medcom.id, Jakarta: Konsultan komunikasi dan media berbasis digital, Digimed, telah melakukan riset pada masa kampanye Pilpres 2014.
Direktur Digimed Consulting, Aidil Muladha, mengatakan Prabowo Subianto- Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla bersaing ketat di sosial media. "Keduanya benar-benar bersaing ketat," kata Aidil kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (5/7/20140).
Ia mengatakan kekuatan pasangan Prabowo-Hatta tercermin pada besaran kata kunci 'Indonesia Bangkit' sebesar 74% di Twitter dan 'Presiden Tegas' sebanyak 44% di Facebook.
"Sementara daya tarik pasangan Jokowi-JK dimunculkan pada figur keduanya, yakni "Jokowi-JK" sebagai kata kunci dengan raihan 68% di Twitter dan 51% di Facebook," ujarnya.
Ia menambahkan kampanye kubu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa cenderung memunculkan visi dan misi. Adapun Joko Widodo-Jusuf Kalla lebih mengedepankan kesolidan.
"Saat ini media sosial seperti Facebook dan Twitter menjadi instrumen pembentuk opini yang paling banyak digunakan dalam kampanye Pilpres 2014," lanjut Analis Politik Digimed Consulting, Anton Aliabbas.
Anton menambahkan media sosial juga dijadikan ajang untuk saling menyerang (kampanye negatif-kampanye hitam). Serangan terhadap pasangan Prabowo-Hatta di Facebook didominasi isu Prahara (27%), Presiden Kuda (26%) dan Orba (26%). Di Twitter serangan ke kubu Prabowo juga terjadi dengan menggunakan kata kunci Nazi (25%), Orba (17%) dan Prahara (13%).
Di sisi lain, serangan ke kubu Jokowi-JK di Facebook ialah dengan kata-kata tua (21%), pencitraan (17%) dan capres boneka (14%). Di Twitter, isu yang mengarah ke pasangan nomor urut dua ini dengan kata kunci yang mendominasi adalah tua (22%), komunis (21%) dan pencitraan (19%).
"Seharusnya kampanye yang digunakan bersifat positif untuk saling menjual program," ujar Anton. (*)
medcom.id, Jakarta: Konsultan komunikasi dan media berbasis digital, Digimed, telah melakukan riset pada masa kampanye Pilpres 2014.
Direktur Digimed Consulting, Aidil Muladha, mengatakan Prabowo Subianto- Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla bersaing ketat di sosial media. "Keduanya benar-benar bersaing ketat," kata Aidil kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (5/7/20140).
Ia mengatakan kekuatan pasangan Prabowo-Hatta tercermin pada besaran kata kunci 'Indonesia Bangkit' sebesar 74% di
Twitter dan 'Presiden Tegas' sebanyak 44% di
Facebook.
"Sementara daya tarik pasangan Jokowi-JK dimunculkan pada figur keduanya, yakni "Jokowi-JK" sebagai kata kunci dengan raihan 68% di
Twitter dan 51% di
Facebook," ujarnya.
Ia menambahkan kampanye kubu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa cenderung memunculkan visi dan misi. Adapun Joko Widodo-Jusuf Kalla lebih mengedepankan kesolidan.
"Saat ini media sosial seperti
Facebook dan
Twitter menjadi instrumen pembentuk opini yang paling banyak digunakan dalam kampanye Pilpres 2014," lanjut Analis Politik Digimed Consulting, Anton Aliabbas.
Anton menambahkan media sosial juga dijadikan ajang untuk saling menyerang (kampanye negatif-kampanye hitam). Serangan terhadap pasangan Prabowo-Hatta di
Facebook didominasi isu Prahara (27%), Presiden Kuda (26%) dan Orba (26%). Di
Twitter serangan ke kubu Prabowo juga terjadi dengan menggunakan kata kunci Nazi (25%), Orba (17%) dan Prahara (13%).
Di sisi lain, serangan ke kubu Jokowi-JK di
Facebook ialah dengan kata-kata tua (21%), pencitraan (17%) dan capres boneka (14%). Di
Twitter, isu yang mengarah ke pasangan nomor urut dua ini dengan kata kunci yang mendominasi adalah tua (22%), komunis (21%) dan pencitraan (19%).
"Seharusnya kampanye yang digunakan bersifat positif untuk saling menjual program," ujar Anton. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NAV)