Jakarta: Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (FKM Unair) Windhu Purnomo beranggapan pemerintah tidak kecolongan menangani masalah gagal ginjal akut. Namun, kasus ini seharusnya bisa dikategorikan Kejadian Luar Biasa (KLB) karena terjadi penambahan dua kali lipat selama tiga bulan berturut-turut.
"Ini kan tiba-tiba pada Agustus kemarin, ada peningkatan kasus lebih dari dua kali lipat yang biasanya. Itu berarti ada sesuatu yang luar biasa dan dalam waktu beberapa periode berturut-turut, itu bisa dibilang KLB. Mau itu dideklarasikan secara resmi atau belum, tetap saja KLB. Makanya, sebenarnya sejak Agustus pemerintah tidak kecolongan, sudah aware dan akhirnya memanggil para ahli di bidang kesehatan anak," kata Windhu, Minggu, 23 Oktober 2022.
Windhu juga mengumpamakan Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG) diduga sebagai tersangka utama maraknya gagal ginjal pada anak-anak, namun belum bisa dipastikan larutan tersebut adalah penyebab sebenarnya.
"Tersangka utamanya, tapi belum tentu bersalah loh si EG DEG tadi. Gangguan ginjal pada anak itu intoksikasi atau keracunan. Seperti ini kan dugaannya bisa keracunan. Terus kedua dehidrasi berat, kemudian kehilangan darah yg banyak jadi seperti orang yg DBD tapi terlambat masuk rumah sakit. Lalu berbagai infeksi apakah itu lektovirosis. Itu semua bisa menyebabkan gangguan ginjal pada anak," kata Windhu.
Windhu juga mengimbau pemerintah agar tidak bersikap berlebihan, tetap waspada namun tidak panik.
"Tidak usah mengobrak-abrik apotek dan membuat ketakutan baru selama penyebabnya belum ketauan secara pasti. Selama sebuah penyakit belum diketahui penyebabnya, itu sulit mencegah dan terapinya tidak bisa tepat," ujar Windhu.
Windhu berharap pemerintah yang sedang memanggil para ahli, seperti Toksikolog, Epidemiolog, Patologi Anatomi, dan Parologi Klini,k dapat segera menemukan jawabannya dan mengambil sikap yang menguntungkan semua pihak. (Rona Marina Nisaasari)
Jakarta: Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (FKM Unair) Windhu Purnomo beranggapan pemerintah tidak kecolongan menangani masalah gagal
ginjal akut. Namun, kasus ini seharusnya bisa dikategorikan Kejadian Luar Biasa (KLB) karena terjadi penambahan dua kali lipat selama tiga bulan berturut-turut.
"Ini kan tiba-tiba pada Agustus kemarin, ada peningkatan kasus lebih dari dua kali lipat yang biasanya. Itu berarti ada sesuatu yang luar biasa dan dalam waktu beberapa periode berturut-turut, itu bisa dibilang KLB. Mau itu dideklarasikan secara resmi atau belum, tetap saja KLB. Makanya, sebenarnya sejak Agustus pemerintah tidak kecolongan, sudah
aware dan akhirnya memanggil para ahli di bidang kesehatan anak," kata Windhu, Minggu, 23 Oktober 2022.
Windhu juga mengumpamakan Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG) diduga sebagai tersangka utama maraknya
gagal ginjal pada
anak-anak, namun belum bisa dipastikan larutan tersebut adalah penyebab sebenarnya.
"Tersangka utamanya, tapi belum tentu bersalah loh si EG DEG tadi. Gangguan ginjal pada anak itu intoksikasi atau keracunan. Seperti ini kan dugaannya bisa keracunan. Terus kedua dehidrasi berat, kemudian kehilangan darah yg banyak jadi seperti orang yg DBD tapi terlambat masuk rumah sakit. Lalu berbagai infeksi apakah itu lektovirosis. Itu semua bisa menyebabkan gangguan ginjal pada anak," kata Windhu.
Windhu juga mengimbau pemerintah agar tidak bersikap berlebihan, tetap waspada namun tidak panik.
"Tidak usah mengobrak-abrik apotek dan membuat ketakutan baru selama penyebabnya belum ketauan secara pasti. Selama sebuah penyakit belum diketahui penyebabnya, itu sulit mencegah dan terapinya tidak bisa tepat," ujar Windhu.
Windhu berharap pemerintah yang sedang memanggil para ahli, seperti Toksikolog, Epidemiolog, Patologi Anatomi, dan Parologi Klini,k dapat segera menemukan jawabannya dan mengambil sikap yang menguntungkan semua pihak. (
Rona Marina Nisaasari)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)