medcom.id, Surabaya: Tim psikologi yang melakukan pendampingan tidak menganjurkan anggota keluarga melihat jenazah penumpang AirAsia QZ851. Pasalnya, saat melihat jenazah, keluarga bisa mengalami efek negatif secara kejiwaan.
"Perlu kesiapan mental. Meskipun mental keluarga korban kuat saat memutuskan ingin melihat jenazah, bisa jadi hal itu membawa efek psikologi yang negatif. Contohnya, terbayang-bayang dan efek ini tergantung pada kedekatan keluarga korban. Semakin dekat, akan semakin mengakibatkan efek buruk," kata psikiater sekaligus Humas Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI) Surabaya, Hendro Riyanto, di Crisis Center Markas Polda Jatim, Jalan Ahmad Yani, Surabaya, Minggu (4/1/2015).
Efek buruk bisa terjadi karena memori manusia sulit menghapus kejadian menyesakkan. "Maka saya tidak menganjurkan melihat jenazah tadi, cukup melihat fotonya saja," ujar dia.
Bayangan itu bisa hadir dalam mimpi. Gambaran kondisi jenazah juga bisa membuat anggota keluarga merasa cemas, ketakutan, atau bengong secara berkala. Efek parahnya, kerabat bisa saja sering terbangun, berteriak-teriak, hingga stres.
"Hal itu biasa disebut PTSD atau Pasca-Trauma Stress Disorder," ungkap Hendra.
Dampak berat lainnya adalah kerabat korban mengalami phobia pesawat. Jangankan naik, Hendra berujar, keluarga korban bisa stres jika mendengar deru mesin pesawat atau mendengar informasi di balik kecelakaan yang merenggut nyawa korban. Dampak itu disebut traumatik psikologis.
Untuk mengatasi efek dan dampak buruk itu, diperlukan berbagai cara pengobatan psikoterapi. "Jika muncul PTSD tadi, kita akan berikan pendampingan sampai rawat jalan dan diberikan obat," ucap Hendra.
medcom.id, Surabaya: Tim psikologi yang melakukan pendampingan tidak menganjurkan anggota keluarga melihat jenazah penumpang AirAsia QZ851. Pasalnya, saat melihat jenazah, keluarga bisa mengalami efek negatif secara kejiwaan.
"Perlu kesiapan mental. Meskipun mental keluarga korban kuat saat memutuskan ingin melihat jenazah, bisa jadi hal itu membawa efek psikologi yang negatif. Contohnya, terbayang-bayang dan efek ini tergantung pada kedekatan keluarga korban. Semakin dekat, akan semakin mengakibatkan efek buruk," kata psikiater sekaligus Humas Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI) Surabaya, Hendro Riyanto, di Crisis Center Markas Polda Jatim, Jalan Ahmad Yani, Surabaya, Minggu (4/1/2015).
Efek buruk bisa terjadi karena memori manusia sulit menghapus kejadian menyesakkan. "Maka saya tidak menganjurkan melihat jenazah tadi, cukup melihat fotonya saja," ujar dia.
Bayangan itu bisa hadir dalam mimpi. Gambaran kondisi jenazah juga bisa membuat anggota keluarga merasa cemas, ketakutan, atau bengong secara berkala. Efek parahnya, kerabat bisa saja sering terbangun, berteriak-teriak, hingga stres.
"Hal itu biasa disebut PTSD atau Pasca-Trauma Stress Disorder," ungkap Hendra.
Dampak berat lainnya adalah kerabat korban mengalami phobia pesawat. Jangankan naik, Hendra berujar, keluarga korban bisa stres jika mendengar deru mesin pesawat atau mendengar informasi di balik kecelakaan yang merenggut nyawa korban. Dampak itu disebut traumatik psikologis.
Untuk mengatasi efek dan dampak buruk itu, diperlukan berbagai cara pengobatan psikoterapi. "Jika muncul PTSD tadi, kita akan berikan pendampingan sampai rawat jalan dan diberikan obat," ucap Hendra.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)