Apa Itu Contract Farming yang Dipilih Anies Ketimbang Food Estate? Ini Keunggulan dan Kekurangannya

Jakarta: Calon presiden (capres) nomor urut 1 Anies Baswedan memilih contract farming karena lebih unggul ketimbang food estate, apa itu? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini. Contract Farming Adalah Dikutip dari laman Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), contract farming adalah kesepakatan antara petani (produsen) dan pembeli. Kedua pihak menyepakati terkait syarat dan ketentuan produksi dan pemasaran produk pertanian.  Secara lebih detail kesepakatan tersebut mencakup harga yang harus dibayar kepada petani, kuantitas dan kualitas produk yang diminta pembeli, serta tanggal penyerahan kepada pembeli.  Konsep contract farming ini ini menurut Anies memberi kemudahan petani lokal. Produk pertanian mereka, kata Anies, bisa disalurkan ke masyarakat yang membutuhkan lewat badan-badan usaha tersebut. "Kami melihat seperti itu agar lebih adil karena mereka yang selama ini berpuluh-puluh tahun memang memproduksi pertanian," kata Anies saat berkampanye di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu, 29 November 2023. Dengan program ini nantinya sentra-sentra pertanian akan dijadikan mitra. Nantinya pemerintah akan membuat regulasinya. "Jadi sentra-sentra pertanian yang sekarang ada itu dijadikan sebagai mitra, bisa BUMD, bisa BUMN, bisa swasta tapi pemerintah mempersiapkan regulasinya," jelas Anies. Keunggulan dan Kekurangan Contract Farming Contract farming ini memiliki keunggulan dan kekurangan. Dari sisi kedekatan produsen bisa lebih dekat ke pembeli produk pertaniannya. Namun, di sisi lain contract farming ini juga memiliki kekurangan bagi pembeli untuk mencari suplai alternatif. Berikut ini keunggulan dan kekurangan contract farming: Keunggulan Bagi Petani Akses yang lebih mudah terhadap input, layanan dan kredit Peningkatan produksi dan manajemen Mengamankan pasar atau mengakses pasar baru Pengurangan risiko terkait harga Pendapatan yang lebih stabil: perencanaan yang lebih baik Pengenalan teknologi baru   Keuntungan bagi pembeli Pasokan bahan baku yang konsisten. Produk sesuai dengan standar kualitas dan keterampilan keselamatan. Mengurangi biaya input dan tenaga kerja jika dibandingkan dengan produksi terintegrasi di lahan milik perusahaan. Peluang yang lebih baik untuk mendapatkan produk dengan kualitas yang konsisten. Dapat membantu mengatasi keterbatasan lahan. Produksi lebih dapat diandalkan daripada pembelian pasar terbuka. Kekurangan bagi petani Hilangnya fleksibilitas untuk menjual kepada pembeli alternatif ketika harga naik. Kemungkinan keterlambatan pembayaran dan keterlambatan pengiriman input. Risiko hutang dari pinjaman yang diberikan oleh pembeli. Risiko lingkungan karena hanya menanam satu jenis tanaman. Ketimpangan posisi tawar antara petani dan pembeli. Peningkatan ketergantungan dan kerentanan jika pembeli tidak dapat diandalkan atau mengeksploitasi monopoli. Kerugian bagi pembeli Biaya transaksi yang tinggi karena melakukan kontrak dengan banyak petani kecil. Risiko penjualan sampingan jika petani memutuskan untuk memutuskan kontrak dan menjualnya kepada orang lain. Potensi penyalahgunaan input jika petani menggunakan benih dan pupuk yang disediakan pembeli oleh perusahaan untuk tujuan lain. Hilangnya fleksibilitas untuk mencari pasokan alternatif. Reputasi buruk jika terjadi kesalahan.