Indra Rudiansyah, pemuda Indonesia ikut mengembangkan vaksin covid-19 AstraZeneca. Instagram
Indra Rudiansyah, pemuda Indonesia ikut mengembangkan vaksin covid-19 AstraZeneca. Instagram

Indra Rudiansyah, Pemuda Indonesia yang Terlibat di Pengembangan Vaksin AstraZeneca

Cindy • 19 Juli 2021 16:03
Jakarta: Di balik terciptanya vaksin covid-19 AstraZeneca, ternyata ada pemuda Indonesia yang punya andil dalam pengembangan vaksin tersebut. Pemuda itu bernama Indra Rudiansyah. 
 
Indra merupakan seorang mahasiswa S3 program ilmu pengobatan klinik (clinical medicine) di Universitas Oxford, Inggris. Pria berusia 28 tahun diketahui menyelesaikan S1 mikrobiologi dan S2 bioteknologi di Institut Teknologi Bandung (ITB). 
 
Di Oxford, Indra fokus mengembangkan vaksin malaria. Dia juga tergabung bersama tim Jenner Institute pimpinan ilmuan Inggris, Profesor Sarah Gilbert. Gilbert merupakan pemimpin tim pembuatan vaksin korona yang diikuti Indra. 

Tim Jenner Institute dan Oxford Vaccine Group bekerja sama menguji coba vaksin virus korona di Pusat Vaksin Oxford sejak 20 Januari 2020. Keberadaan Indra dalam pengembangan vaksin AstraZeneca terkuak dari akun YouTube Deutsche Bank dengan judul The Oxford Vaccine: Meet the team Behind the Breakthrough.
 
"Kebanyakan riset yang dilakukan terkait vaksin melawan beberapa penyakit seperti HIV, Ebola, dan penyakit yang berpotensi menimbulkan pandemi seperti SARS, MERS, dan sekarang covid-19," ucapnya dikutip dari YouTube Deutsche Bank, Senin, 19 Juli 2021.  
 
Indra juga diketahui memiliki pengalaman terlibat dalam pengembangan vaksin rotavirus dan novel polio di Biofarma setelah lulus dari ITB. 
 
Baca: Sarah Gilbert, Pengembang Vaksin Astrazeneca Dapat Standing Ovation di Wimbledon

Peran Indra dalam pengembangan vaksin AstraZeneca

Indra yang mendapat beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) itu bertugas membantu uji klinis vaksin AstraZeneca. Dia menguji respons antibodi para relawan vaksin covid-19. 
 
"Metode ini juga berlaku saat saya mengerjakan vaksin malaria," ungkap dia. 
 
Indra  menghabiskan waktu rata-rata 10 jam setiap harinya di laboratorium. Menurutnya ada ratusan peneliti yang bekerja untuk mempercepat pengembangan vaksin. 
 
"Biasanya untuk mendapat data uji klinis vaksin fase pertama dibutuhkan waktu hingga lima tahun, tapi tim ini bisa menyelesaikan dalam waktu enam bulan," tutur Indra. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan