Jakarta: Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Amin Soebandrio, menilai perlu ada pemisahan antara data spesimen tes polymerase chain reaction (PCR) dan antigen dalam laporan harian covid-19. Namun, pemisahan laporan harus disesuaikan dengan kegunaan dalam mendeteksi kasus penularan covid-19.
"Dimungkinkan untuk dipisahkan. Karena kita tahu tes rapid antigen berbeda tujuan pemakaiannya dari PCR," kata Amin kepada Medcom.id, Kamis, 24 Juni 2021.
Amin mengatakan akurasi tes PCR tak diragukan lagi dalam mendeteksi covid-19. Tes PCR lebih sensitif dan reliabel dalam pendeteksian.
Namun, hasil tes PCR membutuhkan waktu lama ketimbang antigen. Hal itu diyakini bakal berdampak pada upaya pemerintah, seperti tracing, testing, dan treatment (3T).
"Paling enggak satu hari jadi, baru diperoleh, (atau) mungkin besoknya, dua hari," ucap Amin.
Sedangkan tes antigen bisa dipakai untuk melakukan testing awal dan lebih cepat mendeteksi keberadaan virus. Tes ini akan membantu dalam penanganan covid-19 jika langsung ditemukan kasus positif.
"Jadi kalau dengan tes antigen ditemukan positif. Maka sudah bisa dilakukan isolasi awal," ujar Amin.
Baca: Kapolri Targetkan Penyuntikan Satu Juta Dosis Per Hari Terjadi 26 Juni
Amin mengatakan antigen tetap bisa digunakan untuk screening awal dalam mengetahui terinfeksi atau tidaknya seseorang. Namun, hasil positif covid-19 dari tes antigen perlu dibuktikan dengan PCR.
"Kalau hasilnya positif maka harus dikonfirmasi dengan PCR. Kalau hasilnya negatif tapi kasusnya sangat mencurigakan tentu harus dikonfirmasi dengan PCR," terang Amin.
Jakarta: Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Amin Soebandrio, menilai perlu ada pemisahan antara data spesimen tes
polymerase chain reaction (PCR) dan antigen dalam laporan harian
covid-19. Namun, pemisahan laporan harus disesuaikan dengan kegunaan dalam mendeteksi kasus penularan
covid-19.
"Dimungkinkan untuk dipisahkan. Karena kita tahu tes rapid antigen berbeda tujuan pemakaiannya dari PCR," kata Amin kepada
Medcom.id, Kamis, 24 Juni 2021.
Amin mengatakan akurasi tes PCR tak diragukan lagi dalam mendeteksi covid-19. Tes PCR lebih sensitif dan reliabel dalam pendeteksian.
Namun, hasil tes PCR membutuhkan waktu lama ketimbang antigen. Hal itu diyakini bakal berdampak pada upaya pemerintah, seperti
tracing,
testing, dan
treatment (3T).
"Paling enggak satu hari jadi, baru diperoleh, (atau) mungkin besoknya, dua hari," ucap Amin.
Sedangkan tes antigen bisa dipakai untuk melakukan testing awal dan lebih cepat mendeteksi keberadaan virus. Tes ini akan membantu dalam penanganan covid-19 jika langsung ditemukan kasus positif.
"Jadi kalau dengan tes antigen ditemukan positif. Maka sudah bisa dilakukan isolasi awal," ujar Amin.
Baca: Kapolri Targetkan Penyuntikan Satu Juta Dosis Per Hari Terjadi 26 Juni
Amin mengatakan antigen tetap bisa digunakan untuk
screening awal dalam mengetahui terinfeksi atau tidaknya seseorang. Namun, hasil positif covid-19 dari tes antigen perlu dibuktikan dengan PCR.
"Kalau hasilnya positif maka harus dikonfirmasi dengan PCR. Kalau hasilnya negatif tapi kasusnya sangat mencurigakan tentu harus dikonfirmasi dengan PCR," terang Amin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)