medcom.id, Jakarta: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bicara panjang lebar mengulas perkembangan politik terkini dalam pelaksanaan Pemilihan Presiden 2014. Dalam kesempatan tersebut, Presiden juga mengulas situasi yang berkembang ketika rapat puncak rekapitulasi suara pemilihan presiden berlangsung pada 22 Juli 2014.
Melalui sebuah wawancara yang diunggah ke YouTube pada Jumat 25 Juli 2014 ini, Presiden mengakui bahwa pada saat rapat pleno rekapitulasi suara di KPU pusat, terjadi suasana yang menegangkan. Ia pun terus memantau perkembangan di lapangan.
"Benar tanggal 22 Juli kemarin memang betul, itu menegangkan. Tetapi saya kan memantau perkembangan situasi di seluruh tanah air dan saya juga mengikuti apa yang diwartakan media kita terutama televisi, dan dari ruang posko saya menjalin komunikasi dengan jajaran TNI dan Polri. Beberapa kali saya menerima laporan, beberapa kali saya memberikan instruksi dan pengarahan. Dari semua itu saya menyimpulkan bahwa situasi di tanah air kita aman, tenang dan juga stabil," kata Presiden.
Meski begitu, SBY meyakini bahwa bila eskalasi ketegangan di lapangan meningkat, negara dengan aparat TNI dan Polri sudah siap menanggulanginya agar situasi tidak bertambah parah.
"Saya juga punya naluri punya pengalaman dan logika, satu hari setelah itu, tanggal 23 Juli, di hadapan sidang kabinet terbatas saya sampaikan ke wakil presiden, para menteri dan anggota kabinet lain Insya Allah ini akan berjalan aman dan damai. Situasi di tanah air dapat kita jaga dan kelola dengan baik. Itu membuat saya tenang dan tidak perlu khawatir terjadi apa-apa dalam rangkaian pemilihan presiden terutama dalam sisi stabilitas dan keamanan nasional," paparnya.
SBY pun mengajak semua pihak untuk berpikir jernih dan saling menghormati. KPU menurut SBY juga harus dihormati sebagai lembaga penyelenggara pemilu yang mandiri dan independen.
"Artinya, kita mesti percaya kepada KPU dan menghormati hasil penghitungan suara yang dilakukan oleh KPU. Yang kedua kita juga harus menghormati Pak Jokowi dan Pak Jusuf Kalla yang oleh KPU dalam pengumuman kemarin dinyatakan sebagai pemenang dalam pemilihan presiden, kali ini. Kalau Pak jokowi dan pendukung bersyukur, bersuka cita merayakannya, itu wajar, dan harus kita hormati," tutur Presiden.
"Meskipun ketika saya ucapkan selamat kepada Pak Jokowi melalui telepon saya sampaikan Pak Jokowi bersuka cita tentu... pasti dari bapak dan tim pendukung, tetapi bagus kalau juga ada tenggang rasa dengan demikian situasi yang baik tetap kita jaga. Pak jokowi juga memiliki pandangan yang sama jadi saya senang."
"Kita juga menghormati Pak Prabowo Subianto sebenarnya, ketika merasa tidak bisa menerima hasil dari KPU dan saya dengar akan membawanya ke Mahkamah Konstitusi. Ini pun tidak luar biasa karena itu dibenarkan dalam mekanisme yang kita miliki sesuai UUD dan UU yang berlaku," sambungnya.
Yang penting menurut Presiden, semua pihak tetap saling menghormati dan menahan diri untuk tidak memperkeruh situasi dengan pernyataan-pernyataan.
"Yang penting kita saling menghormati tak perlu ada komentar yang memanaskan situasi yang ada. Saya sendiri sangat hemat memberikan komentar meski saya didorong melalui SMS, sosial media, kemana Pak SBY seharusnya ikut memberikan komentar. Saya pikir tidak perlu karena semuanya menurut pandangan saya masih dalam batas wajar. Tidak ada yang luar biasa. Dengan demikian saya sekali lagi berhemat mengeluarkan statement supaya tidak menambah tegang situasi yang ada. Itulah pesan yang ingin saya sampaikan ketika situasi yang kita hadapi seperti itu, semua pihak sebaiknya menahan diri," jelasnya.
Pernyataan lengkap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
<iframe frameborder="0" height="315" scrolling="no" src="//www.youtube.com/embed/o6ok_Gsps3A" width="480"></iframe>
medcom.id, Jakarta: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bicara panjang lebar mengulas perkembangan politik terkini dalam pelaksanaan Pemilihan Presiden 2014. Dalam kesempatan tersebut, Presiden juga mengulas situasi yang berkembang ketika rapat puncak rekapitulasi suara pemilihan presiden berlangsung pada 22 Juli 2014.
Melalui sebuah wawancara yang diunggah ke YouTube pada Jumat 25 Juli 2014 ini, Presiden mengakui bahwa pada saat rapat pleno rekapitulasi suara di KPU pusat, terjadi suasana yang menegangkan. Ia pun terus memantau perkembangan di lapangan.
"Benar tanggal 22 Juli kemarin memang betul, itu menegangkan. Tetapi saya kan memantau perkembangan situasi di seluruh tanah air dan saya juga mengikuti apa yang diwartakan media kita terutama televisi, dan dari ruang posko saya menjalin komunikasi dengan jajaran TNI dan Polri. Beberapa kali saya menerima laporan, beberapa kali saya memberikan instruksi dan pengarahan. Dari semua itu saya menyimpulkan bahwa situasi di tanah air kita aman, tenang dan juga stabil," kata Presiden.
Meski begitu, SBY meyakini bahwa bila eskalasi ketegangan di lapangan meningkat, negara dengan aparat TNI dan Polri sudah siap menanggulanginya agar situasi tidak bertambah parah.
"Saya juga punya naluri punya pengalaman dan logika, satu hari setelah itu, tanggal 23 Juli, di hadapan sidang kabinet terbatas saya sampaikan ke wakil presiden, para menteri dan anggota kabinet lain Insya Allah ini akan berjalan aman dan damai. Situasi di tanah air dapat kita jaga dan kelola dengan baik. Itu membuat saya tenang dan tidak perlu khawatir terjadi apa-apa dalam rangkaian pemilihan presiden terutama dalam sisi stabilitas dan keamanan nasional," paparnya.
SBY pun mengajak semua pihak untuk berpikir jernih dan saling menghormati. KPU menurut SBY juga harus dihormati sebagai lembaga penyelenggara pemilu yang mandiri dan independen.
"Artinya, kita mesti percaya kepada KPU dan menghormati hasil penghitungan suara yang dilakukan oleh KPU. Yang kedua kita juga harus menghormati Pak Jokowi dan Pak Jusuf Kalla yang oleh KPU dalam pengumuman kemarin dinyatakan sebagai pemenang dalam pemilihan presiden, kali ini. Kalau Pak jokowi dan pendukung bersyukur, bersuka cita merayakannya, itu wajar, dan harus kita hormati," tutur Presiden.
"Meskipun ketika saya ucapkan selamat kepada Pak Jokowi melalui telepon saya sampaikan Pak Jokowi bersuka cita tentu... pasti dari bapak dan tim pendukung, tetapi bagus kalau juga ada tenggang rasa dengan demikian situasi yang baik tetap kita jaga. Pak jokowi juga memiliki pandangan yang sama jadi saya senang."
"Kita juga menghormati Pak Prabowo Subianto sebenarnya, ketika merasa tidak bisa menerima hasil dari KPU dan saya dengar akan membawanya ke Mahkamah Konstitusi. Ini pun tidak luar biasa karena itu dibenarkan dalam mekanisme yang kita miliki sesuai UUD dan UU yang berlaku," sambungnya.
Yang penting menurut Presiden, semua pihak tetap saling menghormati dan menahan diri untuk tidak memperkeruh situasi dengan pernyataan-pernyataan.
"Yang penting kita saling menghormati tak perlu ada komentar yang memanaskan situasi yang ada. Saya sendiri sangat hemat memberikan komentar meski saya didorong melalui SMS, sosial media, kemana Pak SBY seharusnya ikut memberikan komentar. Saya pikir tidak perlu karena semuanya menurut pandangan saya masih dalam batas wajar. Tidak ada yang luar biasa. Dengan demikian saya sekali lagi berhemat mengeluarkan statement supaya tidak menambah tegang situasi yang ada. Itulah pesan yang ingin saya sampaikan ketika situasi yang kita hadapi seperti itu, semua pihak sebaiknya menahan diri," jelasnya.
Pernyataan lengkap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIT)