Jakarta: Petak umpet, kelereng, egrang, lompat tali, layangan, gelasing, gatrik, pletekon, rangku alu, engklek dan meriam bambu merupakan beberapa permainan rakyat dari 2.600 permainan tradisional Indonesia. Namun, generasi muda saat ini lebih tertarik bermain gim virtual dan berselancar di media sosial.
Permainan rakyat dan olahraga tradisional perlu diperkenalkan kembali secara masif kepada masyarakat luas. Upaya ini dilakukan sebagai Pemanfaatan Objek Pemajuan Kebudayaan yang bertujuan untuk membangun karakter bangsa (sebagaimana amanat UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan).
Kemenko PMK mengupayakan agar permainan tradisional menjadi salah satu cara membentuk karakter bangsa yang baik.
"Saat ini, kami masih berkoordinasi terkait berbagai kebijakan agar permainan rakyat sebagai salah satu objek pemajuan kebudayaan kembali jaya dan mampu diubah menjadi soft power bangsa ini,” kata Asisten Deputi Nilai dan Kreativitas Budaya, Kemenko PMK, Alfredo Sani, usai memimpin rapat koordinasi Pembangunan Karakter Melalui Pemanfaatan Objek Pemajuan Kebudayaan di Jakarta, Selasa, 13 November 2018.
Dalam penjelasan pada UU yang telah disebutkan, dijelaskan bahwa permainan rakyat adalah salah satu dari 10 Objek Pembangunan Kebudayan yang diartikan sebagai berbagai permainan yang didasarkan pada nilai tertentu dan dilakukan oleh kelompok masyarakat secara terus menerus dan diwariskan pada generasi berikutnya, yang bertujuan untuk menghibur diri.
Lebih lanjut, Alfredo menerangkan bahwa manfaat strategis dalam permainan rakyat adalah sebagai sarana pembangunan karakter bangsa, sebagaimana amanat dalam Perpres Nomor 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter yang juga turut mendukung implementasi Revolusi Mental.
"Nilai-nilai penguatan pendidikan karakter seperti jujur, bekerja keras, peduli sosial, dan peduli lingkungan akan lebih mudah tertanam bila dimasukkan dalam konsep permainan rakyat yang menghibur dan menyenangkan. Dan pastinya lebih nyata daripada permainan virtual,” ucap Alfredo.
Hal Senada diungkapkan Guru Besar Antropologi Universitas Hasanudin Makassar, Hamka Naping. Melalui permainan rakyat, pendidikan karakter akan dengan mudah diserap oleh pemain baik secara sadar atau tidak.
"Manusia itu Homo Ludens, yakni makhluk yang memainkan permainan. Oleh karena itu dengan menyiapkan kebijakan khusus terkait membangkitkan kembali permainan rakyat akan mempermudah dalam mendidik generasi masa depan yang lebih unggul,” ucap Hamka.
Sebagai bagian dari hiburan, objek permainan rakyat nantinya diupayakan jadi pendorong industri pariwisata. “Kami yakin bila ada sinergi kuat yang melibatkan semua sektor dan dibungkus dengan inovasi baru, 2600 permainan rakyat di Indonesia akan punya pengaruh dalam peningkatan kesejahteraan rakyat karena mampu menarik wisatawan,” ucap Alfredo.
Jakarta: Petak umpet, kelereng, egrang, lompat tali, layangan, gelasing, gatrik, pletekon, rangku alu, engklek dan meriam bambu merupakan beberapa permainan rakyat dari 2.600 permainan tradisional Indonesia. Namun, generasi muda saat ini lebih tertarik bermain gim virtual dan berselancar di media sosial.
Permainan rakyat dan olahraga tradisional perlu diperkenalkan kembali secara masif kepada masyarakat luas. Upaya ini dilakukan sebagai Pemanfaatan Objek Pemajuan Kebudayaan yang bertujuan untuk membangun karakter bangsa (sebagaimana amanat UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan).
Kemenko PMK mengupayakan agar permainan tradisional menjadi salah satu cara membentuk karakter bangsa yang baik.
"Saat ini, kami masih berkoordinasi terkait berbagai kebijakan agar permainan rakyat sebagai salah satu objek pemajuan kebudayaan kembali jaya dan mampu diubah menjadi
soft power bangsa ini,” kata Asisten Deputi Nilai dan Kreativitas Budaya, Kemenko PMK, Alfredo Sani, usai memimpin rapat koordinasi Pembangunan Karakter Melalui Pemanfaatan Objek Pemajuan Kebudayaan di Jakarta, Selasa, 13 November 2018.
Dalam penjelasan pada UU yang telah disebutkan, dijelaskan bahwa permainan rakyat adalah salah satu dari 10 Objek Pembangunan Kebudayan yang diartikan sebagai berbagai permainan yang didasarkan pada nilai tertentu dan dilakukan oleh kelompok masyarakat secara terus menerus dan diwariskan pada generasi berikutnya, yang bertujuan untuk menghibur diri.
Lebih lanjut, Alfredo menerangkan bahwa manfaat strategis dalam permainan rakyat adalah sebagai sarana pembangunan karakter bangsa, sebagaimana amanat dalam Perpres Nomor 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter yang juga turut mendukung implementasi Revolusi Mental.
"Nilai-nilai penguatan pendidikan karakter seperti jujur, bekerja keras, peduli sosial, dan peduli lingkungan akan lebih mudah tertanam bila dimasukkan dalam konsep permainan rakyat yang menghibur dan menyenangkan. Dan pastinya lebih nyata daripada permainan virtual,” ucap Alfredo.
Hal Senada diungkapkan Guru Besar Antropologi Universitas Hasanudin Makassar, Hamka Naping. Melalui permainan rakyat, pendidikan karakter akan dengan mudah diserap oleh pemain baik secara sadar atau tidak.
"Manusia itu Homo Ludens, yakni makhluk yang memainkan permainan. Oleh karena itu dengan menyiapkan kebijakan khusus terkait membangkitkan kembali permainan rakyat akan mempermudah dalam mendidik generasi masa depan yang lebih unggul,” ucap Hamka.
Sebagai bagian dari hiburan, objek permainan rakyat nantinya diupayakan jadi pendorong industri pariwisata. “Kami yakin bila ada sinergi kuat yang melibatkan semua sektor dan dibungkus dengan inovasi baru, 2600 permainan rakyat di Indonesia akan punya pengaruh dalam peningkatan kesejahteraan rakyat karena mampu menarik wisatawan,” ucap Alfredo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ROS)