medcom.id, Jakarta: Pemenang Penghargaan Kompetisi Film Dokumenter Eagle 2016 dengan tema 'Indonesia sehat' diumumkan malam ini, Selasa (15/11/2016). Terdapat lima finalis Eagle Awards yang akan bersaing.
Pengumuman berlangsung di Grand Studio Metro TV dan akan ditayangkan di Metro TV, pada 20 November, pukul 20.05 WIB hingga 21.00 WIB.
Mereka memperebutkan tiga kategori. Yaitu, film dokumenter terbaik, film pilihan juri dan film favorit pemirsa.
Juri telah menilai secara objektif dari berbagai sudut pandang untuk kategori dokumenter terbaik dan pilihan juri. Mereka adalah Angga Dwimas Sasongko (Sutradara), Christine Hakim (Aktris Senior) dan Ifa Isfansyah (Sutradara).
Sedangkan film favorit pemirsa telah dipilih melalui voting dalam situs www.eagleinstitute.id/vote yang dibuka sejak 18 Oktober hingga 15 November 2016. Kelima film finalis ini telah ditayangkan perdana di Metro TV sebanyak dua kali.
Kelima finalis itu adalah Kutukan tak Bertuan. Film ini menceritakan sebuah kampung yang memiliki kepercayaan bahwa memakan salah satu hewan keramat yang mereka sebut 'Noang' akan mengakibatkan penyakit terkutuk, identik dengan kusta.
Finalis kedua, Mama Amamapare. Film ini menceritakan partisipasi mama Yakoba dalam membantu persalinan di kampung Amamapare. Masyarakat setempat lebih memilih jasa mama Yakoba ketimbang tenaga medis resmi yang mengalami keterbatasan dalam bertugas.
Ketiga, film yang berjudul Programmer Cilik. Film ini mengisahkan seseorang yang jatuh sakit dan merasa sulit menggunakan BPJS lantaran ketidakramahan regulasi dan birokrasinya
Finalis keempat, film yang berjudul Aku Perlu Tahu. Film ini mengisahkan seorang guru SMALB beserta seorang siswinya, seorang penyandang tuna rungu dan tuna wicara. Guru dan siswinya itu, bekerja keras membantu siswa difabel lainnya memahami seputar kesehatan reproduksi.
Kelima, film yang berjudul Sketsa Dua Kisah. Film ini menceritakan seorang wanita yang menyandang status Orang dengan HIV-AIDS (ODHA). Wanita ini terpaksa menyandang status itu lantaran tertular almarhum suaminya.
Di samping itu, terdapat wanita lain yang juga berstatus ODHA, namun tetap optimis menjalani sisa hidupnya. Bahkan, wanita yang memiliki dua anak negatif HIV itu mampu berbagi kekuatan dan harapan bagi sesama ODHA.
Yayasan Eagle Institute Indonesia yang menginisiasi program ini berharap banyak lahirnya sutradara baru. Setidaknya sepuluh sutradara setiap tahunnya yang diharapkan nantinya mampu berkontribusi terhadap kemajuan kebudayaan dan pradaban bangsa.
medcom.id, Jakarta: Pemenang Penghargaan Kompetisi Film Dokumenter Eagle 2016 dengan tema 'Indonesia sehat' diumumkan malam ini, Selasa (15/11/2016). Terdapat lima finalis Eagle Awards yang akan bersaing.
Pengumuman berlangsung di Grand Studio Metro TV dan akan ditayangkan di Metro TV, pada 20 November, pukul 20.05 WIB hingga 21.00 WIB.
Mereka memperebutkan tiga kategori. Yaitu, film dokumenter terbaik, film pilihan juri dan film favorit pemirsa.
Juri telah menilai secara objektif dari berbagai sudut pandang untuk kategori dokumenter terbaik dan pilihan juri. Mereka adalah Angga Dwimas Sasongko (Sutradara), Christine Hakim (Aktris Senior) dan Ifa Isfansyah (Sutradara).
Sedangkan film favorit pemirsa telah dipilih melalui voting dalam situs www.eagleinstitute.id/vote yang dibuka sejak 18 Oktober hingga 15 November 2016. Kelima film finalis ini telah ditayangkan perdana di Metro TV sebanyak dua kali.
Kelima finalis itu adalah Kutukan tak Bertuan. Film ini menceritakan sebuah kampung yang memiliki kepercayaan bahwa memakan salah satu hewan keramat yang mereka sebut 'Noang' akan mengakibatkan penyakit terkutuk, identik dengan kusta.
Finalis kedua, Mama Amamapare. Film ini menceritakan partisipasi mama Yakoba dalam membantu persalinan di kampung Amamapare. Masyarakat setempat lebih memilih jasa mama Yakoba ketimbang tenaga medis resmi yang mengalami keterbatasan dalam bertugas.
Ketiga, film yang berjudul Programmer Cilik. Film ini mengisahkan seseorang yang jatuh sakit dan merasa sulit menggunakan BPJS lantaran ketidakramahan regulasi dan birokrasinya
Finalis keempat, film yang berjudul Aku Perlu Tahu. Film ini mengisahkan seorang guru SMALB beserta seorang siswinya, seorang penyandang tuna rungu dan tuna wicara. Guru dan siswinya itu, bekerja keras membantu siswa difabel lainnya memahami seputar kesehatan reproduksi.
Kelima, film yang berjudul Sketsa Dua Kisah. Film ini menceritakan seorang wanita yang menyandang status Orang dengan HIV-AIDS (ODHA). Wanita ini terpaksa menyandang status itu lantaran tertular almarhum suaminya.
Di samping itu, terdapat wanita lain yang juga berstatus ODHA, namun tetap optimis menjalani sisa hidupnya. Bahkan, wanita yang memiliki dua anak negatif HIV itu mampu berbagi kekuatan dan harapan bagi sesama ODHA.
Yayasan Eagle Institute Indonesia yang menginisiasi program ini berharap banyak lahirnya sutradara baru. Setidaknya sepuluh sutradara setiap tahunnya yang diharapkan nantinya mampu berkontribusi terhadap kemajuan kebudayaan dan pradaban bangsa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)