Jakarta: Bakal calon presiden (capres) Anies Baswedan menjawab soal tudingan menggunakan politik agama serta pembelahan di Pilkada DKI Jakarta 2017. Jawaban ini terlontar ketika Anies melakukan wawancara khusus dengan stasiun TV Australia ABC News.
Pada Pilkada 2017, Anies bersaing dengan petahana saat itu Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang berasal dari etnis Tionghoa dan beragama Kristen.
Sedangkan Anies merupakan keturunan Arab dan beragama Islam. Saat itu ia dituduh menggunakan politik agama karena mendapat dukungan dari kelompok islam.
Anies menjelaskan bahwa dalam setiap pemilihan pasti ada pembelahan. Apalagi jika calonnya berasal dari etnis atau agama berbeda.
"Jika ada calon dari etnis yang berbeda, maka etnis itu bisa jadi faktor keterbelahan. Bahkan, ketika Anda mengadakan referendum di mana tidak ada kandidat dan perbedaan agama, tapi tetap bisa jadi pembelahan, misalnya Brexit," jelas Anies saat wawancara dengan ABC News Australia, dikutip dalam kanal YouTube Anies Baswedan, Senin, 22 Mei 2023.
Lebih lanjut Anies menjelaskan bahwa dalam pemilihan umum keterbelahan merupakan keniscayaan. Apalagi, selama persaingan itu, masing-masing kubu saling melabeli.
Meski mendapat tuduhan menggunakan politik agama, Anies menegaskan seluruh kebijakannya ketika menjadi gubernur menerapakan prinsip equality atau kesetaraan. Memberikan perlakuan dan kesempatan yang sama kepada semua kelompok agama.
Hal ini terbukti dari lima tahun ia menjabat sebagai Gubernur, tercipta stabilitas dan munculnya rasa damai di Jakarta.
"Saya bekerja lima tahun di Jakarta dan benar-benar menyediakan kesempatan sama dan perlakuan sama bagi semua agama dan kelompok agama. Pada faktanya kami menciptakan perasaan stabil, damai di Jakarta," terang manta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu.
Anies menjelaskan kesetaraan merupakan satu dari empat prioritas ketika mengambil keputusan. Tiga lainnya adalah kepentingan publik, masuk akal, dan hukum aturan dan regulasi.
"Saya sudah menjalani masa jabatan lima tahun, saya pikir kami menjalankan itu berdasarkan prinsip-prinsip itu, itu tidak secara otomatis merefleksikan siapa yang mendukung Anda, tapi prinsip yang terefleksi dalam kebijakan," kata Anies.
“Sekarang sudah selesai. Sekarang saya mengajak orang untuk menilai saya berdasarkan rekam jejak, bukan berdasarkan asumsi di masa lalu," imbuhnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Jakarta: Bakal calon presiden (capres)
Anies Baswedan menjawab soal tudingan menggunakan politik agama serta pembelahan di Pilkada DKI Jakarta 2017. Jawaban ini terlontar ketika Anies melakukan wawancara khusus dengan stasiun TV Australia ABC News.
Pada Pilkada 2017, Anies bersaing dengan petahana saat itu Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang berasal dari etnis Tionghoa dan beragama Kristen.
Sedangkan Anies merupakan keturunan Arab dan beragama Islam. Saat itu ia dituduh menggunakan politik agama karena mendapat dukungan dari kelompok islam.
Anies menjelaskan bahwa dalam setiap
pemilihan pasti ada pembelahan. Apalagi jika calonnya berasal dari etnis atau agama berbeda.
"Jika ada calon dari etnis yang berbeda, maka etnis itu bisa jadi faktor keterbelahan. Bahkan, ketika Anda mengadakan referendum di mana tidak ada kandidat dan perbedaan agama, tapi tetap bisa jadi pembelahan, misalnya Brexit," jelas Anies saat wawancara dengan ABC News Australia, dikutip dalam kanal YouTube Anies Baswedan, Senin, 22 Mei 2023.
Lebih lanjut Anies menjelaskan bahwa dalam pemilihan umum keterbelahan merupakan keniscayaan. Apalagi, selama persaingan itu, masing-masing kubu saling melabeli.
Meski mendapat tuduhan menggunakan politik agama, Anies menegaskan seluruh kebijakannya ketika menjadi gubernur menerapakan prinsip equality atau kesetaraan. Memberikan perlakuan dan kesempatan yang sama kepada semua kelompok agama.
Hal ini terbukti dari lima tahun ia menjabat sebagai Gubernur, tercipta stabilitas dan munculnya rasa damai di Jakarta.
"Saya bekerja lima tahun di Jakarta dan benar-benar menyediakan kesempatan sama dan perlakuan sama bagi semua agama dan kelompok agama. Pada faktanya kami menciptakan perasaan stabil, damai di Jakarta," terang manta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu.
Anies menjelaskan kesetaraan merupakan satu dari empat prioritas ketika mengambil keputusan. Tiga lainnya adalah kepentingan publik, masuk akal, dan hukum aturan dan regulasi.
"Saya sudah menjalani masa jabatan lima tahun, saya pikir kami menjalankan itu berdasarkan prinsip-prinsip itu, itu tidak secara otomatis merefleksikan siapa yang mendukung Anda, tapi prinsip yang terefleksi dalam kebijakan," kata Anies.
“Sekarang sudah selesai. Sekarang saya mengajak orang untuk menilai saya berdasarkan rekam jejak, bukan berdasarkan asumsi di masa lalu," imbuhnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(RUL)