medcom.id, Jakarta: Waktu sudah menunjukan pukul 12.00 WIB, namun pembeli teripang belum juga bertambah. Padahal, tahun baru Imlek tak lama lagi.
Syair, salah satu penjual teripang di pasar Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Barat mengeluh soal menurunnya jumlah pembeli teripang. Teripang menjadi makanan khas etnis Tionghoa saat pergantian kalender China.
Ia lantas membandingkan pencapaiannya dengan tahun lalu. Biasanya, H-3 Imlek, Syair sudah bisa mengantongi 30 juta perhari.
Sekarang, setengahnya saja tidak. Pria berusia 27 tahun itu mengatakan, tahun ini jumlah penjual lebih banyak ketimbang pembeli.
“Itu mungkin berpengaruh juga, kemarin kan yang jual teripang, ya hanya di sini-sini saja,” kata Syair kepada Metrotvnews.com, Jakarta, Kamis (26/1/2017).
Hal serupa juga dirasakan pedagang lainnya. Si penjual mengaku sudah malas menawarkan teripang kepada calon pembeli yang lewat di depannya.
“Suara saya sampai mau habis nih, nawarin mulu, tapi mereka enggak ada yang tertarik. Ya sudah biarin aja,” keluh dia.
Harga teripang atau haisom yang Syair jual bervariasi. Paling murah Rp250 ribu per kilo dan yang fantastis seharga Rp1,5 juta per satu kilogram haisom.
“Itu kualitas nomor satu. Biasanya satu kilo isinya cuma dua,” tambah Syair.
Ia mengaku mendatangkan teripang-teripang itu langsung dari Belitung. Haisom bisa diolah menjadi berbagai macam menu makanan, mulai dari digoreng biasa, dijadikan capcay hingga sup.
Bagi umat Tionghoa, haisom bermakna harapan dan keberkahan. Haisom juga berarti keuletan.
medcom.id, Jakarta: Waktu sudah menunjukan pukul 12.00 WIB, namun pembeli teripang belum juga bertambah. Padahal, tahun baru Imlek tak lama lagi.
Syair, salah satu penjual teripang di pasar Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Barat mengeluh soal menurunnya jumlah pembeli teripang. Teripang menjadi makanan khas etnis Tionghoa saat pergantian kalender China.
Ia lantas membandingkan pencapaiannya dengan tahun lalu. Biasanya, H-3 Imlek, Syair sudah bisa mengantongi 30 juta perhari.
Sekarang, setengahnya saja tidak. Pria berusia 27 tahun itu mengatakan, tahun ini jumlah penjual lebih banyak ketimbang pembeli.
“Itu mungkin berpengaruh juga, kemarin kan yang jual teripang, ya hanya di sini-sini saja,” kata Syair kepada
Metrotvnews.com, Jakarta, Kamis (26/1/2017).
Hal serupa juga dirasakan pedagang lainnya. Si penjual mengaku sudah malas menawarkan teripang kepada calon pembeli yang lewat di depannya.
“Suara saya sampai mau habis nih, nawarin mulu, tapi mereka enggak ada yang tertarik. Ya sudah biarin aja,” keluh dia.
Harga teripang atau haisom yang Syair jual bervariasi. Paling murah Rp250 ribu per kilo dan yang fantastis seharga Rp1,5 juta per satu kilogram haisom.
“Itu kualitas nomor satu. Biasanya satu kilo isinya cuma dua,” tambah Syair.
Ia mengaku mendatangkan teripang-teripang itu langsung dari Belitung. Haisom bisa diolah menjadi berbagai macam menu makanan, mulai dari digoreng biasa, dijadikan capcay hingga sup.
Bagi umat Tionghoa, haisom bermakna harapan dan keberkahan. Haisom juga berarti keuletan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DHI)