Yogyakarta: Penggagas Dumask.id, Chandra Wahyu Purnomo, menawarkan inovasi dalam pengelolaan sampah masker hingga sarung tangan plastik. Inovasi Dumask ini ia jelaskan lewat wawancaranya pada program Newsline Metro TV, Rabu, 30 Juni 2021.
Pengembangan program dengan nama panjang Dropbox Used Mask ini hasil kerja sama dari beberapa kampus. Yaitu, Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Sebelas Maret (UNS), dan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Cara kerja dari dropbox ini adalah menghimpun limbah masker dan sarung tangan sekali pakai di beberapa kotak yang tersebar di 18 titik sekitar Yogyakarta dan Solo. Kemudian, boks tersebut mengirim sinyal ke website. Terakhir, boks dihancurkan menggunakan teknologi ramah lingkungan.
"Kita belum me-recycle masker ya, karena kita khawatir terhadap virusnya, sehingga kita tetap contain di dalam boks kertas seperti yang ada di belakang saya ini," ujar Chandra sambil menunjukkan kotak berbagai warna di belakangnya.
ia melanjutkan, limbah ini lantas dihancurkan dengan teknologi ramah lingkungan. "Setelah penuh kita seal, baru dihancurkan. Bisa dengan incenerator, bisa dengan pirolisis. Intinya dengan pengolahan suhu tinggi," papar Chandra.
Inovasi ini jadi solusi maraknya limbah medis yang kian mencemari lingkungan akibat pandemi covid-19. Chandra dan tim terus menggencarkan sosialisasi terkait Dumask ini lewat berbagai media sosial.
"Respon masyarakat beratnya di situ karena kita tahu sendiri kadang masyarakat sangat enggan untuk membawa masker bekasnya untuk ditaruh di situ. Maka, kami sangat berterima kasih kepada komunitas sosial media, mereka juga membantu kita untuk menyosialisasikan," kata dia. (Mentari Puspadini)
Yogyakarta: Penggagas Dumask.id, Chandra Wahyu Purnomo, menawarkan inovasi dalam pengelolaan sampah masker hingga sarung tangan plastik. Inovasi Dumask ini ia jelaskan lewat wawancaranya pada program Newsline
Metro TV, Rabu, 30 Juni 2021.
Pengembangan program dengan nama panjang Dropbox Used Mask ini hasil kerja sama dari beberapa kampus. Yaitu, Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Sebelas Maret (UNS), dan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Cara kerja dari
dropbox ini adalah menghimpun limbah masker dan sarung tangan sekali pakai di beberapa kotak yang tersebar di 18 titik sekitar Yogyakarta dan Solo. Kemudian, boks tersebut mengirim sinyal ke website. Terakhir, boks dihancurkan menggunakan teknologi ramah lingkungan.
"Kita belum me-
recycle masker ya, karena kita khawatir terhadap virusnya, sehingga kita tetap contain di dalam boks kertas seperti yang ada di belakang saya ini," ujar Chandra sambil menunjukkan kotak berbagai warna di belakangnya.
ia melanjutkan, limbah ini lantas dihancurkan dengan teknologi ramah lingkungan. "Setelah penuh kita seal, baru dihancurkan. Bisa dengan incenerator, bisa dengan pirolisis. Intinya dengan pengolahan suhu tinggi," papar Chandra.
Inovasi ini jadi solusi maraknya limbah medis yang kian mencemari lingkungan akibat pandemi covid-19. Chandra dan tim terus menggencarkan sosialisasi terkait Dumask ini lewat berbagai media sosial.
"Respon masyarakat beratnya di situ karena kita tahu sendiri kadang masyarakat sangat enggan untuk membawa masker bekasnya untuk ditaruh di situ. Maka, kami sangat berterima kasih kepada komunitas sosial media, mereka juga membantu kita untuk menyosialisasikan," kata dia.
(Mentari Puspadini) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)