medcom.id, Kigali: Rwanda memulai pekan duka dalam memperingati 20 tahun peristiwa pembantaian massal. Pada 1994, sedikitnya 800 ribu orang tewas di tangan kelompok ekstremis Hutu.
Hari ini, Senin (7/4/2014), Presiden Paul Kagame dijadwalkan menyalakan sebuah obor yang akan menyala selama 100 hari di Stadium Amahoro. Nyala obor menjadi penanda pembantaian yang juga berlangsung lebih dari tiga bulan.
Sehari sebelumnya, seperti diwartakan BBC, ratusan warga hadir di Gereja Sainte-Famille untuk mengenang para korban yang tewas di dalam gereja maupun wilayah lainnya.
Sebagian besar korban dibantai kelompok Hutu dengan golok. Per
istiwa mengerikan itu dimulai pada 6 April 1994, tidak lama setelah Presiden Hutu Juvenal Habyarimana terbunuh saat pesawatnya ditembak jatuh di Rwanda.
Pembantaian berakhir pada Juli 1994. Ketika itu, pasukan Front Patriotik Rwanda (RPF), memasuki Ibu Kota Kigali dan menguasai Rwanda.
medcom.id, Kigali: Rwanda memulai pekan duka dalam memperingati 20 tahun peristiwa pembantaian massal. Pada 1994, sedikitnya 800 ribu orang tewas di tangan kelompok ekstremis Hutu.
Hari ini, Senin (7/4/2014), Presiden Paul Kagame dijadwalkan menyalakan sebuah obor yang akan menyala selama 100 hari di Stadium Amahoro. Nyala obor menjadi penanda pembantaian yang juga berlangsung lebih dari tiga bulan.
Sehari sebelumnya, seperti diwartakan
BBC, ratusan warga hadir di Gereja Sainte-Famille untuk mengenang para korban yang tewas di dalam gereja maupun wilayah lainnya.
Sebagian besar korban dibantai kelompok Hutu dengan golok. Per
istiwa mengerikan itu dimulai pada 6 April 1994, tidak lama setelah Presiden Hutu Juvenal Habyarimana terbunuh saat pesawatnya ditembak jatuh di Rwanda.
Pembantaian berakhir pada Juli 1994. Ketika itu, pasukan Front Patriotik Rwanda (RPF), memasuki Ibu Kota Kigali dan menguasai Rwanda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)