Diskusi publik bertema 'Komunikasi Merah Putih' yang digelar dalam rangka Dies Natalis ke-64 Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama),
Diskusi publik bertema 'Komunikasi Merah Putih' yang digelar dalam rangka Dies Natalis ke-64 Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama),

Ujang Komarudin Paparkan Capaian Program MBG Hingga CKG

Medcom • 11 Mei 2025 15:00
Jakarta: Masyarakat disebut belum banyak mengetahui program strategis yang telah dijalankan Presiden Prabowo Subianto. Akibatnya, muncul kritik yang kebanyakan muncul melalui media sosial.
 
Tenaga Ahli Utama Kantor Komunikasi Kepresidenan sekaligus Juru Bicara Istana, Ujang Komarudin  menyampaikan capaian pemerintah kepada publik secara utuh dan berimbang.
 
"Seringkali masyarakat tidak paham apa yang sudah dilakukan pemerintah. Akibatnya muncul serangan dan nyinyiran. Kritik itu sah dan wajar dalam negara demokrasi, tapi fakta juga harus disampaikan," kata Ujang dalam diskusi publik bertema 'Komunikasi Merah Putih' yang digelar dalam rangka Dies Natalis ke-64 Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), di Jakarta, Minggu 11 Mei 2025. 

Ujang memaparkan, selama tujuh bulan terakhir Kabinet Merah Putih sudah melakukan sejumlah  langkah besar. Salah satunya Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang telah menjangkau lebih dari 3 juta penerima manfaat, mulai dari anak-anak sekolah hingga ibu hamil dan menyusui.
 
Program ini, menurut Ujang, bahkan menarik perhatian dunia salah satunya tokoh filantropi internasional. "Bill Gates datang langsung ke Indonesia untuk melihat langsung program ini berjalan," katanya.
 
Selain MBG, ia juga menyoroti layanan Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang telah membantu jutaan masyarakat, serta reformasi besar dalam pendataan sosial melalui Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN).
 
Menurutnya, konsolidasi data ini menjadi terobosan penting untuk memastikan keakuratan dalam penyaluran bantuan sosial dan subsidi.
 
Ujang menekankan, keberhasilan-keberhasilan tersebut sering kali tenggelam dalam perdebatan di media sosial yang cenderung gaduh dan kurang substansial.
 
Ia menyesalkan bahwa narasi negatif lebih cepat menyebar dibanding informasi faktual yang berbasis data. “Sayangnya, yang muncul di ruang publik justru lebih banyak serangan daripada substansi pembangunan,” katanya.
 
Founder Drone Emprit Ismail Fahmi menyebut aktor utama penyebar narasi negatif ini berasal dari akun-akun oposisi pemerintah, termasuk akun anonim.
 
Padahal faktanya pemerintah melalui Kantor Staf Presiden dan Kementerian Kesehatan sudah melakukan klarifikasi. Media mainstream juga sudah memberitakan dari sisi yang positif. "Tapi tetap kalah cepat dengan penyebaran narasi negatif," katanya.
 
Ismail juga menyoroti perlunya komunikasi publik yang lebih inklusif, melibatkan akademisi, media, dan institusi pendidikan agar tidak kalah dari informasi hoaks.
 
"Ini pelajaran penting. Program pemerintah, sebaik apapun, bisa tumbang narasinya kalau kalah cepat. Pemerintah harus proaktif membangun narasi dari awal, bukan cuma reaktif menjelaskan setelah isu membesar," katanya.
 
Rektor Universitas Moestopo: Strategi Komunikasi Kunci Membangun Citra Politik yang Efektif
 
Rektor Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Dr. M. Saifullah, menyampaikan pentingnya strategi komunikasi politik yang cermat dan terencana dalam komunikasi publik. Strategi yang baik dapat menjangkau audiens lebih luas secara organik dan membentuk persepsi yang positif di tengah masyarakat.
 
Saifullah menjelaskan, dalam era politik digital yang sarat informasi dan opini, strategi komunikasi memainkan peran sentral dalam membangun dan menjaga citra politik.
 
Hal itu tercermin dari transformasi citra Presiden Prabowo Subianto saat kampanye. Strategi tersebut dinilai berhasil mendekati pemilih muda melalui pendekatan komunikasi yang lebih segar, santai, dan emosional.
 
"Citra Prabowo yang kini dikenal ramah, bersahabat, bahkan digemari anak muda, bukan terjadi secara tiba-tiba. Itu hasil dari komunikasi yang strategis dan disesuaikan dengan kebutuhan audiens hari ini," ujar Saifullah.
 
Menurutnya, keberhasilan tersebut tidak hanya soal mengubah gaya berpakaian atau cara berbicara, tetapi lebih dalam: bagaimana pesan politik dikemas dan disampaikan secara tepat.
 
"Komunikasi politik tidak melulu soal retorika. Kini, emosi dan kehangatan justru menjadi nilai tambah. Masyarakat ingin melihat sisi personal seorang pemimpin, dan di situlah strategi komunikasi memainkan peran penting,” imbuhnya.
 
Ia juga menyoroti perubahan pendekatan dalam penggunaan media sosial. Jika sebelumnya kampanye politik mengandalkan akun-akun besar dan buzzer, kini strategi beralih ke akun kecil yang tampil natural, tapi dikelola secara profesional.
 
Pendekatan itu dinilai lebih efektif dalam membangun kepercayaan dan kedekatan dengan audiens.
 
“Tim komunikasi sekarang lebih memilih bekerja di balik layar. Mereka mengelola konten dan narasi melalui kanal-kanal yang tampak organik, sehingga penerimaan publik menjadi lebih natural,” ujarnya.
 
Fenomena tersebut menunjukkan bahwa strategi komunikasi politik harus adaptif terhadap perkembangan teknologi dan perilaku audiens. Komunikasi yang bersifat satu arah sudah tidak relevan. Yang dibutuhkan adalah interaksi, keterlibatan, dan kepekaan terhadap dinamika sosial.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan