Jakarta: Keinginan Nyak Sandang untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo akhirnya terwujud. Presiden menerima Nyak Sandang di Istana Merdeka pada Rabu sore 21 Maret.
Salah satu penyumbang dana pembelian pesawat pertama Indonesia itu datang ditemani oleh dua orang anaknya, Maturidi dan Khaidar. Mereka terbang dari Aceh Selasa kemarin.
"Ini Pak Jokowi, Ayah. Dia senang sekali bisa bertemu Presiden," kata Maturidi menerjemahkan Nyak Sandang yang selama berbincang dengan Presiden menggunakan bahasa Aceh, Rabu 21 Maret 2018.
Dalam pertemuannya sekitar pukul 18.25 WIB itu, Nyak Sandang pun mengutarakan beberapa permohonan kepada Presiden. Salah satunya mengenai bantuan untuk operasi katarak.
"Baik nanti saya uruskan untuk kataraknya. Katarak kan operasi ringan, besok tolong dicek ke rumah sakit untuk kataraknya," jawab Presiden.
Selain itu, Nyak yang berusia 91 tahun pun meminta agar dibuatkan masjid di kampungnya di Lamno, Aceh. Presiden berjanji akan mengirimkan tim untuk mengecek kondisi di sana.
Permintaannya yang ketiga adalah untuk menunaikan ibadah haji. "Kalau bisa tahun ini, karena sudah tua," lanjut Maturidi.
Presiden Jokowi menerima Nyak Sandang di Istana Merdeka -- Foto: Biropers Istana Kepresidenan
Terkait hal ini, Presiden akan mengupayakannya dan berkoordinasi dengan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Sambil menunggu kepastian keberangkatan haji, Presiden menawarkan untuk umrah terlebih dahulu.
Nyak Sandang kemudian menunjukkan bukti obligasi pemerintah Indonesia pada 1950 yang dimilikinya kepada Presiden. Obligasi ini berawal pada 1948. Saat itu, Presiden Sukarno berkunjung ke tanah Aceh guna mencari dana untuk pembelian pesawat pertama setelah Indonesia merdeka.
Nyak Sandang yang kala itu berusia 23 tahun bersama orang tuanya menjual sepetak tanah dan 10 gram emas. Hartanya yang dihargai Rp100 pun diserahkan kepada negara.
Presiden Sukarno menerima sumbangan dari masyarakat Aceh sebanyak SGD120 ribu dan 20 kg emas murni untuk membeli dua pesawat terbang yang diberi nama Seulawah R-001 dan Seulawah R-002. Dua pesawat tersebut adalah cikal bakal maskapai Garuda Indonesia Airways.
Di penghujung perbincangan, Nyak Sandang pun mengapresiasi Jokowi. "Terima kasih Bapak Presiden sudah punya waktu untuk kami," ungkap Nyak Sandang.
Jakarta: Keinginan Nyak Sandang untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo akhirnya terwujud. Presiden menerima Nyak Sandang di Istana Merdeka pada Rabu sore 21 Maret.
Salah satu penyumbang dana pembelian pesawat pertama Indonesia itu datang ditemani oleh dua orang anaknya, Maturidi dan Khaidar. Mereka terbang dari Aceh Selasa kemarin.
"Ini Pak Jokowi, Ayah. Dia senang sekali bisa bertemu Presiden," kata Maturidi menerjemahkan Nyak Sandang yang selama berbincang dengan Presiden menggunakan bahasa Aceh, Rabu 21 Maret 2018.
Dalam pertemuannya sekitar pukul 18.25 WIB itu, Nyak Sandang pun mengutarakan beberapa permohonan kepada Presiden. Salah satunya mengenai bantuan untuk operasi katarak.
"Baik nanti saya uruskan untuk kataraknya. Katarak kan operasi ringan, besok tolong dicek ke rumah sakit untuk kataraknya," jawab Presiden.
Selain itu, Nyak yang berusia 91 tahun pun meminta agar dibuatkan masjid di kampungnya di Lamno, Aceh. Presiden berjanji akan mengirimkan tim untuk mengecek kondisi di sana.
Permintaannya yang ketiga adalah untuk menunaikan ibadah haji. "Kalau bisa tahun ini, karena sudah tua," lanjut Maturidi.
Presiden Jokowi menerima Nyak Sandang di Istana Merdeka -- Foto: Biropers Istana Kepresidenan
Terkait hal ini, Presiden akan mengupayakannya dan berkoordinasi dengan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Sambil menunggu kepastian keberangkatan haji, Presiden menawarkan untuk umrah terlebih dahulu.
Nyak Sandang kemudian menunjukkan bukti obligasi pemerintah Indonesia pada 1950 yang dimilikinya kepada Presiden. Obligasi ini berawal pada 1948. Saat itu, Presiden Sukarno berkunjung ke tanah Aceh guna mencari dana untuk pembelian pesawat pertama setelah Indonesia merdeka.
Nyak Sandang yang kala itu berusia 23 tahun bersama orang tuanya menjual sepetak tanah dan 10 gram emas. Hartanya yang dihargai Rp100 pun diserahkan kepada negara.
Presiden Sukarno menerima sumbangan dari masyarakat Aceh sebanyak SGD120 ribu dan 20 kg emas murni untuk membeli dua pesawat terbang yang diberi nama Seulawah R-001 dan Seulawah R-002. Dua pesawat tersebut adalah cikal bakal maskapai Garuda Indonesia Airways.
Di penghujung perbincangan, Nyak Sandang pun mengapresiasi Jokowi. "Terima kasih Bapak Presiden sudah punya waktu untuk kami," ungkap Nyak Sandang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(Des)