"Berbagai jenis Kebaya akan diajukan dalam nominasi UNESCO. Mulai dari Kebaya Labuh dari Sumatera, Kebaya Kutu baru dari Jawa, Kebaya Noni dari Sulawesi Utara, Kebaya Nona dari wilayah Timur Maluku dan Papua, hingga Kebaya Kerancang," kata Jokowi saat peringatan hari Kebaya Nasional, tanggal 24 Juli 2024 kemarin.
Meski begitu, Indonesia tidak sendiri dalam mengajukan Kebaya sebagai Warisan Budaya Takbenda, melainkan bersama negara-negara ASEAN lainnya seperti Malaysia, Singapura, Thailand, dan Brunei Darussalam melalui pengajuan jalur Join Nomination.
Indonesia sendiri pernah mengajukan Kebaya lewat jalur Single Nomination tanpa melibatkan negara-negara lain. Namun materi yang diajukan dianggap tak lengkap sehingga dengan memilih jalur Join Nomination diharapkan lebih cepat dalam hal pengurusan dan penetapan oleh UNESCO.
Direktur Sosial Budaya dan Organisasi Internasional Negara Berkembang Kementerian Luar Negeri, Penny Dewi Herasati mengungkapkan pada dasarnya pendaftaran Kebaya sebagai warisan tak benda ke UNESCO bertujuan untuk melestarikan.
"Mungkin kita harus luruskan persepsi, kita mendaftarkan Kebaya ke UNESCO itu sebetulnya mendaftarkan ke komite warisan budaya tak benda, komite itu didasarkan oleh konvensi yang namanya safe guarding. Jadi mendaftarkan ke UNESCO untuk melestarikan, itu kata kuncinya," kata Penny mengutip dari MetroTV dalam perbincangan bertajuk 'Kebaya Goes to UNESCO', Sabtu, 3 Agustus 2024.
Baca juga: Asal-usul, Makna & Filosofi Kebaya |
Kenapa lewat jalur Join Nomination?
Terkait dengan alasan Indonesia memilih jalur Join Nomination dengan negara-negara ASEAN lainnya dikarenakan budaya tersebut juga berkembang mengalami pergerakan, sehingga juga ada di negara-negara lain.
"Budaya itu berkembang seiring dengan waktu, faktor globaliasi dan pergerakan dan perpindahan manusia. Budaya itu share dan dimiliki banyak pihak. Bukan hanya satu wilayah yang mengembangkan. Jadi share culture itu umum di dunia ini. Contoh songket mungkin ada di sana (negara lain), ada di sini (Indonesia). Contoh lain budaya memetik kurma itu di-share di negara-negara Timur Tengah," terang Penny.
Ia menambahkan, UNESCO sendiri mendorong Indonesia untuk mengambil langkah Join Nomination. Pasalnya untuk skema Single Nomination, satu negara hanya boleh mendaftarkan satu budaya setiap tahunnya. Sedangkan proses penetapan bisa 2-3 tahun.
"UNESCO sendiri meng-encoureage untuk join . Ada ketentuan satu negara hanya satu setiap tahunnya. Contoh Indonesia, kita memiliki 1700 sekian elemen budaya. Kalau kita ajukan Single Nomination satu-satu, tahun berapa selesainya? Mungkin 3000 tahun lagi baru selesai," beber Penny.
Sementara itu, penetapan Kebaya sebagai Warisan Tak Benda akan diumumkan UNESCO pada akhir tahun nanti tepatnya pada bulan Desember 2024 mendatang di Paraguay.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id