medcom.id, Jakarta: Akibat serangan teror di Prancis, negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat berencana menyerang kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Timur Tengan (Timteng).
Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq menyarankan agar Indonesia waspada dan tak terseret konflik Timteng. Gelagat Eropa mulai terlibat dalam konflik Timteng semakin kentara setelah teror di Paris, Prancis.
"Caranya memperluas konflik, selalu memunculkan aktor yang namanya ISIS. Kita harus waspada, tapi kita harus memahami persoalan dengan utuh. Kalau tidak nanti gampang dimanupulasi, diseret masuk dalam peta konflik," tegas Mahfudz di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (16/11/2015).
Ada banyak langkah yang bisa dilakukan pemerintah. Indonesia setidaknya harus memahami peta konflik Timteng secara utuh. Dengan cara itu, Indonesia bisa merumuskan kebijakan dan strategi yang tepat.
"Indonesia jangan menjadikan elemen radikal yang ada, jangan menjadikan elemen konflik yang ada sebagai komoditi proyek keamanan," tambahnya.
Misalnya, dari analisa, ibu kandung ISIS adalah Alqaeda. Sementara ISIS diduga didanai Amerika Serikat dan Arab Saudi, sehingga bisa bergerak bebas. Di Indonesia, ada kasus Poso yang tak kunjung usai. Jika dipelihara, oknum-oknum di Poso bukan tak mungkin melakukan tindakan seperti ISIS.
"Poso itu pernyataan mereka sendiri jumlahnya 20 orang. Senjatanya hanya beberapa pucuk, operasi di daerah yang terlokalisasi, teridentifikasi semua, tapi tidak selesai. Kenapa tidak selesai? Selemah itu negara?" tanya politikus PKS ini.
Mahfudz tak mau Poso menjadi false flag (bendera palsu) untuk melancarkan agenda tertentu. Jangan sampai Poso dimanipulasi menjadi komoditas proyek keamanan.
medcom.id, Jakarta: Akibat serangan teror di Prancis, negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat berencana menyerang kelompok radikal
Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Timur Tengan (Timteng).
Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq menyarankan agar Indonesia waspada dan tak terseret konflik Timteng. Gelagat Eropa mulai terlibat dalam konflik Timteng semakin kentara setelah teror di Paris, Prancis.
"Caranya memperluas konflik, selalu memunculkan aktor yang namanya ISIS. Kita harus waspada, tapi kita harus memahami persoalan dengan utuh. Kalau tidak nanti gampang dimanupulasi, diseret masuk dalam peta konflik," tegas Mahfudz di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (16/11/2015).
Ada banyak langkah yang bisa dilakukan pemerintah. Indonesia setidaknya harus memahami peta konflik Timteng secara utuh. Dengan cara itu, Indonesia bisa merumuskan kebijakan dan strategi yang tepat.
"Indonesia jangan menjadikan elemen radikal yang ada, jangan menjadikan elemen konflik yang ada sebagai komoditi proyek keamanan," tambahnya.
Misalnya, dari analisa, ibu kandung ISIS adalah Alqaeda. Sementara ISIS diduga didanai Amerika Serikat dan Arab Saudi, sehingga bisa bergerak bebas. Di Indonesia, ada kasus Poso yang tak kunjung usai. Jika dipelihara, oknum-oknum di Poso bukan tak mungkin melakukan tindakan seperti ISIS.
"Poso itu pernyataan mereka sendiri jumlahnya 20 orang. Senjatanya hanya beberapa pucuk, operasi di daerah yang terlokalisasi, teridentifikasi semua, tapi tidak selesai. Kenapa tidak selesai? Selemah itu negara?" tanya politikus PKS ini.
Mahfudz tak mau Poso menjadi false flag (bendera palsu) untuk melancarkan agenda tertentu. Jangan sampai Poso dimanipulasi menjadi komoditas proyek keamanan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(MBM)