Jakarta: Masyarakat didorong untuk mengenali bentuk kekerasan seksual berbasis elektronik (KSBE). Pasalnya, KSBE semakin marak di Indonesia.
Komnas Perempuan menerima 2.776 laporan KSBE terhadap perempuan periode Mei 2022 hingga Desember 2023. Pada periode itu, KSBE juga dialami 679 anak.
Konten Kreator Siklus Indonesia, Putri Khatulistiwa, menyebut data tersebut sudah masuk level darurat. Mengingat perempuan dan anak merupakan kategori yang rentan.
"Situasi ini menunjukkan urgensi yang meningkatkan upaya pencegahan dan penanganan KSBE. Karena anak perempuan lebih rentan," kata Putri melalui keterangan tertulis, Sabtu, 7 September 2024.
Putri menyatakan hal itu saat menjadi pembicara dalam diskusi Obral Obrol Literasi Digital (OOTD) bertajuk Kupas KSBE Sampai Tuntas, kemarin.
Komnas Perempuan menyatakan KSBE merupakan salah satu tindak pidana yang cukup memprihatinkan. Pendekatan kejahatan ini berupa cyber grooming, konten ilegal, pelanggaran privasi, ancaman penyebaran foto atau video pribadi, pencemaran nama baik, hingga rekrutmen online.
Laki-laki pun rentan
Koordinator Divisi Konten Kreatif Siberkreasi Oktora Irahadi mengatakan, tidak hanya perempuan, KSBE juga bisa menimpa laki-laki. Biasanya pelaku KSBE yang menyasar laki-laki bertujuan untuk melakukan tindak penipuan dan pemerasan.
Itu sebabnya, dia mengimbau laki-laki juga harus waspada jika ada tanda-tanda tindak KSBE di media sosial. Seperti, pesan singkat dari orang tak dikenal atau tautan website yang mencurigakan.
"Yang ada saat ini hanya pindah dari offline menjadi online. Jadi, pada dasarnya sudah ada sejak zaman dulu. Tidak hanya cewek, cowok juga harusnya sadar bahwa banyak hal yang berbahaya dari KSBE," kata Oktora.
Selain mencegah dengan cara meningkatkan literasi digital, Oktora juga mengimbau masyarakat untuk berani berbicara dan melaporkan kepada pihak berwajib jika mengalami KSBE. Pasalnya, menuruti ancaman pelaku tindakan tak bermoral tersebut hanya akan membuat aksi kejahatan ini terjadi secara berlarut-larut.
Jakarta: Masyarakat didorong untuk mengenali bentuk
kekerasan seksual berbasis elektronik (KSBE). Pasalnya, KSBE semakin marak di Indonesia.
Komnas Perempuan menerima 2.776 laporan KSBE terhadap perempuan periode Mei 2022 hingga Desember 2023. Pada periode itu, KSBE juga dialami 679 anak.
Konten Kreator Siklus Indonesia, Putri Khatulistiwa, menyebut data tersebut sudah masuk level darurat. Mengingat perempuan dan anak merupakan kategori yang rentan.
"Situasi ini menunjukkan urgensi yang meningkatkan upaya pencegahan dan penanganan KSBE. Karena anak perempuan lebih rentan," kata Putri melalui keterangan tertulis, Sabtu, 7 September 2024.
Putri menyatakan hal itu saat menjadi pembicara dalam diskusi Obral Obrol Literasi Digital (OOTD) bertajuk Kupas KSBE Sampai Tuntas, kemarin.
Komnas Perempuan menyatakan KSBE merupakan salah satu tindak pidana yang cukup memprihatinkan. Pendekatan kejahatan ini berupa cyber grooming, konten ilegal, pelanggaran privasi, ancaman penyebaran foto atau video pribadi, pencemaran nama baik, hingga rekrutmen online.
Laki-laki pun rentan
Koordinator Divisi Konten Kreatif Siberkreasi Oktora Irahadi mengatakan, tidak hanya perempuan, KSBE juga bisa menimpa laki-laki. Biasanya pelaku KSBE yang menyasar laki-laki bertujuan untuk melakukan tindak penipuan dan pemerasan.
Itu sebabnya, dia mengimbau laki-laki juga harus waspada jika ada tanda-tanda tindak KSBE di media sosial. Seperti, pesan singkat dari orang tak dikenal atau tautan website yang mencurigakan.
"Yang ada saat ini hanya pindah dari offline menjadi online. Jadi, pada dasarnya sudah ada sejak zaman dulu. Tidak hanya cewek, cowok juga harusnya sadar bahwa banyak hal yang berbahaya dari KSBE," kata Oktora.
Selain mencegah dengan cara meningkatkan literasi digital, Oktora juga mengimbau masyarakat untuk berani berbicara dan melaporkan kepada pihak berwajib jika mengalami KSBE. Pasalnya, menuruti ancaman pelaku tindakan tak bermoral tersebut hanya akan membuat aksi kejahatan ini terjadi secara berlarut-larut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)