Eropa dan Amerika pun melakukannya. Mahasiswa ketika tes, atlet bahkan peraih nobel sekalipun di depan rumahnya ada barang seperti itu," kata Devie, dalam
Newsline, Kamis 19 Oktober 2017.
Devie mengatakan masyarakat barat menggunakan jimat keberuntungan bukan karena percaya akan hal-hal mistis. Mereka umumnya beralasan bahwa jimat yang digunakan bisa membawa keberuntungan. Padahal esensinya sama saja.
Menurut Devie, kondisi seperti ini menunjukkan bahwa mempercayai hal-hal berbau mistis dan klenik bukan cuma ada di Indonesia tetapi terjadi pada manusia secara global. Hanya saja perbedaan paling mendasar antara di Indonesia dan negara lain adalah tokoh elit di luar negeri tidak mau menunjukkan hal tersebut.
"Berbeda dengan Indonesia yang mantan presiden saja jelas-jelas dalam bukunya mengatakan 'ada kekuatan hitam yang mengganggu upaya politik saya', itu saja yang membedakan," ungkap Devie.
Devie menyebut di negara lain irasionalitas tidak didemonstrasikan kepada orang luar meskipun secara akar rumput semua mempercayai dan melakukannya.
Alasan mengapa manusiamudah mempercayai hal demikian, menurut Devie, karena dengan klenik membuat seseorang jauh lebih mudah mengontrol perasaan. Misalnya pelajar yang malas menggunakan klenik untuk membuat perasaanya lebih tenang.
"Tinggal menundukkan kepala dengan benda-benda itu cukup membuat kita tenang. Itu bagaikan obat bagi manusia karena kita tidak bisa mengontrol hasilnya," ujarnya.
Bisa jadi kepercayaan terhadap hal klenik hanyalah sugesti. Namun yang membuat orang tertarik adalah keberuntungan yang menjadi kenyataan. Padahal secara ilmiah bisa dijelaskan dengan masuk akal.
Misalnya saja seseorang bermain golf membawa bola sendiri telah diberikan sugesti bahwa bola tersebut dapat membawa keberuntungan. Faktanya, bola yang dianggap membawa keberuntungan ini mampu membuat menumbuhkan kepercayaan diri pemain hingga 35 persen sehingga membawa sedikit keberuntungan setelah bermain.
"Artinya ada hal positif selama tidak menimbulkan keburukan. Tapi memang efek paling buruk dari kepercayaan ini membuat seseorang malas dan menyerahkan segala sesuatu pada hal yang tidak baik," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)