Kepala Puspiptek Sri Setiawati (Foto:Metrotvnews.com/Gervin Nathaniel Purba)
Kepala Puspiptek Sri Setiawati (Foto:Metrotvnews.com/Gervin Nathaniel Purba)

Penyebab Karya Ilmuwan Indonesia Kurang Dihargai di Negeri Sendiri

Anggi Tondi Martaon • 30 September 2017 14:53
medcom.id, Jakarta: Banyak karya ilmuwan Indonesia tidak dihargai oleh negeri sendiri. Sebaliknya, tak sedikit karya ilmu pengetahuan dan teknologi Indonesia justru dibayar mahal oleh negara lain.
 
Kepala Puspiptek Sri Setiawati mengatakan, salah satu penyebab fenomena itu terjadi karena perilaku konsumsi masyarakat Indonesia yang lebih melihat merek. Padahal, kualitas karya ilmuwan Indonesia relatif setara dengan negara lain.
 
"Masyarakat kita cenderung berorientasi pada merek," kata Kepala Puspiptek Sri Setiawati, saat ditemui Metrotvnews.com di Puspiptek Innovation Festival 2017, di Gedung Graha Widya Bhakti, Jalan Puspiptek Raya, Serpong, Tangerang Selatan, Sabtu 30 September 2017.

Sri mencontohkan perilaku konsumsi masyarakat Indonesia yang lebih mementingkan merek, yaitu pada kasus pepaya California. Buah yang memiliki daging berwarna oranye kemerahan itu sebenarnya merupakan hasil penelitian dan riset ilmuwan dari Institut Pertanian Bogor (ITB).
 
"Sewaktu diberi nama 'ITB1,' enggak laku. Tapi begitu diganti dengan nama 'California,' baru laku keras. Memang, budaya kita cenderung tidak menghargai karya bangsa sendiri," ujar Sri.
 
Selain itu, masyarakat kita tidak mentoleransi kelemahan dari karya ilmuwan Indonesia.  "Kalau punya Indonesia habis dicaci maki jika ada kekurangan. Padahal, kalau kita mau mengembangkan iptek, kan hasil itu harus dipakai. Kalau enggak dipakai, kapan kita tahu ada kekurangannya, kapan kita tahu kualitas barang kita," jelasnya.
 
Dia membandingkan kondisi di negara maju seperti Jepang dan Korea Selatan. Di sana, warganya diharuskan menggunakan teknologi ciptaan ilmuwan mereka sendiri. "Terserah mau hasilnya jelek, tapi karena dipakai, jadi tahu kekuranganya dan dikembangkan menjadi lebih baik," kata Sri.
 
Oleh karena itu, Sri menyebutkan hal pertama yang harus dilakukan untuk mengembangkan teknologi Indonesia, yaitu memperbaiki mental konsumsi masyarakat. Selanjutnya, setiap warga harus mengutamakan penggunaan hasil iptek Indonesia ketimbang memakai produk impor.
 
"Kita mau Indonesia sejahtera, ayo keroyokan pakai hasil karya Indonesia. Begitu kita mencintai karya anak bangsa, saya yakin produk kita lebih laku dibandingkan produk negara lain," ucap Sri optimistis.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ROS)


BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan