medcom.id, Caracas: Menteri Luar Negeri Elias Jaua mengecam Menlu Amerika Serikat John Kerry yang mengkritik pemerintah Venezuela dalam menangani aksi unjuk rasa yang tak kunjung berakhir. Kerry mengatakan pemerintah Venezuela telah gagal total dalam meredam ketegangan.
"Masalah ini bukan sesuatu yang harus dikhawatirkan Tuan John Kerry," ucap Jaua pada sejumlah awak media, Senin (27/5/2014), usai kembali dari sebuah pertemuan di Ekuador.
Sementara itu Nicolas Maduro, yang menjadi presiden setelah kematian Hugo Chavez tahun lalu, menuding para demonstran sebagai alat konspirasi AS dalam menjatuhkan pemerintahannya.
"Ini bukan merupakan paranoia; ini adalah fakta-fakta nyata yang melanggar hukum internasional," tutur dia.
Sekelompok pemuda bertopeng membakar dan menggantung boneka Presiden Nicolas Maduro dalam perayaan paskah di Venezuela, beberapa pekan lalu. Ini merupakan demo lanjutan yang sudah berlangsung selama lebih kurang tiga bulan.
Pengunjuk rasa meneriakkan slogan "Kebangkitan Demokrasi" dalam aksi long march. Beberapa hari lalu, mereka sempat berjalan mengelilingi kota tanpa mengenakan alas kaki lewat aksi teatrikal penyaliban Yesus Kristus.
"Kami akan tetap berunjuk rasa di jalanan hingga mendapatkan kembali negara kami," ucap Djamil Jassir, pemimpin pendemo pada Reuters di sebuah lapangan.
"Ini adalah saatnya kita semua berdiri tegak dan melawan ketidakadilan pemerintah," tambah dia.
Selain membakar patung Maduro, pendemo juga memasang barikade di distrik Chacao, Caracas. Mereka melempari bom molotov dan batu pada petugas keamanan serta memasang kawat berduri di beberapa ruas jalan.
Polisi merespon dengan tembakan gas air mata dan meriam air. Sejumlah warga yang merasa terganggu melempar botol air dan kantung es pada kedua kubu.
medcom.id, Caracas: Menteri Luar Negeri Elias Jaua mengecam Menlu Amerika Serikat John Kerry yang mengkritik pemerintah Venezuela dalam menangani aksi unjuk rasa yang tak kunjung berakhir. Kerry mengatakan pemerintah Venezuela telah gagal total dalam meredam ketegangan.
"Masalah ini bukan sesuatu yang harus dikhawatirkan Tuan John Kerry," ucap Jaua pada sejumlah awak media, Senin (27/5/2014), usai kembali dari sebuah pertemuan di Ekuador.
Sementara itu Nicolas Maduro, yang menjadi presiden setelah kematian Hugo Chavez tahun lalu, menuding para demonstran sebagai alat konspirasi AS dalam menjatuhkan pemerintahannya.
"Ini bukan merupakan paranoia; ini adalah fakta-fakta nyata yang melanggar hukum internasional," tutur dia.
Sekelompok pemuda bertopeng membakar dan menggantung boneka Presiden Nicolas Maduro dalam perayaan paskah di Venezuela, beberapa pekan lalu. Ini merupakan demo lanjutan yang sudah berlangsung selama lebih kurang tiga bulan.
Pengunjuk rasa meneriakkan slogan "Kebangkitan Demokrasi" dalam aksi long march. Beberapa hari lalu, mereka sempat berjalan mengelilingi kota tanpa mengenakan alas kaki lewat aksi teatrikal penyaliban Yesus Kristus.
"Kami akan tetap berunjuk rasa di jalanan hingga mendapatkan kembali negara kami," ucap Djamil Jassir, pemimpin pendemo pada
Reuters di sebuah lapangan.
"Ini adalah saatnya kita semua berdiri tegak dan melawan ketidakadilan pemerintah," tambah dia.
Selain membakar patung Maduro, pendemo juga memasang barikade di distrik Chacao, Caracas. Mereka melempari bom molotov dan batu pada petugas keamanan serta memasang kawat berduri di beberapa ruas jalan.
Polisi merespon dengan tembakan gas air mata dan meriam air. Sejumlah warga yang merasa terganggu melempar botol air dan kantung es pada kedua kubu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)