Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut struktur bangunan di sekitar Malang, Jawa Timur, tak didesain menahan gempa. Hal itu menyebabkan banyak rumah rusak usai diguncang gempa magnitudo 6,1.
“Struktur bangunan tidak memenuhi persyaratan tahan gempa,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan tertulis, Rabu, 14 April 2021.
Dwikorita menyitat data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Senin, 12 April 2021. BNPB mencatat 1.361 rumah rusak ringan, 845 rumah rusak sedang, dan 642 rumah rusak berat.
“Mayoritas bangunan tidak menggunakan struktur kolom pada bagian sudutnya,” papar dia.
Baca: Jokowi Sampaikan Duka Mendalam Atas Gempa di Jatim
Penyebab kedua, yakni kondisi batuan atau tanah setempat. Kerusakan banyak terjadi pada endapan alluvium dan endapan lahar gunung api.
“Penyebab berikutnya adalah kondisi topografi setempat, berupa lereng lembah yang tersusun oleh tanah atau batuan dengan kerapatan tanah sedang,” tutur Dwikorita.
Dia menyebut penyebab kerusakan keempat ialah jarak dengan pusat gempa. Beberapa titik gempa ada di Desa Sumber Tangkil dan Desa Jogomulyan, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang.
“Yang merupakan wilayah terparah terdampak gempa,” ujar dia.
Menurut Dwikorita, gempa sejatinya tidak membunuh atau melukai masyarakat. Namun runtuhan bangunan berpotensi melukai bahkan membunuh manusia.
“Jadi harus diantisipasi dengan menerapkan building code dengan ketat dalam membangun struktur bangunan,” tegas Dwikorita.
Temuan BMKG itu bakal diserahkan kepada pemerintah daerah (pemda) setempat. Dwikorita berharap hal tersebut membantu tiap kepala daerah menyusun strategi untuk mengantisipasi dampak gempa.
“Bangunan tahan gempa bumi wajib diberlakukan di daerah rawan gempa,” kata Dwikorita.
Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (
BMKG) menyebut struktur bangunan di sekitar Malang, Jawa Timur, tak didesain menahan
gempa. Hal itu menyebabkan banyak rumah rusak usai diguncang gempa magnitudo 6,1.
“Struktur bangunan tidak memenuhi persyaratan tahan
gempa,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan tertulis, Rabu, 14 April 2021.
Dwikorita menyitat data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Senin, 12 April 2021. BNPB mencatat 1.361 rumah rusak ringan, 845 rumah rusak sedang, dan 642 rumah rusak berat.
“Mayoritas bangunan tidak menggunakan struktur kolom pada bagian sudutnya,” papar dia.
Baca:
Jokowi Sampaikan Duka Mendalam Atas Gempa di Jatim
Penyebab kedua, yakni kondisi batuan atau tanah setempat. Kerusakan banyak terjadi pada endapan
alluvium dan endapan lahar gunung api.
“Penyebab berikutnya adalah kondisi topografi setempat, berupa lereng lembah yang tersusun oleh tanah atau batuan dengan kerapatan tanah sedang,” tutur Dwikorita.
Dia menyebut penyebab kerusakan keempat ialah jarak dengan pusat gempa. Beberapa titik gempa ada di Desa Sumber Tangkil dan Desa Jogomulyan, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang.
“Yang merupakan wilayah terparah terdampak gempa,” ujar dia.
Menurut Dwikorita, gempa sejatinya tidak membunuh atau melukai masyarakat. Namun runtuhan bangunan berpotensi melukai bahkan membunuh manusia.
“Jadi harus diantisipasi dengan menerapkan
building code dengan ketat dalam membangun struktur bangunan,” tegas Dwikorita.
Temuan BMKG itu bakal diserahkan kepada pemerintah daerah (pemda) setempat. Dwikorita berharap hal tersebut membantu tiap kepala daerah menyusun strategi untuk mengantisipasi dampak gempa.
“Bangunan tahan gempa bumi wajib diberlakukan di daerah rawan gempa,” kata Dwikorita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ADN)