Banten: Gempa yang diterjadi di sekitar Selat Sunda dalam dua hari terakhir dipastikan tidak mengakibatkan kenaikan permukaan air laut. Rentetan gempa tersebut juga dinilai bukan indikasi akan ada tsunami di kawasan tersebut.
"Ini tidak mengakibatkan kenaikan permukaan air laut yang signifikan sebagai indikasi tsunami," ungkap Deputi Bidang Geofisika BMKG, Muhamad Sadly di Jakarta, Sabtu, 12 Januari 2019.
Per Kamis 10 Januari 2019, gempa terjadi sebanyak 11 kali dalam kurun waktu 96 menit. Gempa pertama terdeteksi pukul 16.59 WIB dengan kekuatan 3,1 skala richter (SR).
Gempa susulan terjadi dengan kekuatan magnitudo bervariasi, antara lain 3,0 SR, 3,1 SR, 3,3 SR, 3,3 SR, 3,9 SR, 4,1 SR, 3,5 SR, 4,0 SR, 2,8 SR, dan 2,8 SR. Masing-masing memiliki kedalaman hiposenter 1 kilometer.
Baca: BMKG: Selat Sunda Masih Berpotensi Tsunami
Sementara itu, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono mengatakan titik pusat aktivitas gempa berada di radius 36,5 kilometer dari Gunung Anak Krakatau (GAK). Ia memastikan 11 gempa beruntun itu tidak menimbulkan potensi tsunami. Keyakinan itu mengacu hasil monitoring BMKG melalui Tide Gauge milik Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Water Level milik BMKG.
"Hingga pukul 18.35 WIB aktivitas gempa tersebut tidak menyebabkan peningkatan ketinggian muka air laut (tsunami) di sepanjang pantai Selat Sunda," tutur dia.
Aktivitas gempa terdeteksi di tujuh stasiun seismik milik BMKG, yakni di Tangerang, Serang, Cigeulis, Muara Dua, Bandar Lampung, Sukabumi, dan Liwa. Sedangkan, aktivitas gempa di Gunung Anak Krakatau masih terus dideteksi.
BMKG mengimbau masyarakat tetap tenang. Selain itu, masyarakat juga diminta tidak mudah percaya dan terpengaruh informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Banten: Gempa yang diterjadi di sekitar Selat Sunda dalam dua hari terakhir dipastikan tidak mengakibatkan kenaikan permukaan air laut. Rentetan gempa tersebut juga dinilai bukan indikasi akan ada tsunami di kawasan tersebut.
"Ini tidak mengakibatkan kenaikan permukaan air laut yang signifikan sebagai indikasi tsunami," ungkap Deputi Bidang Geofisika BMKG, Muhamad Sadly di Jakarta, Sabtu, 12 Januari 2019.
Per Kamis 10 Januari 2019, gempa terjadi sebanyak 11 kali dalam kurun waktu 96 menit. Gempa pertama terdeteksi pukul 16.59 WIB dengan kekuatan 3,1 skala richter (SR).
Gempa susulan terjadi dengan kekuatan magnitudo bervariasi, antara lain 3,0 SR, 3,1 SR, 3,3 SR, 3,3 SR, 3,9 SR, 4,1 SR, 3,5 SR, 4,0 SR, 2,8 SR, dan 2,8 SR. Masing-masing memiliki kedalaman hiposenter 1 kilometer.
Baca: BMKG: Selat Sunda Masih Berpotensi Tsunami
Sementara itu, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono mengatakan titik pusat aktivitas gempa berada di radius 36,5 kilometer dari Gunung Anak Krakatau (GAK). Ia memastikan 11 gempa beruntun itu tidak menimbulkan potensi tsunami. Keyakinan itu mengacu hasil monitoring BMKG melalui Tide Gauge milik Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Water Level milik BMKG.
"Hingga pukul 18.35 WIB aktivitas gempa tersebut tidak menyebabkan peningkatan ketinggian muka air laut (tsunami) di sepanjang pantai Selat Sunda," tutur dia.
Aktivitas gempa terdeteksi di tujuh stasiun seismik milik BMKG, yakni di Tangerang, Serang, Cigeulis, Muara Dua, Bandar Lampung, Sukabumi, dan Liwa. Sedangkan, aktivitas gempa di Gunung Anak Krakatau masih terus dideteksi.
BMKG mengimbau masyarakat tetap tenang. Selain itu, masyarakat juga diminta tidak mudah percaya dan terpengaruh informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)