Tangerang Selatan: Seorang pemuda asal Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Pauzal Bahri, menciptakan inovasi pembuatan kaki palsu dari serat kelapa. Idenya itu terinspirasi tayangan kartun Tom and Jerry.
Awalnya, pria berusia 31 tahun itu bertekad menciptakan kaki palsu untuk diri sendiri karena kakinya diamputasi setelah mengalami kecelakaan.
"Susah mendapatkan kaki palsu karena harganya mahal. Saya terinspirasi dari kartun Tom and Jerry. Saya melihat adegan Jerry kehilangan kaki dari pipa paralon. Dari situ, saya mulai membuat kaki palsu dari pipa," kata Pauzal, ditemui usai mempresentasikan produk kaki palsu pada Pameran ASEAN-India Grassroud Competition Puspiptek Innovation Festival (PIF) 2018, di Gedung Graha Widya Bhakti, Serpong, Tangerang Selatan Sabtu, 29 September 2018.
Setelah memiliki kaki palsu, Pauzal kembali beraktivitas sebagai mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Lombok. Di sela kesibukan kuliah, ia bekerja paruh waktu di bengkel pembuat bumper mobil berbahan viber. "Saya berpikir bahan (viber) bisa saya gunakan untuk membuat kaki palsu. Dari situ, saya membuat kaki berbahan viber," katanya.
Setelah diuji coba, kaki palsu dari viber ternyata tidak kuat menahan beban berat. Pauzal pun mencari bahan pendukung lain agar kaki palsu tetap ringan, tapi juga kuat menopang beban.
Dia mencoba serat dari pohon pisang. Meski bisa memperkuat kaki palsunya, material tersebut sulit diperoleh. "Kemudian, saya mencoba menggunakan bambu yang ditumbuk. Tapi, agak susah dibentuk," ujarnya.
Tak sengaja, Pauzal mendapat ide membuat kaki palsu dari serat kelapa setelah melihat sapu milik ibunya. "Lalu, saya coba dan alhamdulillah bisa dipakai," kata Pauzal.
Berkat berbagai uji coba yang dilakukan, Pauzal kini mampu membuat kaki palsu dari serat kelapa untuk orang lain. Dia pun telah membuka workshop kaki palsu di Lombok.
Dibantu saudaranya, setiap bulan Pauzal bisa memenuhi permintaan pembuatan kaki palsu dari serat kelapa sebanyak tujuh unit. "Setiap kaki bisa diselesaikan dalam rentang waktu yang berbeda. Bisa tiga hari, empat hari, bahkan sampai seminggu. Bergantung kerumitan bentuk kaki dan kenyamanan pengguna," kata Pauzal.
Selain bahan, proses pembuatan kaki palsu serat kelapa tergolong unik. Sebab, setiap pemesan harus tinggal selama proses produksi berlangsung. "Orang yang memesan harus datang ke tempat saya, diukur, dan menjalani proses perbaikan agar bisa nyaman digunakan," tuturnya.
Pauzal menyebutkan, produk kaki palsunya mulai dilirik masyarakat. Tidak hanya lokal, dia juga pernah menerima pesanan dari luar negeri.
"Pernah ada pesanan dari Malaysia. Kalau dari luar daerah ada dari Jakarta, Palembang, dan Kalimantan," katanya.
Disinggung mengenai harga, Pauzal menyebutkan bervariasi. Namun, rata-rata tidak lebih dari Rp10 juta. "Kalau di atas lutut, kisaran Rp9-10 juta. Kalau di bawah lutut antara Rp5-7 juta," ujarnya.
Walau telah berhasil mengkomersialkan kaki palsu dari serat kelapa, Pauzal tak mau hanya mengeruk keuntungan semata. Dia tak segan membagikan kaki palsu gratis kepada orang tidak mampu.
"Sisa bahan saya kumpulkan dan saya buat kaki palsu lagi. Itu bisa saya berikan gratis untuk orang kurang mampu yang membutuhkan kaki palsu," katanya.
Selain produk kaki palsu dari serat kelapa, Anda bisa menyaksikan beragam inovasi teknologi lainnya pada ajang PIF 2018. Bagi Anda yang belum sempat datang, PIF 2018 masih akan berlangsung hingga Minggu, 30 September. Acara ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya.
Tangerang Selatan: Seorang pemuda asal Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Pauzal Bahri, menciptakan inovasi pembuatan kaki palsu dari serat kelapa. Idenya itu terinspirasi tayangan kartun Tom and Jerry.
Awalnya, pria berusia 31 tahun itu bertekad menciptakan kaki palsu untuk diri sendiri karena kakinya diamputasi setelah mengalami kecelakaan.
"Susah mendapatkan kaki palsu karena harganya mahal. Saya terinspirasi dari kartun Tom and Jerry. Saya melihat adegan Jerry kehilangan kaki dari pipa paralon. Dari situ, saya mulai membuat kaki palsu dari pipa," kata Pauzal, ditemui usai mempresentasikan produk kaki palsu pada Pameran ASEAN-India Grassroud Competition Puspiptek Innovation Festival (PIF) 2018, di Gedung Graha Widya Bhakti, Serpong, Tangerang Selatan Sabtu, 29 September 2018.
Setelah memiliki kaki palsu, Pauzal kembali beraktivitas sebagai mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Lombok. Di sela kesibukan kuliah, ia bekerja paruh waktu di bengkel pembuat bumper mobil berbahan viber. "Saya berpikir bahan (viber) bisa saya gunakan untuk membuat kaki palsu. Dari situ, saya membuat kaki berbahan viber," katanya.
Setelah diuji coba, kaki palsu dari viber ternyata tidak kuat menahan beban berat. Pauzal pun mencari bahan pendukung lain agar kaki palsu tetap ringan, tapi juga kuat menopang beban.
Dia mencoba serat dari pohon pisang. Meski bisa memperkuat kaki palsunya, material tersebut sulit diperoleh. "Kemudian, saya mencoba menggunakan bambu yang ditumbuk. Tapi, agak susah dibentuk," ujarnya.
Tak sengaja, Pauzal mendapat ide membuat kaki palsu dari serat kelapa setelah melihat sapu milik ibunya. "Lalu, saya coba dan alhamdulillah bisa dipakai," kata Pauzal.
Berkat berbagai uji coba yang dilakukan, Pauzal kini mampu membuat kaki palsu dari serat kelapa untuk orang lain. Dia pun telah membuka workshop kaki palsu di Lombok.
Dibantu saudaranya, setiap bulan Pauzal bisa memenuhi permintaan pembuatan kaki palsu dari serat kelapa sebanyak tujuh unit. "Setiap kaki bisa diselesaikan dalam rentang waktu yang berbeda. Bisa tiga hari, empat hari, bahkan sampai seminggu. Bergantung kerumitan bentuk kaki dan kenyamanan pengguna," kata Pauzal.
Selain bahan, proses pembuatan kaki palsu serat kelapa tergolong unik. Sebab, setiap pemesan harus tinggal selama proses produksi berlangsung. "Orang yang memesan harus datang ke tempat saya, diukur, dan menjalani proses perbaikan agar bisa nyaman digunakan," tuturnya.
Pauzal menyebutkan, produk kaki palsunya mulai dilirik masyarakat. Tidak hanya lokal, dia juga pernah menerima pesanan dari luar negeri.
"Pernah ada pesanan dari Malaysia. Kalau dari luar daerah ada dari Jakarta, Palembang, dan Kalimantan," katanya.
Disinggung mengenai harga, Pauzal menyebutkan bervariasi. Namun, rata-rata tidak lebih dari Rp10 juta. "Kalau di atas lutut, kisaran Rp9-10 juta. Kalau di bawah lutut antara Rp5-7 juta," ujarnya.
Walau telah berhasil mengkomersialkan kaki palsu dari serat kelapa, Pauzal tak mau hanya mengeruk keuntungan semata. Dia tak segan membagikan kaki palsu gratis kepada orang tidak mampu.
"Sisa bahan saya kumpulkan dan saya buat kaki palsu lagi. Itu bisa saya berikan gratis untuk orang kurang mampu yang membutuhkan kaki palsu," katanya.
Selain produk kaki palsu dari serat kelapa, Anda bisa menyaksikan beragam inovasi teknologi lainnya pada ajang PIF 2018. Bagi Anda yang belum sempat datang, PIF 2018 masih akan berlangsung hingga Minggu, 30 September. Acara ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ROS)