Jakarta: Maraknya kebebasan berpendapat di era digital seringkali mengubah pemahaman masyarakat terkait etika berinteraksi dalam ruang digital. Masyarakat disebut dengan mudah terprovokasi dengan cuitan atau unggahan kontroversial yang tidak valid.
Salah satunya, kasus penyebaran informasi hoaks oleh dr. Louis Owien. Tak sedikit, komentar masyarakat menganggap benar dan setuju dengan pernyataan terkait ketidakpercayaan seorang dokter terhadap wabah penyakit menular ini.
"Bahayanya, ketika informasi dibuat, dia menggunakan statusnya sebagai dokter. Masyarakat yang hanya sekedar melihat statusnya, menganggap sumber informasi ini valid," kata Sosiolog Daisy Indira Yasmine dalam tayangan Newsline Metro TV pada Selasa, 13 Juli 2021.
Yasmine menjelaskan content creator atau audiens harus memiliki kemampuan untuk mengkritisi informasi. Masyarakat disebut harus memahami sebuah informasi tersebut akan diproduksi dalam konteks ranah digital.
"Ini susah-susah gampang, informasi yang benar atau tidak itu menjadi abu-abu. Masyarakat harus memiliki kemampuan untuk mengkritisi informasi," ujar Yasmine
Kata Yasmin, masyarakat harus lebih teliti dengan melakukan cross check ke berbagai data yang sahih. Ia mengingatkan agar masyarakat sebaiknya memiliki rujukan atau referensi terkait informasi kesehatan.
Melalui Hasil Survei Literasi Digital Nasional 2020, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatat literasi digital di Indonesia masih berapa pada level “sedang”. Masyarakat pun diharapkan lebih bijak dalam berpendapat di tengah pandemi. (Nadya Ayu)
Jakarta: Maraknya kebebasan berpendapat di era digital seringkali mengubah pemahaman masyarakat terkait etika berinteraksi dalam ruang digital. Masyarakat disebut dengan mudah terprovokasi dengan cuitan atau unggahan kontroversial yang tidak valid.
Salah satunya, kasus penyebaran informasi hoaks oleh dr. Louis Owien. Tak sedikit, komentar masyarakat menganggap benar dan setuju dengan pernyataan terkait ketidakpercayaan seorang dokter terhadap wabah penyakit menular ini.
"Bahayanya, ketika informasi dibuat, dia menggunakan statusnya sebagai dokter. Masyarakat yang hanya sekedar melihat statusnya, menganggap sumber informasi ini valid," kata Sosiolog Daisy Indira Yasmine dalam tayangan Newsline Metro TV pada Selasa, 13 Juli 2021.
Yasmine menjelaskan content creator atau audiens harus memiliki kemampuan untuk mengkritisi informasi. Masyarakat disebut harus memahami sebuah informasi tersebut akan diproduksi dalam konteks ranah digital.
"Ini susah-susah gampang, informasi yang benar atau tidak itu menjadi abu-abu. Masyarakat harus memiliki kemampuan untuk mengkritisi informasi," ujar Yasmine
Kata Yasmin, masyarakat harus lebih teliti dengan melakukan cross check ke berbagai data yang sahih. Ia mengingatkan agar masyarakat sebaiknya memiliki rujukan atau referensi terkait informasi kesehatan.
Melalui Hasil Survei Literasi Digital Nasional 2020, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatat literasi digital di Indonesia masih berapa pada level “sedang”. Masyarakat pun diharapkan lebih bijak dalam berpendapat di tengah pandemi. (
Nadya Ayu)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)