Jakarta: Golput merupakan singkatan dari Golongan Putih selalu menjadi pembahasan nyaris di setiap momen Pemilu. Hingga saat ini, Golput masih diklaim sebagai bagian dari demokrasi.
Hampir di setiap penyelenggaraan Pemilu, golput menjadi pilihan bagi mereka yang tidak menentukan pilihan dan tidak mau terlibat sama sekali dalam proses demokrasi yang dijalankan.
Sejarah Golput di Indonesia
Istilah golput (golongan putih) sudah lama menghiasi perjalanan demokrasi di Indonesia. Secara historis, istilah "putih" yang tersemat dalam kelompok Golput dipakai untuk memposisikan diri sebagai sesuatu yang netral dan tidak partisan.
Kemunculan Golput berawal dari gerakan protes para mahasiswa dan pemuda pada pelaksanaan Pemilu 1971 yang merupakan Pemilu pertama pada era Orde Baru. Peserta pemilu saat itu sebanyak 10 partai politik.
Merangkum dari berbagai sumber, tokoh yang terkenal dalam memimpin gerakan Golput adalah Arief Budiman. Namun, pencetus istilah “Golput” sendiri yaitu Imam Waluyo.
Kala itu, penyematan warna "putih" dalam kelompok Golput karena gerakan ini menganjurkan agar mencoblos bagian putih pada kertas atau surat suara di luar gambar parpol peserta Pemilu.
Para pencetus gerakan Golput berpendapat bahwa ide dan gagasan mereka bukanlah untuk mencapai kemenangan politik, tetapi lebih untuk melahirkan tradisi adanya jaminan perbedaan pendapat dengan penguasa dalam situasi apapun.
Tak hanya itu, golongan putih kemudian juga populer digunakan sebagai oposisi bagi Golongan Karya, partai politik yang selalu mendominasi pada masa Orde Baru.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Jakarta:
Golput merupakan singkatan dari Golongan Putih selalu menjadi pembahasan nyaris di setiap momen Pemilu. Hingga saat ini, Golput masih diklaim sebagai bagian dari
demokrasi.
Hampir di setiap penyelenggaraan Pemilu, golput menjadi pilihan bagi mereka yang tidak menentukan pilihan dan tidak mau terlibat sama sekali dalam proses demokrasi yang dijalankan.
Sejarah Golput di Indonesia
Istilah golput (golongan putih) sudah lama menghiasi perjalanan demokrasi di Indonesia. Secara historis, istilah "putih" yang tersemat dalam kelompok Golput dipakai untuk memposisikan diri sebagai sesuatu yang netral dan tidak partisan.
Kemunculan Golput berawal dari gerakan protes para mahasiswa dan pemuda pada pelaksanaan Pemilu 1971 yang merupakan Pemilu pertama pada era Orde Baru. Peserta pemilu saat itu sebanyak 10 partai politik.
Merangkum dari berbagai sumber, tokoh yang terkenal dalam memimpin gerakan Golput adalah Arief Budiman. Namun, pencetus istilah “Golput” sendiri yaitu Imam Waluyo.
Kala itu, penyematan warna "putih" dalam kelompok Golput karena gerakan ini menganjurkan agar mencoblos bagian putih pada kertas atau surat suara di luar gambar parpol peserta Pemilu.
Para pencetus gerakan Golput berpendapat bahwa ide dan gagasan mereka bukanlah untuk mencapai kemenangan politik, tetapi lebih untuk melahirkan tradisi adanya jaminan perbedaan pendapat dengan penguasa dalam situasi apapun.
Tak hanya itu, golongan putih kemudian juga populer digunakan sebagai oposisi bagi Golongan Karya, partai politik yang selalu mendominasi pada masa Orde Baru.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(PRI)