medcom.id, Jakarta: Polisi menyita sejumlah barang bukti saat menggeledah rumah orangtua Sultan Aziansyah, 22. Penggeledahan dilakukan Kamis malam setelah Sultan menyerang sejumlah polisi di sekitar Lembaga Pendidikan Yupentek.
Dari rumah di Desa Lebak Wangi, Sepatan, Tangerang Kota, polisi menyita sejumlah senjata tajam, bahan pembuat bom, buku, dan logo ISIS. Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar menjelaskan, polisi juga menyita senjata tajam samurai, pisau, ranjau paku, amunisi aktif, serbuk potasium sulfur dan alumunium.
"Pipa sepanjang 50 centimeter, potongan bom pipa itu. Panjangnya bervariasi ukurannya. Biasanya dipakai casing bahan peledak yang isinya potasium," beber Boy Rafli di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (21/10/2016).
Baca: Jejak Sultan di Dunia Maya
Polisi juga menemukan baterai yang biasa digunakan sebagai pemicu bahan peledak. Ada pula beberapa alat komunikasi, buku berjudul 'Petaka Akhir Zaman'.
"Ini sangat mungkin mempengaruhi pikirannya. Ada juga stiker logo ISIS," papar Boy.
Polisi berjaga-jaga di lokasi penyerangan di Cikokol. Foto: Ant/Muhammad Iqbal.
Sultan dikenal pendiam dan jarang berkomunikasi dengan teman seusianya. Dia, kata Boy, menurut penuturan sang kakak, jarang berkomunikasi dengan keluarga. Belakangan diketahui Sultan telah aktif dalam jaringan teror Maman Abdurrahman.
Sultan merupakan anak bungsu pasangan Abdu Bin Nawawi, 57, dan Rokibah, 53. Mereka berasal dari Palembang yang menjadi wiraswasta di Tangerang. Pasangan ini memiliki empat anak laki-laki, yaitu Puadi, Abid, Ihsan, dan Sultan Aziansyah.
Keluarga ini sempat bermukim di perumahan Asrama Polri lantaran anak kedua dan ketiga menjadi anggota polisi. Sejak Sultan duduk dibangku SMP, keluarganya pindah ke daerah RT 04 / RW 02 No. 71 Desa Lebak Wangi, Sepatan, Tangerang.
Sultan menyerang Kepala Polsek Tangerang Kota Kompol Effendi dan dua anak buahnya di sekitar Lembaga Pendidikan Yupentek, Cikokol, Tangerang Kota, Banten, kemarin. Sultan menyerang menggunakan golok. Dia juga sempat melempar diduga bom ke dalam pospol sebelum ditembak petugas.
Effendi mengalami luka tusuk di dada. Sementara anggota polisi lain, Iptu Bambang Haryadi terluka di dada dan punggung kiri dan Bripka Sukardi menderita luka bacok di punggung dan lengan.
Sultan meninggal saat dirujuk ke Rumah Sakit Polri, Kramatjati, Jakarta Timur. Ia kehabisan darah dalam perjalanan menuju RS Polri. Jenazahnya telah dimakamkan oleh keluarga semalam.
medcom.id, Jakarta: Polisi menyita sejumlah barang bukti saat menggeledah rumah orangtua Sultan Aziansyah, 22. Penggeledahan dilakukan Kamis malam setelah Sultan menyerang sejumlah polisi di sekitar Lembaga Pendidikan Yupentek.
Dari rumah di Desa Lebak Wangi, Sepatan, Tangerang Kota, polisi menyita sejumlah senjata tajam, bahan pembuat bom, buku, dan logo ISIS. Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar menjelaskan, polisi juga menyita senjata tajam samurai, pisau, ranjau paku, amunisi aktif, serbuk potasium sulfur dan alumunium.
"Pipa sepanjang 50 centimeter, potongan bom pipa itu. Panjangnya bervariasi ukurannya. Biasanya dipakai casing bahan peledak yang isinya potasium," beber Boy Rafli di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (21/10/2016).
Baca:
Jejak Sultan di Dunia Maya
Polisi juga menemukan baterai yang biasa digunakan sebagai pemicu bahan peledak. Ada pula beberapa alat komunikasi, buku berjudul 'Petaka Akhir Zaman'.
"Ini sangat mungkin mempengaruhi pikirannya. Ada juga stiker logo ISIS," papar Boy.
Polisi berjaga-jaga di lokasi penyerangan di Cikokol. Foto: Ant/Muhammad Iqbal.
Sultan dikenal pendiam dan jarang berkomunikasi dengan teman seusianya. Dia, kata Boy, menurut penuturan sang kakak, jarang berkomunikasi dengan keluarga. Belakangan diketahui Sultan telah aktif dalam jaringan teror Maman Abdurrahman.
Sultan merupakan anak bungsu pasangan Abdu Bin Nawawi, 57, dan Rokibah, 53. Mereka berasal dari Palembang yang menjadi wiraswasta di Tangerang. Pasangan ini memiliki empat anak laki-laki, yaitu Puadi, Abid, Ihsan, dan Sultan Aziansyah.
Keluarga ini sempat bermukim di perumahan Asrama Polri lantaran anak kedua dan ketiga menjadi anggota polisi. Sejak Sultan duduk dibangku SMP, keluarganya pindah ke daerah RT 04 / RW 02 No. 71 Desa Lebak Wangi, Sepatan, Tangerang.
Sultan menyerang Kepala Polsek Tangerang Kota Kompol Effendi dan dua anak buahnya di sekitar Lembaga Pendidikan Yupentek, Cikokol, Tangerang Kota, Banten, kemarin. Sultan menyerang menggunakan golok. Dia juga sempat melempar diduga bom ke dalam pospol sebelum ditembak petugas.
Effendi mengalami luka tusuk di dada. Sementara anggota polisi lain, Iptu Bambang Haryadi terluka di dada dan punggung kiri dan Bripka Sukardi menderita luka bacok di punggung dan lengan.
Sultan meninggal saat dirujuk ke Rumah Sakit Polri, Kramatjati, Jakarta Timur. Ia kehabisan darah dalam perjalanan menuju RS Polri. Jenazahnya telah dimakamkan oleh keluarga semalam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DOR)