Ilustrasi CFD Jakarta. Foto: Medcom/Fachri.
Ilustrasi CFD Jakarta. Foto: Medcom/Fachri.

Ratusan Orang Kampanyekan Anti-tembakau di CFD Jakarta

Media Indonesia.com • 02 Juni 2024 12:18
Jakarta: Sebanyak ratusan orang yang tergabung dalam Komnas Pengendalian Tembakau dan Indonesian Youth Council For Tactical Changes (IYCTC) mengadakan pawai menjauhkan anak-anak dari industri rokok di kawasan Hari Bebas Kendaraan Bermotor atau car free day (CFD) Jakarta, Minggu, 2 Juni 2024. Kegiatan tersebut diselenggarakan dalam rangka Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang bertemakan Protecting Children From Tobacco Industry Interference.
 
Program Manager Komnas Pengendalian Tembakau Nina Samidi mengatakan tujuan kampanye ini adalah untuk menggali kesadaran masyarakat. Mereka diajak mengawasi anak-anak dari industri rokok.
 
“Yang terjadi di dunia, industri itu berusaha mempengaruhi pemerintah di semua negara untuk menarget anak-anak sebagai calon pelanggan mereka,” kata Nina kepada Media Indonesia di kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat, Minggu, 2 Juni 2024.

Menurutnya, semua pihak patut khawatir. Sebab, usia perokok pemula di Indonesia semakin muda. 
 
“Dari yang tadinya 15-19 tahun atau umur SMP-SMA baru merokok, sekarang SD mulai merokok, 9-10 tahun sudah merokok,” ungkap dia.
 
Baca juga: Hari Tanpa Tembakau Sedunia, Pemerintah Diminta Lindungi Industri Rokok Nasional

Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, jumlah perokok anak di Indonesia memang mengalami penurunan menjadi 7,4 persen dari 9,1 persen pada 2018. Namun, kata Nina, penurunan ini perlu menjadi catatan karena yang menjadi ukuran pada Riskesdas hanya perokok konvensional.
 
Sementara itu, Global Adult Tobacco Survey mencatat peningkatan perokok elektrik mencapai 10 kali lipat. Dari 0,3 persen menjadi 3 persen.
 
“Ditambah lagi, kalau kita kalikan dengan perkembangan populasi anak di Indonesia yang ikut tinggi, kalau dijumlah sebenarnya sama dengan yang 9,1 persen, sekitar 3 juta lebih. Jadi penurunan prevalensi yang sekarang itu perlu tetap kita waspadai karena perubahannya lebih muda lagi,” jelas Nina.
 
Ia pun menyoroti kampanye industri rokok elektronik menyebut vape tidak berbahaya dan membantu berhenti merokok konvensional. Malah, banyak dari mereka yang tadinya tidak merokok konvensional justru malah merokok elektronik.
 
“Yang berbahaya kadang-kadang nikotin di vape itu gak terukur. Nikotin itu gila banget adiksinya. Berhenti dari nikotin itu lebih sulit daripada berhenti dari heroin,” ujarnya.
 
Ia berharap ada kemauan politik dari pemerintah untuk menangani hal tersebut. Saat ini pemerintah melalui Kementerian Kesehatan sedang menyiapkan aturan turunan dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 yang salah satunya mengatur terkait pengamanan zat adiktif atau produk temabakau.
 
“Kabarnya proses ini cukup lambat dan salah satu hal yang menjadi polemik dalam pembahasan di internal pemerintah adalah masalah rokok. Kita sampai sekarang menunggu ini segera disahkan,” kata Nina.
 
Pawai pawai menjauhkan anak-anak dari industri rokok bergerak dari Taman Dukuh Atas menuju Bundaran HI, lalu kembali ke Dukuh Atas. Peserta berjalan sambil membentangkan berbagai spanduk dan poster. 
 
Spanduk panjang berwarna putih dibentangkan paling depan bertuliskan Lindungi Kini Nanti. Sepanjang jalan, peserta juga terus meneriakkan ajakan seperti Say no to tobacco. 
 
Selain pawai, acara tersebut juga menghadirkan pemeriksaan kesehatan, hingga terapi berhenti merokok. (MI/Ihda Firdausya)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABK)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan