BNPT: Wanita Terobos Istana Pendukung HTI
Siti Yona Hukmana • 26 Oktober 2022 07:52
Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menelusuri rekam jejak wanita yang membawa pistol menerobos Istana Negara di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat. Perempuan bernama Siti Elina itu disebut pendukung Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
"Dalam penelusuran sementara, profil pelaku Siti Elina, memang memiliki pemahaman yang radikal serta pendukung salah satu ormas radikal HTI, yang telah dibubarkan pemerintah. Ia juga diketahui sering memposting propaganda khilafah melalui akun media sosialnya," kata Direktur Pencegahan BNPT, Ahmad Nurwakhid saat dikonfirmasi, Rabu, 26 Oktober 2022.
Nurwakhid mengatakan BNPT tengah berkoordinasi dengan aparat keamanan. Koordinasi ini untuk menghimpun data terkait dugaan keterkaitan dengan jaringan terorisme.
"Kami BNPT sesuai tugas pokok dan fungsinya sedang melakukan koordinasi intensif dengan aparat penegak hukum untuk memastikan apakah pelaku bagian dari jaringan terorisme atau pelaku tunggal (lone wolf)," ujar jenderal polisi bintang satu itu.
Nurwakhid menyebut pihaknya juga tengah mendalami profil dan motif perempuan bercadar tersebut. Hal ini untuk mendapatkan informasi yang akurat adanya keterkaitan dengan pelaku terorisme lainnya.
Nurwakhid menuturkan kejadian teror yang melibatkan perempuan di Indonesia bukan peristiwa baru. Peristiwa itu, kata dia, mengingatkan pada ancaman bom di istana yang terlebih dahulu digagalkan aparat penegak hukum pada 2016.
"Salah satu calon pengantin yang ingin melakukan aksi di istana terlebih dahulu diamankan oleh Densus 88 yang juga pelakunya adalah perempuan, Dian Yuli Novi dan ada juga Zazkia Aini yang melakukan penyerangan ke Mabes Polri pada tahun 202," tutur dia.
Dia menyebut BNPT telah mewaspadai tingkat kerentanan perempuan untuk direkrut dan dijadikan pengantin oleh kelompok teroris. Menurut dia, dalam jaringan teroris, perempuan tidak lagi menjadi aktor pendukung dan simpatisan, tetapi sudah diposisikan sebagai pelaku atau martir.
"Pemanfaatan perempuan dalam aksi terorisme memang trend baru khususnya yang dilakukan ISIS baik dilakukan dengan jaringan atau lone wolf yang tidak terikat komando dan jaringan," ungkap dia.
BNPT terus berupaya meminimalisasi keterpaparan perempuan dalam jaringan dan aksi terorisme. Yakni, dengan cara melibatkan perempuan sebagai agen perdamaian.
"Perempuan harus diberikan pencerahan karena sebagai salah satu sasaran potensial dari jaringan terorisme," kata dia.
Peristiwa penerobosan Istana Negara itu terjadi pada Selasa pagi, 25 Oktober 2022. Seorang wanita bercadar membawa pistol jenis FN, tas hitam berisi kitab suci, dompet warna pink, dan handphone. Perempuan bergamis dan cadar hitam itu masih menjalani pemeriksaan intensif di Subdit Keamanan Negara Direktorat Reserse Kriminal Umum (Subdit Kamneg Ditrekrimum) Polda Metro Jaya.
Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menelusuri rekam jejak wanita yang membawa pistol menerobos Istana Negara di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat. Perempuan bernama Siti Elina itu disebut pendukung Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
"Dalam penelusuran sementara, profil pelaku Siti Elina, memang memiliki pemahaman yang radikal serta pendukung salah satu ormas radikal HTI, yang telah dibubarkan pemerintah. Ia juga diketahui sering memposting propaganda khilafah melalui akun media sosialnya," kata Direktur Pencegahan BNPT, Ahmad Nurwakhid saat dikonfirmasi, Rabu, 26 Oktober 2022.
Nurwakhid mengatakan BNPT tengah berkoordinasi dengan aparat keamanan. Koordinasi ini untuk menghimpun data terkait dugaan keterkaitan dengan jaringan terorisme.
"Kami BNPT sesuai tugas pokok dan fungsinya sedang melakukan koordinasi intensif dengan aparat penegak hukum untuk memastikan apakah pelaku bagian dari jaringan terorisme atau pelaku tunggal (lone wolf)," ujar jenderal polisi bintang satu itu.
Nurwakhid menyebut pihaknya juga tengah mendalami profil dan motif perempuan bercadar tersebut. Hal ini untuk mendapatkan informasi yang akurat adanya keterkaitan dengan pelaku terorisme lainnya.
Nurwakhid menuturkan kejadian teror yang melibatkan perempuan di Indonesia bukan peristiwa baru. Peristiwa itu, kata dia, mengingatkan pada ancaman bom di istana yang terlebih dahulu digagalkan aparat penegak hukum pada 2016.
"Salah satu calon pengantin yang ingin melakukan aksi di istana terlebih dahulu diamankan oleh Densus 88 yang juga pelakunya adalah perempuan, Dian Yuli Novi dan ada juga Zazkia Aini yang melakukan penyerangan ke Mabes Polri pada tahun 202," tutur dia.
Dia menyebut BNPT telah mewaspadai tingkat kerentanan perempuan untuk direkrut dan dijadikan pengantin oleh kelompok teroris. Menurut dia, dalam jaringan teroris, perempuan tidak lagi menjadi aktor pendukung dan simpatisan, tetapi sudah diposisikan sebagai pelaku atau martir.
"Pemanfaatan perempuan dalam aksi terorisme memang trend baru khususnya yang dilakukan ISIS baik dilakukan dengan jaringan atau lone wolf yang tidak terikat komando dan jaringan," ungkap dia.
BNPT terus berupaya meminimalisasi keterpaparan perempuan dalam jaringan dan aksi terorisme. Yakni, dengan cara melibatkan perempuan sebagai agen perdamaian.
"Perempuan harus diberikan pencerahan karena sebagai salah satu sasaran potensial dari jaringan terorisme," kata dia.
Peristiwa penerobosan Istana Negara itu terjadi pada Selasa pagi, 25 Oktober 2022. Seorang wanita bercadar membawa pistol jenis FN, tas hitam berisi kitab suci, dompet warna pink, dan handphone. Perempuan bergamis dan cadar hitam itu masih menjalani pemeriksaan intensif di Subdit Keamanan Negara Direktorat Reserse Kriminal Umum (Subdit Kamneg Ditrekrimum) Polda Metro Jaya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)