Jakarta: Masyarakat Indonesia disebut berada di era post truth. Masa ini membuat seseorang mengonsumsi informasi berdasarkan emosi atau kesukaan, bukan fakta.
"Fakta itu kalah oleh keinginan. Jadi orang men-scanning isu itu cenderung dicocokkan dengan keinginannya," kata Direktur Pemberitaan Medcom.id, Abdul Kohar dalam diskusi virtual yang diselenggarakan oleh Suara Aisyiyah, Sabtu, 11 Juli 2020.
Kondisi tersebut diperparah banyaknya informasi tak jelas atau hoaks yang beredar di tengah masyarakat. Hal tersebut memengaruhi psikologi pembaca mencerna informasi.
"Jadi istilah saya itu kalau kebohongan tapi kemudian diviralkan dan bisa diimani sebagai kebenaran. Padahal faktanya itu adalah bohong," ungkap dia.
Dia menyebut era post truth ditandai dengan menguatnya politik identitas. Pandangan masyarakat terhadap seseorang hanya berdasarkan kelompok, suku dan agama.
Artinya, pandangan lebih tertutup dan susah sekali diurai. Dia mencontohkan kampanye Pemilihan Umum (Pemilu) Amerika pada 2016. Era ini dimanfaatkan Donald Trump menyerang Hillary Clinton.
"Jadi ketika itu Donald Trump membuat banyak sekali informasi untuk menyerang lawan politik itu Hillary Clinton," terang dia.
Donald Trump banyak menggunakan atau memproduksi berita palsu menyerang Hillary Clinton dan Partai Demokrat. Informasi yang disebarkan juga sangat masif.
"Sehingga orang yang sudah merasa tergosok (terpengaruhi) akhirnya itu menganggap sebagai fakta padahal itu semua jauh dari kebenaran," ujar dia.
Jakarta: Masyarakat Indonesia disebut berada di era
post truth. Masa ini membuat seseorang mengonsumsi informasi berdasarkan emosi atau kesukaan, bukan fakta.
"Fakta itu kalah oleh keinginan. Jadi orang men-
scanning isu itu cenderung dicocokkan dengan keinginannya," kata Direktur Pemberitaan Medcom.id, Abdul Kohar dalam diskusi virtual yang diselenggarakan oleh Suara Aisyiyah, Sabtu, 11 Juli 2020.
Kondisi tersebut diperparah banyaknya informasi tak jelas atau hoaks yang beredar di tengah masyarakat. Hal tersebut memengaruhi psikologi pembaca mencerna informasi.
"Jadi istilah saya itu kalau kebohongan tapi kemudian diviralkan dan bisa diimani sebagai kebenaran. Padahal faktanya itu adalah bohong," ungkap dia.
Dia menyebut era
post truth ditandai dengan menguatnya politik identitas. Pandangan masyarakat terhadap seseorang hanya berdasarkan kelompok, suku dan agama.
Artinya, pandangan lebih tertutup dan susah sekali diurai. Dia mencontohkan kampanye Pemilihan Umum (Pemilu) Amerika pada 2016. Era ini dimanfaatkan Donald Trump menyerang Hillary Clinton.
"Jadi ketika itu Donald Trump membuat banyak sekali informasi untuk menyerang lawan politik itu Hillary Clinton," terang dia.
Donald Trump banyak menggunakan atau memproduksi berita palsu menyerang Hillary Clinton dan Partai Demokrat. Informasi yang disebarkan juga sangat masif.
"Sehingga orang yang sudah merasa tergosok (terpengaruhi) akhirnya itu menganggap sebagai fakta padahal itu semua jauh dari kebenaran," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(ADN)