Jakarta: Kenaikan kasus baru paparan covid-19 di Indonesia meroket. Kondisi ini membuat para tenaga kesehatan (nakes) kewalahan menangani pasien covid-19 yang bertambah tiap harinya.
Meski sedang dalam keadaan genting, banyak masyarakat yang masih abai dengan protokol kesehatan. Masih banyak orang yang merasa covid-19 di Indonesia bukan ancaman.
Ahli teknologi laboratorium medis (ATLM) di salah satu rumah sakit di Jakarta Selvia Vita mengaku miris dengan sikap acuh masyarakat. Sikap acuh masyarakat itu membuat dirinya bekerja ekstra dengan risiko tinggi.
"Capek (menangani sampel yang banyak tiap harinya), tapi lebih capek lagi liatin masyarakat yang masih masa bodo dengan keadaan yang lagi parah kaya gini," kata Selvia kepada Medcom.id, Rabu, 30 Juni 2021.
Sikap acuh masyarakat membuat banyak orang mendatangi rumah sakit untuk melakukan pengecekan covid-19 melalui metode antigen atau PCR. Selvia merupakan orang yang memeriksa sampel masyarakat di rumah sakit.
Dia sangat dekat dengan mulut masyarakat saat melakukan pengambilan sampel. Tanpa mengetahui kondisi orang itu, sampel harus tetap diambil.
Baca: 642 WNI di Luar Negeri Masih dalam Perawatan Covid-19
Kondisi itu membuat dirinya takut tertular covid-19. Ketakutannya makin menjadi ketika dia tidak terkena covid-19 tapi membawa virus itu ke rumahnya dari rumah sakit.
"Takut (bawa virus ke rumah), setiap pulang dari kantor menuju rumah selalu ganti baju, baju yg dipakai kerja taruh di kantor, sampai rumah langsung mandi dan keramas sebelum istirahat atau kontak dengan orang-orang rumah," kata Selvia.
Selvia meminta masyarakat berhenti menyepelekan covid-19. Dia meminta masyarakat memahami covid-19 ada dan nyata menyerang tubuh manusia.
"Virusnya benar ada, korbannya ada, kejadiannya nyata. Tapi tetap enggak percaya?" ucapnya.
Dia juga meminta masyarakat berhenti menebar kebohongan tentang covid-19. Utamanya soal kabar rumah sakit yang menyatakan orang terpapar covid-19 padahal tidak.
"Jangan percaya sama perkataan orang yang bilang kalau sakit dan berobat pasti di covid kan. Karena semua sampel yang diambil itu diperiksa, enggak hanya diterawang, kalau bener ada virusnya ya positif kalau enggak ada berarti negatif!" tegasnya.
Jakarta: Kenaikan kasus baru paparan
covid-19 di Indonesia meroket. Kondisi ini membuat para tenaga kesehatan (nakes) kewalahan menangani pasien covid-19 yang bertambah tiap harinya.
Meski sedang dalam keadaan genting, banyak masyarakat yang masih abai dengan protokol kesehatan. Masih banyak orang yang merasa covid-19 di Indonesia bukan ancaman.
Ahli teknologi laboratorium medis (ATLM) di salah satu rumah sakit di Jakarta Selvia Vita mengaku miris dengan sikap acuh masyarakat. Sikap acuh masyarakat itu membuat dirinya bekerja ekstra dengan risiko tinggi.
"Capek (menangani sampel yang banyak tiap harinya), tapi lebih capek lagi liatin masyarakat yang masih masa bodo dengan keadaan yang lagi parah kaya gini," kata Selvia kepada
Medcom.id, Rabu, 30 Juni 2021.
Sikap acuh masyarakat membuat banyak orang mendatangi rumah sakit untuk melakukan pengecekan
covid-19 melalui metode antigen atau PCR. Selvia merupakan orang yang memeriksa sampel masyarakat di rumah sakit.
Dia sangat dekat dengan mulut masyarakat saat melakukan pengambilan sampel. Tanpa mengetahui kondisi orang itu, sampel harus tetap diambil.
Baca:
642 WNI di Luar Negeri Masih dalam Perawatan Covid-19
Kondisi itu membuat dirinya takut tertular covid-19. Ketakutannya makin menjadi ketika dia tidak terkena covid-19 tapi membawa virus itu ke rumahnya dari rumah sakit.
"Takut (bawa virus ke rumah), setiap pulang dari kantor menuju rumah selalu ganti baju, baju yg dipakai kerja taruh di kantor, sampai rumah langsung mandi dan keramas sebelum istirahat atau kontak dengan orang-orang rumah," kata Selvia.
Selvia meminta masyarakat berhenti menyepelekan covid-19. Dia meminta masyarakat memahami covid-19 ada dan nyata menyerang tubuh manusia.
"Virusnya benar ada, korbannya ada, kejadiannya nyata. Tapi tetap enggak percaya?" ucapnya.
Dia juga meminta masyarakat berhenti menebar kebohongan tentang covid-19. Utamanya soal kabar rumah sakit yang menyatakan orang terpapar covid-19 padahal tidak.
"Jangan percaya sama perkataan orang yang bilang kalau sakit dan berobat pasti di covid kan. Karena semua sampel yang diambil itu diperiksa, enggak hanya diterawang, kalau bener ada virusnya ya positif kalau enggak ada berarti negatif!" tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JMS)