Mesjid di Keude Teunom, Aceh, yang berhasil bertahan dari terjangan Tsunami Aceh sepuluh tahun lalu. (Foto: AP/Eugene Hoshiko)
Mesjid di Keude Teunom, Aceh, yang berhasil bertahan dari terjangan Tsunami Aceh sepuluh tahun lalu. (Foto: AP/Eugene Hoshiko)

Dari Duka Kita Bangkit

Sadar Bencana di Masyarakat Aceh Mulai Terbentuk

M Rodhi Aulia • 26 Desember 2014 22:04
medcom.id, Banda Aceh: Tsunami telah memporak porandakan Aceh sepuluh tahun lalu. Belajar dari duka yang menimpa, masyarakat Aceh mulai membangun kesadaran bencana untuk mawas dengan ancaman yang bisa kembali datang.
 
"Kesadaran masyarakat sudah mulai. Meski tidak 100 persen. Awareness, sikap. Pada saat ada suatu kejadian, masyarakat tidak hanya mikir. Dia tahu jalan kemana. Kesadaran bahwa evakuasi tidak boleh bawa kendaraan, belum (ada)," kata Tim Asistensi Kajian Master Plan Tsunami BNPB, Ridwan Yunus, di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh, Jumat, (26/12/2014).
 
Menurut Ridwan, kesadaran dan sikap positif yang stabil dari masyarakat membutuhkan proses yang panjang. Kesadaran tidak serta-merta tercipta dengan sendirinya. Butuh proses yang panjang dan juga telaten. Apalagi, bencana dahsyat seperti Tsunami di Aceh dapat dikatakan jarang terjadi.

"Tsunami itu datangnya tidak sering. Jadi menempelkan ke kebudayaan tidak gampang. Misalkan tsunami, tidak gampang," tukasnya.
 
Negeri seperti Jepang menurut dia sangat wajar bila sudah memiliki kesadaran masyarakat yang tinggi. Jepang adalah negara yang sering diterpa bencana seperti gempa bumi dan tsunami. Jadi kesadaran bencana di masyarakat memerlukan waktu untuk dibentuk. "Jepang saja butuh puluhan (bencana) baru bisa ready," ungkapnya.
 
Meski demikian, ia menegaskan masyarakat Indonesia, khususnya daerah rawan bencana seperti Aceh, perlu tindaklanjut. "Harus diingatkan. Harus gladi. Harus ada sosialiasi," tegas dia.
 
Sementara itu Anggota BPBD Provinsi Aceh Muchsin menegaskan, BPBD terus memberlakukan early warning atau simulasi bencana kepada masyarakat. Dengan menghidupkan sirene di tanggal 26 setiap bulan sepanjang tahun. Namun, upaya rutin atau reguler itu masih terkendala biaya dan waktu.
 
"Masyarakat kita masih taraf ekonomi rendah. Kalau kita berlakukan simulasi, kita harus memberikan kompensasi kepada mereka," ujar Kepala Seksi Kesiapsiagaan BPBD Aceh ini.
 
Upaya simulasi tersebut disamping mengecek sirena, juga berfungsi untuk melatih kesadaran masyarakat, mengevakuasi diri sendiri ke tempat yang dianjurkan.
 
"Kita terus melakukan upaya penyadaran. Karena masyarakat kita sering lupa. Apalagi sudah sepuluh tahun, Tsunami. Awal-awal mereka takut. Sekarang lupa. Sehingga kita perlu membangun budaya-budaya sadar bencana," ungkap dia.
 
Sejauh ini, gedung evakuasi atau escape building di Banda Aceh sudah berjumlah empat unit. Keempat gedung itu adalah Gampong Lambung, Deah Glumpang, Deah Teungoh dan Gampong Pie.
 
"Kita harus mengimbangi bencana. Kesiap-siagaan yang paling utama, untuk masyarakat Aceh, yang berada di titik rawan bencana," jelas dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan