medcom.id, Jakarta: Setidaknya ada tujuh negara asing yang ikut membantu pencarian korban dan pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh di Selat Karimata tersebut. Masyarakat pun diminta untuk tidak menanggapi negatif kehadiran negara-negara asing itu.
Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI FHB Soelistyo mengatakan, bantuan asing tersebut merupakan keinginan mereka sendiri. Ini termasuk kehadiran Rusia yang membawa pesawat amfibi Beriev BE-200 dan 22 penyelam.
"Ini pertanyaan sensitif ya, saya hanya ingin menjawab, bahwa semua yang hadir di daerah operasi itu awal mulanya adalah mereka berkeinginan untuk membantu kita,"ujar Soelistyo di Kantor Basarnas, Jalan Angkasa, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (6/1/2015).
Menurutnya, tidak ada istilah Indonesia meminta bantuan kepada pihak luar. Namun, negara-negara sahabat itulah yang menawarkan diri untuk memberikan bantuan penanganan kecelakaan ini.
"Saya punya keinginan untuk mencapai hasil operasi yang optimal. Kita ingin alat kita lengkap supaya juga bisa segera diselesaikan. Ya akhirnya dari dua hal itu munculah kehadiran mereka di sini," kata Soelistyo.
Ia menegaskan, kendati negara sahabat masuk membantu Basarnas, mereka tak asal bekerja tanpa koordinasi. Prosedur perizinan perlu mereka lalui tanpa terkecuali. Tim Rusia, contoh dia, perlu mendapat persetujuan dari berbagai lembaga untuk ikut membantu pencarian korban dan badan pesawat.
"Kemudian saya selaku pimpinan dalam misi operasi ini tentu bukan langsung ke saya. Ini (para pihak yang masuk) mesti lewat pintu, pintunya Kementerian Luar Negerri dalam rangka perijinan, Panglima TNI dalam rangka security-nya, flight approval kalau untuk pesawat ya Kementerian Perhubungan," jelas Soelistyo
Seperti diketahui, proses evakuasi AirAsia QZ8501 sudah memakan waktu selama 10 hari. Tim gabungan yang dikomandoi Basarnas telah mengevakuasi 37 jenazah korban dari laut. Proses evakuasi juga melibatkan beberapa negara sahabat. Mereka di antaranya Malaysia, Singapura, Australia, Korea Selatan, Amerika Serikat, Jepang serta Rusia.
medcom.id, Jakarta: Setidaknya ada tujuh negara asing yang ikut membantu pencarian korban dan pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh di Selat Karimata tersebut. Masyarakat pun diminta untuk tidak menanggapi negatif kehadiran negara-negara asing itu.
Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI FHB Soelistyo mengatakan, bantuan asing tersebut merupakan keinginan mereka sendiri. Ini termasuk kehadiran Rusia yang membawa pesawat amfibi Beriev BE-200 dan 22 penyelam.
"Ini pertanyaan sensitif ya, saya hanya ingin menjawab, bahwa semua yang hadir di daerah operasi itu awal mulanya adalah mereka berkeinginan untuk membantu kita,"ujar Soelistyo di Kantor Basarnas, Jalan Angkasa, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (6/1/2015).
Menurutnya, tidak ada istilah Indonesia meminta bantuan kepada pihak luar. Namun, negara-negara sahabat itulah yang menawarkan diri untuk memberikan bantuan penanganan kecelakaan ini.
"Saya punya keinginan untuk mencapai hasil operasi yang optimal. Kita ingin alat kita lengkap supaya juga bisa segera diselesaikan. Ya akhirnya dari dua hal itu munculah kehadiran mereka di sini," kata Soelistyo.
Ia menegaskan, kendati negara sahabat masuk membantu Basarnas, mereka tak asal bekerja tanpa koordinasi. Prosedur perizinan perlu mereka lalui tanpa terkecuali. Tim Rusia, contoh dia, perlu mendapat persetujuan dari berbagai lembaga untuk ikut membantu pencarian korban dan badan pesawat.
"Kemudian saya selaku pimpinan dalam misi operasi ini tentu bukan langsung ke saya. Ini (para pihak yang masuk) mesti lewat pintu, pintunya Kementerian Luar Negerri dalam rangka perijinan, Panglima TNI dalam rangka
security-nya,
flight approval kalau untuk pesawat ya Kementerian Perhubungan," jelas Soelistyo
Seperti diketahui, proses evakuasi AirAsia QZ8501 sudah memakan waktu selama 10 hari. Tim gabungan yang dikomandoi Basarnas telah mengevakuasi 37 jenazah korban dari laut. Proses evakuasi juga melibatkan beberapa negara sahabat. Mereka di antaranya Malaysia, Singapura, Australia, Korea Selatan, Amerika Serikat, Jepang serta Rusia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LOV)