medcom.id, Jakarta: Arab Saudi dikenal keras dalam menanggapi kebebasan berkspresi dan bidang seni. Sensor ketat dari pemerintah membuat peredaran film sangat terbatas di negeri kaya minyak itu.
Sineas lokal setempat bisa dibilang "mati" akibat aturan yang dibuat pemerintah. Namun, Haifaa al-Mansour berhasil mendobrak tradisi di sana. Ia berhasil membuat sebuah film yang sekaligus menjadi film pertama yang di produksi di Arab Saudi. Film itu berjudul Wadjda.
Film yang rilis perdana pada 2012 lalu itu memang menjadi perbincangan publik dunia. Selain embel-embel film pertama Arab Saudi, Wadjda mengangkat fenomena sosial di sana bahwa perempuan tidak mendapat persamaan hak dengan laki-laki. Meski mengandung kritik sosial, film ini dibalut dengan kisah ringan penuh makna yang dibumbui humor.
Wadjda adalah seorang gadis berusia 10 tahun yang tinggal di pinggir kota Riyadh. Ia sangat ingin memiliki sepeda, tapi dengan alasan finansial dan kultur masyarakat di sana yang menganggap perempuan tabu bermain sepeda, keinginan Wadjada tak kunjung terkabul. Perjuangan Wadjda mendapatkan sepeda itu menjadi benang merah dalam kisah ini.
Wadjda akan ditayangkan dalam Festival Europe on Screen (EOS) yang digelar di sembilan kota yaitu Jakarta, Aceh, Bandung, Denpasar, Makassar, Medan, Padang, Surabaya, dan Yogyakarta. EoS diadakan mulai tanggal 2-11 Mei 2014, Wadjda mendapat jadwal tayang pada tanggal 7 Mei pukul 14.30 di Erasmus Huis, 11 Mei pukul 14.30 di Goethe Haus, dan pukul 19.00 di Episentrum Ulee Kareng, Aceh.
medcom.id, Jakarta: Arab Saudi dikenal keras dalam menanggapi kebebasan berkspresi dan bidang seni. Sensor ketat dari pemerintah membuat peredaran film sangat terbatas di negeri kaya minyak itu.
Sineas lokal setempat bisa dibilang "mati" akibat aturan yang dibuat pemerintah. Namun, Haifaa al-Mansour berhasil mendobrak tradisi di sana. Ia berhasil membuat sebuah film yang sekaligus menjadi film pertama yang di produksi di Arab Saudi. Film itu berjudul Wadjda.
Film yang rilis perdana pada 2012 lalu itu memang menjadi perbincangan publik dunia. Selain embel-embel film pertama Arab Saudi, Wadjda mengangkat fenomena sosial di sana bahwa perempuan tidak mendapat persamaan hak dengan laki-laki. Meski mengandung kritik sosial, film ini dibalut dengan kisah ringan penuh makna yang dibumbui humor.
Wadjda adalah seorang gadis berusia 10 tahun yang tinggal di pinggir kota Riyadh. Ia sangat ingin memiliki sepeda, tapi dengan alasan finansial dan kultur masyarakat di sana yang menganggap perempuan tabu bermain sepeda, keinginan Wadjada tak kunjung terkabul. Perjuangan Wadjda mendapatkan sepeda itu menjadi benang merah dalam kisah ini.
Wadjda akan ditayangkan dalam Festival Europe on Screen (EOS) yang digelar di sembilan kota yaitu Jakarta, Aceh, Bandung, Denpasar, Makassar, Medan, Padang, Surabaya, dan Yogyakarta. EoS diadakan mulai tanggal 2-11 Mei 2014, Wadjda mendapat jadwal tayang pada tanggal 7 Mei pukul 14.30 di Erasmus Huis, 11 Mei pukul 14.30 di Goethe Haus, dan pukul 19.00 di Episentrum Ulee Kareng, Aceh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(ENO)