Jakarta: Metro TV memberikan penjelasan kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) soal pemberitaan Asia Sentinel yang diadukan Partai Demokrat. Pemberitaan itu dinilai sudah melalui proses jurnalistik.
"Kita dapat gambaran dari bapak-bapak dan ibu-ibu komisioner bahwa ada pengaduan tentang kita mengutip Asia Sentinel yang mereka (Demokrat) anggap sebagai media abal-abal," kata Pimpinan Redaksi Metro TV Don Bosco Selamun di Kantor KPI, Jakarta, Jumat, 28 September 2018.
Komisioner KPI juga menanyakan sikap Metro TV yang ditagih permintaan maaf oleh Demokrat. Namun, menurut Don Bosco, Metro TV tidak membuat kesalahan dalam pemberitaan itu. Metro TV pun dinilai tak perlu meminta maaf.
Don menjelaskan proses pengambilan berita ini kepada Komisioner KPI. Berita Asia Sentinel ini, terang dia, adalah berita sempurna secara jurnalistik. Artinya, ada cover both side.
Don Bosco menyampaikan Metro TV dalam memberitakan Asia Sentinel juga meminta pendapat dari politikus Demokrat. Orang dekat Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga dikonfirmasi.
"Anda lihat ada Ferdinand Hutahaean (Kadiv Advokasi dan Hukum Demokrat), ada Hinca (Sekjen Demokrat Hinca Panjaitan), ada Didi Irawadi (Wakil Sekjen Demokrat), ada Pak Syarief Hasan (Wakil Ketua Umum Demokrat), ada kutipan pidato Pak SBY yang kemudian juga merasa difitnah oleh Asia Sentinel. Sebetulnya semua ada," jelas dia.
Sumber berita dari Asia Sentinel, lanjut dia, juga faktual dan kredibel. Laporan itu dikutip dari persidangan atas gugatan yang diajukan Weston Capital Internasional di Mauritius. "Jadi datanya adalah data yang valid."
Demokrat memprotes pemberitaan itu karena Asia Sentinel dianggap media abal-abal dan tak terdaftar di Dewan Pers Hongkong. Namun, Don Bosco menilai itu urusan pengadilan untuk menentukan data yang dikutip Asia Sentinel itu benar atau tidak. "Tapi, sebagai data jurnalistik, ini lebih memadai dan lebih dari cukup untuk melihat kembali kasus Century itu bagaimana," ucap dia.
Jurnalis John Berthelsen dari Asia Sentinel mengulas hasil investigasi kasus Bank Century di salah satu artikelnya. John menyebut pemerintah SBY melakukan konspirasi kriminal terbesar dan mencuri dana USD12 miliar dari pembayar pajak dan mencucinya melalui bank-bank internasional.
Investigasi setebal 488 halaman itu menyebut ada 30 pejabat yang terlibat dalam kasus ini. Hasil investigasi ini diajukan ke Mahkamah Agung Mauritania bulan lalu.
Baca: Tim 9 Desak KPK Tuntaskan Kasus Century
Namun, setelah viral dan menjadi polemik, Asia Sentinel justru menghapus artikel itu dalam laman resminya. Bahkan, Asia Sentinel memuat permintaan maaf kepada SBY.
"Asia Sentinel ingin menarik kembali sebuah cerita yang terbit pada 10 September 2018 di situs web tentang mantan pemerintah Yudhoyono dan kasus Bank Century di Indonesia. Dalam artikel yang ditulis sendiri oleh Pemimpin Redaksi Asia Sentinel, John Berthelsen," tulis Asia Sentinel dalam website, Rabu, 19 September 2018.
Asia Sentinel juga mengaku telah bertindak tidak adil dalam menyantumkan pendapat pihak lain yang tertulis dalam artikel tersebut. "Artikel itu juga hanya satu sisi dan melanggar praktik jurnalistik yang adil," tulis Asia Sentinel.
Jakarta: Metro TV memberikan penjelasan kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) soal pemberitaan
Asia Sentinel yang diadukan Partai Demokrat. Pemberitaan itu dinilai sudah melalui proses jurnalistik.
"Kita dapat gambaran dari bapak-bapak dan ibu-ibu komisioner bahwa ada pengaduan tentang kita mengutip Asia Sentinel yang mereka (Demokrat) anggap sebagai media abal-abal," kata Pimpinan Redaksi
Metro TV Don Bosco Selamun di Kantor KPI, Jakarta, Jumat, 28 September 2018.
Komisioner KPI juga menanyakan sikap
Metro TV yang ditagih permintaan maaf oleh Demokrat. Namun, menurut Don Bosco,
Metro TV tidak membuat kesalahan dalam pemberitaan itu.
Metro TV pun dinilai tak perlu meminta maaf.
Don menjelaskan proses pengambilan berita ini kepada Komisioner KPI. Berita Asia Sentinel ini, terang dia, adalah berita sempurna secara jurnalistik. Artinya, ada
cover both side.
Don Bosco menyampaikan
Metro TV dalam memberitakan
Asia Sentinel juga meminta pendapat dari politikus Demokrat. Orang dekat Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga dikonfirmasi.
"Anda lihat ada Ferdinand Hutahaean (Kadiv Advokasi dan Hukum Demokrat), ada Hinca (Sekjen Demokrat Hinca Panjaitan), ada Didi Irawadi (Wakil Sekjen Demokrat), ada Pak Syarief Hasan (Wakil Ketua Umum Demokrat), ada kutipan pidato Pak SBY yang kemudian juga merasa difitnah oleh
Asia Sentinel. Sebetulnya semua ada," jelas dia.
Sumber berita dari
Asia Sentinel, lanjut dia, juga faktual dan kredibel. Laporan itu dikutip dari persidangan atas gugatan yang diajukan Weston Capital Internasional di Mauritius. "Jadi datanya adalah data yang valid."
Demokrat memprotes pemberitaan itu karena
Asia Sentinel dianggap media abal-abal dan tak terdaftar di Dewan Pers Hongkong. Namun, Don Bosco menilai itu urusan pengadilan untuk menentukan data yang dikutip Asia Sentinel itu benar atau tidak. "Tapi, sebagai data jurnalistik, ini lebih memadai dan lebih dari cukup untuk melihat kembali kasus Century itu bagaimana," ucap dia.
Jurnalis John Berthelsen dari
Asia Sentinel mengulas hasil investigasi kasus Bank Century di salah satu artikelnya. John menyebut pemerintah SBY melakukan konspirasi kriminal terbesar dan mencuri dana USD12 miliar dari pembayar pajak dan mencucinya melalui bank-bank internasional.
Investigasi setebal 488 halaman itu menyebut ada 30 pejabat yang terlibat dalam kasus ini. Hasil investigasi ini diajukan ke Mahkamah Agung Mauritania bulan lalu.
Baca: Tim 9 Desak KPK Tuntaskan Kasus Century
Namun, setelah viral dan menjadi polemik,
Asia Sentinel justru menghapus artikel itu dalam laman resminya. Bahkan,
Asia Sentinel memuat permintaan maaf kepada SBY.
"
Asia Sentinel ingin menarik kembali sebuah cerita yang terbit pada 10 September 2018 di situs web tentang mantan pemerintah Yudhoyono dan kasus Bank Century di Indonesia. Dalam artikel yang ditulis sendiri oleh Pemimpin Redaksi
Asia Sentinel, John Berthelsen," tulis
Asia Sentinel dalam
website, Rabu, 19 September 2018.
Asia Sentinel juga mengaku telah bertindak tidak adil dalam menyantumkan pendapat pihak lain yang tertulis dalam artikel tersebut. "Artikel itu juga hanya satu sisi dan melanggar praktik jurnalistik yang adil," tulis
Asia Sentinel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)