Jakarta: Setetes darah sangat berharga bagi keselamatan nyawa seseorang. Tak sedikit juga orang meninggal karena kekurangan darah. Faktor ini lah yang menjadi pemicu bagi Michael Octaviano Alexander, seorang lulusan STPDN Bandung untuk mendirikan yayasan Blood For Life Foundation (BLFL).
BLFL adalah sebuah yayasan yang salah satu kegiatannya menyediakan darah bagi kemanusian secara gratis. Yayasan darah untuk kehidupan yang berbasis di Banda Aceh ini didirikan pada 2010.
Awalnya, Michael merasa miris setelah mendengar tetangganya meninggal dunia karena terkena DBD dan kekurangan darah. Nahasnya, tetangganya itu meninggal dalam kondisi mengandung dan segera melahirkan.
Selain itu, Michael kembali mendengar tetangganya meninggal dunia karena kekurangan darah.
Donor darah dimulai di lingkungan kerjanya
Michael yang memiliki istri seorang dokter yang bertugas di transfusi darah pun mulai mengajak stafnya untuk melakukan donor darah. Harapannya, darah yang didonorkan bisa membantu orang-orang yang membutuhkan.
Saat itu, Michael bekerja di Badan Perencaaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Aceh. Pria kelahiran 10 Oktober 1980 itu menjabat sebagai kepala bagian. Michael berdiskusi tentang konsep gerakan donor darah dengan stafnya.
Gerakan pertama dengan mengadakan aksi donor darah rutin tiga bulan sekali di lingkungan kantornya. Minat pegawai cukup tinggi. Bahkan, pegawai dari dinas lain turut berpartisipasi. Donor darah yang terkumpul pun bisa mencapai 300 kantong.
Agar lebih terorganisasi, Michael membentuk BFLF guna mengatasi kelangkaan persediaan darah. Melalui gerakan donor darah ini Michael mempertemukan para pendonor dengan pasien beserta keluarganya.
Dalam kegiatan sosial, BFLF fokus membantu masyarakat yang membutuhkan darah dengan cara mengumpulkan data base pendonor, menjadi media komunikasi bantuan darah untuk masyarakat, serta aktif mengakomodasi informasi pendonor maupun warga yang membutuhkan darah.
Michael pun menjelaskan, tujuan lain mendirikan BFLF ini, yakni untuk mengembangkan, meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab sosial, serta peran serta masyarakat untuk aktif menjadi pendonor darah secara sukarela.
BFLF juga menyediakan rumah singgah dan ambulans antar jemput pasien kurang mampu yang memerlukan perawatan secara rutin. Di antaranya, untuk penderita thalasemia, kanker dan penyakit kronis lainnya.
Puluhan cabang se-Indonesia
BFLF saat ini memiliki 7 rumah singgah yang tersebar di Pulau Jawa, 23 cabang di seluruh kabupaten/kota se-Aceh, dan 10 cabang di berbagai provinsi di Indonesia. Seluruh cabang ini menyediakan layanan donor darah dan ambulans.
BFLF juga membuat program berbagi nasi untuk keluarga pasien karena banyak para orang tua yang tidak mendapatkan konsumsi selama menunggu keluarganya yang sakit.
Kisah Michael Octaviano Alexander mendirikan yayasan donor darah menjadi inspirasi banyak masyarakat di Indonesia. Kisahnya juga sempat diangkat dalam acara talkshow, Kick Andy di Metro TV. Kini, ia terpilih dalam nominasi Kick Andy Heroes 2023.
Jakarta: Setetes darah sangat berharga bagi keselamatan nyawa seseorang. Tak sedikit juga orang meninggal karena kekurangan darah. Faktor ini lah yang menjadi pemicu bagi Michael Octaviano Alexander, seorang lulusan STPDN Bandung untuk mendirikan yayasan
Blood For Life Foundation (BLFL).
BLFL adalah sebuah yayasan yang salah satu kegiatannya menyediakan darah bagi kemanusian secara gratis. Yayasan darah untuk kehidupan yang berbasis di Banda Aceh ini didirikan pada 2010.
Awalnya, Michael merasa miris setelah mendengar tetangganya meninggal dunia karena terkena DBD dan kekurangan darah. Nahasnya, tetangganya itu meninggal dalam kondisi mengandung dan segera melahirkan.
Selain itu, Michael kembali mendengar tetangganya meninggal dunia karena kekurangan darah.
Donor darah dimulai di lingkungan kerjanya
Michael yang memiliki istri seorang dokter yang bertugas di transfusi darah pun mulai mengajak stafnya untuk melakukan donor darah. Harapannya, darah yang didonorkan bisa membantu orang-orang yang membutuhkan.
Saat itu, Michael bekerja di Badan Perencaaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Aceh. Pria kelahiran 10 Oktober 1980 itu menjabat sebagai kepala bagian. Michael berdiskusi tentang konsep gerakan donor darah dengan stafnya.
Gerakan pertama dengan mengadakan aksi donor darah rutin tiga bulan sekali di lingkungan kantornya. Minat pegawai cukup tinggi. Bahkan, pegawai dari dinas lain turut berpartisipasi. Donor darah yang terkumpul pun bisa mencapai 300 kantong.
Agar lebih terorganisasi, Michael membentuk BFLF guna mengatasi kelangkaan persediaan darah. Melalui gerakan donor darah ini Michael mempertemukan para pendonor dengan pasien beserta keluarganya.
Dalam kegiatan sosial, BFLF fokus membantu masyarakat yang membutuhkan darah dengan cara mengumpulkan data base pendonor, menjadi media komunikasi bantuan darah untuk masyarakat, serta aktif mengakomodasi informasi pendonor maupun warga yang membutuhkan darah.
Michael pun menjelaskan, tujuan lain mendirikan BFLF ini, yakni untuk mengembangkan, meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab sosial, serta peran serta masyarakat untuk aktif menjadi pendonor darah secara sukarela.
BFLF juga menyediakan rumah singgah dan ambulans antar jemput pasien kurang mampu yang memerlukan perawatan secara rutin. Di antaranya, untuk penderita thalasemia, kanker dan penyakit kronis lainnya.
Puluhan cabang se-Indonesia
BFLF saat ini memiliki 7 rumah singgah yang tersebar di Pulau Jawa, 23 cabang di seluruh kabupaten/kota se-Aceh, dan 10 cabang di berbagai provinsi di Indonesia. Seluruh cabang ini menyediakan layanan donor darah dan ambulans.
BFLF juga membuat program berbagi nasi untuk keluarga pasien karena banyak para orang tua yang tidak mendapatkan konsumsi selama menunggu keluarganya yang sakit.
Kisah Michael Octaviano Alexander mendirikan yayasan donor darah menjadi inspirasi banyak masyarakat di Indonesia. Kisahnya juga sempat diangkat dalam acara talkshow, Kick Andy di Metro TV. Kini, ia terpilih dalam nominasi
Kick Andy Heroes 2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(PAT)