Jakarta: Keislaman Presiden Joko Widodo diulas mendalam oleh Mukti Ali Qusyairi. Bahkan, profil termasuk ketaatan Jokowi dalam agama dirangkum Mukti dalam buku berjudul 'Ulama Bertutur tentang Jokowi: Jalinan Keislaman, Keumatan dan Kebangsaan'.
Mukti mengungkap alasan lebih banyak mengulas tiga aspek yakni Keislaman, Keumatan dan Kebangsaan Jokowi dalam buku tersebut. Pertama, karena sebagian besar buku-buku tentang Jokowi tidak banyak mengulas ketaatan Jokowi terhadap agama.
"Mungkin soal kebangsaanya banyak, mereka lebih menulis pada aspek biografinya," kata Mukti di Jakarta, Kamis, 20 Desember 2018.
Pada saat bersamaan, tepatnya pada 2014, muncul isu bahwa Jokowi seorang PKI, keturunan China bahkan anti-Islam. Diperparah dengan isu pro asing dan aseng. Isu-isu ini santer menghiasi medsos dan jadi konsumsi publik.
Tak hanya di medsos, isu-isu yang menyudutkan Jokowi ini akhirnya dimuat dalam majalah Obor Rakyat. Disusul dengan buku Jokowi Undercover, isinya sama menyudutkan Jokowi.
"Tiga isu inilah saya tertarik untuk mencari jawabannya, yang pertama apakah Pak Jokowi terlibat PKI dalam hal ini atheis? jawaban ini tidak bisa kita membangun jawaban dengan narasi asumsi, dengan narasi imajiner," ujarnya.
Untuk menjawab pertanyaan itu, kata Mukti, perlu melakukan penelitian langsung. Terpenting, semua jawaban didapat dari sumber-sumber yang tepat.
"Dan Alhamdulillah saya berhasil mengakses informasi itu kepada para ulama yang pernah memberikan pengajian kepada Pak Jokowi, ngaji Al Qur'an, hingga pengajian siraman rohani," ucap dia.
Mukti menyebut orang-orang yang menjadi narasumbernya antara lain Nyai Dr Lilis Fatimah, guru ngaji keluarga besar Jokowi khususnya ibu dan adik-adik Jokowi. Kemudian, guru ngaji Jokowi yakni KH Abdul Qarib Ahmad.
Termasuk, Ustadz Mudzakhir yang merupakan alumni pondok pesantren Situbondo yang pernah memberikan private Al Quran terhadap Jokowi serta dua anaknya Kaesang Pangarep dan Kahiyang Ayu. Sahabat karib Jokowi semasa di Asosiasi Pengusaha Mebel Indonesia (ASMINDO) Slamet Raharjo juga ikut menjadi narasumber untuk menyelesaikan buku tersebut.
"Ini sumber-sumber yang saya gali dari beliau-beliau ini lalu kemudian jadilah buku khusus pada bab 1 tentang jejak-jejak religiusitas Jokowi dan Jokowi berkarakter," beber dia.
Alasan kedua, karena Mukti ingin mencari tahu kebenaran dari tudingan sejumlah pihak tentang kriminalisasi ulama. Mukti mencari jawaban ini dengan cara melacak program-program keumatan Jokowi.
Dari hasil pelacakan itu, Mukti tak menemukan adanya kriminalisasi terhadap ulama, seperti yang dituduhkan pihak-pihak tersebut. Jokowi justru membuktikan kalau dirinya mendukung dan melindungi umat, dengan beberapa program yakni mendeklarasikan hari santri nasional, membangun program pembangunan rusunawa bagi pondok pesantren, dan meluncurkan Bank Wakaf Mikro.
"Setelah saya mendapat jawaban dari lapangan, berarti tidak benar kalau Pak Jokowi itu anti umat Islam karena banyak sekali programnya yang mensupport dan bermanafaat bagi umat Islam," katanya.
Alasan terakhir karena Mukti ingin mencari tahu kepribadian Jokowi dari sisi kebangsaan. Dari hasil penelusuran, Jokowi memiliki gairah menjadikan Indonesia sebagai negara berdaulat.
Hal ini dibuktikan melalui program Jokowi untuk memperkuat ideologi bangsa dengan cara mendirikan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Lalu, penenggelaman kapal-kapal pencuri ikan di laut, pengambilalihan blok rokan mahakam, dan pembubaran petral. Termasuk pembangunan infrastruktur di daerah pelosok, khususnya di Papua.
"Dan semua ini yang saya jelaskan tadi prespektif para ulama, jadi ulama zaman now itu sudah sangat melek, para ulama berbicara tentang nawacita revolusi mental itu sudah sangat fasih sekali dan jernih, dan yang terpenting jernihnya itu," pungkas dia.
Jakarta: Keislaman Presiden Joko Widodo diulas mendalam oleh Mukti Ali Qusyairi. Bahkan, profil termasuk ketaatan Jokowi dalam agama dirangkum Mukti dalam buku berjudul 'Ulama Bertutur tentang Jokowi: Jalinan Keislaman, Keumatan dan Kebangsaan'.
Mukti mengungkap alasan lebih banyak mengulas tiga aspek yakni Keislaman, Keumatan dan Kebangsaan Jokowi dalam buku tersebut. Pertama, karena sebagian besar buku-buku tentang Jokowi tidak banyak mengulas ketaatan Jokowi terhadap agama.
"Mungkin soal kebangsaanya banyak, mereka lebih menulis pada aspek biografinya," kata Mukti di Jakarta, Kamis, 20 Desember 2018.
Pada saat bersamaan, tepatnya pada 2014, muncul isu bahwa Jokowi seorang PKI, keturunan China bahkan anti-Islam. Diperparah dengan isu pro asing dan aseng. Isu-isu ini santer menghiasi medsos dan jadi konsumsi publik.
Tak hanya di medsos, isu-isu yang menyudutkan Jokowi ini akhirnya dimuat dalam majalah
Obor Rakyat. Disusul dengan buku
Jokowi Undercover, isinya sama menyudutkan Jokowi.
"Tiga isu inilah saya tertarik untuk mencari jawabannya, yang pertama apakah Pak Jokowi terlibat PKI dalam hal ini atheis? jawaban ini tidak bisa kita membangun jawaban dengan narasi asumsi, dengan narasi imajiner," ujarnya.
Untuk menjawab pertanyaan itu, kata Mukti, perlu melakukan penelitian langsung. Terpenting, semua jawaban didapat dari sumber-sumber yang tepat.
"Dan Alhamdulillah saya berhasil mengakses informasi itu kepada para ulama yang pernah memberikan pengajian kepada Pak Jokowi, ngaji Al Qur'an, hingga pengajian siraman rohani," ucap dia.
Mukti menyebut orang-orang yang menjadi narasumbernya antara lain Nyai Dr Lilis Fatimah, guru ngaji keluarga besar Jokowi khususnya ibu dan adik-adik Jokowi. Kemudian, guru ngaji Jokowi yakni KH Abdul Qarib Ahmad.
Termasuk, Ustadz Mudzakhir yang merupakan alumni pondok pesantren Situbondo yang pernah memberikan private Al Quran terhadap Jokowi serta dua anaknya Kaesang Pangarep dan Kahiyang Ayu. Sahabat karib Jokowi semasa di Asosiasi Pengusaha Mebel Indonesia (ASMINDO) Slamet Raharjo juga ikut menjadi narasumber untuk menyelesaikan buku tersebut.
"Ini sumber-sumber yang saya gali dari beliau-beliau ini lalu kemudian jadilah buku khusus pada bab 1 tentang jejak-jejak religiusitas Jokowi dan Jokowi berkarakter," beber dia.
Alasan kedua, karena Mukti ingin mencari tahu kebenaran dari tudingan sejumlah pihak tentang kriminalisasi ulama. Mukti mencari jawaban ini dengan cara melacak program-program keumatan Jokowi.
Dari hasil pelacakan itu, Mukti tak menemukan adanya kriminalisasi terhadap ulama, seperti yang dituduhkan pihak-pihak tersebut. Jokowi justru membuktikan kalau dirinya mendukung dan melindungi umat, dengan beberapa program yakni mendeklarasikan hari santri nasional, membangun program pembangunan rusunawa bagi pondok pesantren, dan meluncurkan Bank Wakaf Mikro.
"Setelah saya mendapat jawaban dari lapangan, berarti tidak benar kalau Pak Jokowi itu anti umat Islam karena banyak sekali programnya yang mensupport dan bermanafaat bagi umat Islam," katanya.
Alasan terakhir karena Mukti ingin mencari tahu kepribadian Jokowi dari sisi kebangsaan. Dari hasil penelusuran, Jokowi memiliki gairah menjadikan Indonesia sebagai negara berdaulat.
Hal ini dibuktikan melalui program Jokowi untuk memperkuat ideologi bangsa dengan cara mendirikan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Lalu, penenggelaman kapal-kapal pencuri ikan di laut, pengambilalihan blok rokan mahakam, dan pembubaran petral. Termasuk pembangunan infrastruktur di daerah pelosok, khususnya di Papua.
"Dan semua ini yang saya jelaskan tadi prespektif para ulama, jadi ulama zaman
now itu sudah sangat melek, para ulama berbicara tentang nawacita revolusi mental itu sudah sangat fasih sekali dan jernih, dan yang terpenting jernihnya itu," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)